BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yaitu untuk mendapatkan laba (profit). Di samping itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, P3EI Press, Yogyakarta, 2008, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

Materi 4 Perkembangan Lembaga Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. integral dan komprehensif, sehingga prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. Nur Rianto Al Arif, LembagaKeuanganSyariah, CV PustakaSetia, Bandung,2012, hlm. 198.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sistem ekonomi syariah semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan pertumbuhan dan eksistensi ekonomi syariah. Dalam beberapa tahun terakhir bank-bank syariah tumbuh sangat pesat sekali di Indonesia.1 Menurut data Bank Indonesia dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), total aktiva dari tahun 2009 sampai Juni 2015 selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 total aktiva Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah sebesar Rp 66.090 miliar kemudian pada Juni 2015 menjadi Rp 272.389 miliar atau naik sekitar 312,15%. Kenaikan ini sebagian besar dipengaruhi oleh akun pembiayaan yang juga selalu meningkat tiap tahunnya. Jumlah pembiayaan pada tahun 2009 sebesar Rp 46.886 miliar dan naik menjadi Rp 203.894 miliar pada Juni 2015 atau meningkat sebesar 334,87%.2 Ide dasar adanya bank syariah ini adalah upaya untuk menangkal sistem ribawi yang ada pada bank-bank konvensional sebagaimana kita saksikan dewasa ini. Sebab dalam perspektif Islam, Allah dengan jelas dan tegas mengharamkan riba. Keinginan untuk menghapus riba perbankan dilandasi oleh suatu kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 2083: 1 Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dengan Lembaga Sertifikat Profesi Perbankan, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. v. 2 Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, www.ojk.go.id (diakses pada 15 November 2015). 3 Nurul Ichsan Hasan, Perbankan Syariah Sebuah Pengantar, Referensi (GP Press Group), Jakarta, 2014, hlm. 117. 1

2 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. 4 Ayat tersebut dengan tegas mengingatkan bahwa selama kita menerapkan Islam secara parsial, kita akan mengalami keterpurukan duniawi dan kerugian ukhrowi. Hal ini sangat jelas karena Islam hanya diwujudkan dalam bentuk ritualisme ibadah.5 Perkembangan bank syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang menjadi pionir bagi bank syariah yang menerapkan sistem islamic bank di tengah tumbuh dan berkembangnya bankbank konvensional.6 Pada awal pendirian Bank Muamalat di Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU No.7 Tahun 1992, di mana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas dan merupakan sisipan belaka. Selanjutnya sampai diundangkannya Undang-undang No.10 Tahun 1998, perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.7 Dalam Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.8 Hal ini membuka kesempatan bagi terbentuknya lembaga-lembaga syariah, salah satunya adalah Koperasi Syariah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas 4 Al-Qur an Surat Al Baqarah Ayat 208, IKAPI Jatim, Al Qur an dan Terjemahnya, Halim, Surabaya, 2013, hlm. 32. 5 Nurul Ichsan Hasan, Op. Cit., hlm. 117. 6 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Op. Cit., hlm. v. 7 Nurul Ichsan Hasan, Op. Cit., hlm. 102. 8 Ibid., hlm. 109.

3 asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundangundangan perkoperasian.9 Secara umum prinsip operasional koperasi adalah membantu kesejahteraan para anggota dalam bentuk gotong royong dan tentunya prinsip tersebut tidaklah menyimpang dari sudut pandang syariah yaitu prinsip gotong royong dan bersifat kolektif dalam membangun kemandirian hidup. Melalui hal ini, perlu adanya proses internalisasi terhadap pola pemikiran tata cara pengelolaan, produk-produk, dan hukum yang diberlakukan harus sesuai dengan syariah. Dengan kata lain koperasi syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya.10 Koperasi yang sudah atau akan menjalankan usaha simpan pinjam dan pembiayaan berdasar prinsip syariah telah diberi dasar hukum yang kuat melalui Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 16/ Per/ M. KUKM/ IX/ 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi. Peraturan tersebut diundangkan pada tanggal 8 Oktober 2015 di Jakarta dan sekaligus pengganti Keputusan Menteri Koperasi dan UKM No. 91/ 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah oleh Koperasi, sehingga terjadi perubahan nama dari KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)/ UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah) menjadi KSPPS (Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah)/USPPS (Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah). Demikian halnya dengan KJKS BMT Fastabiq, setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 16/ Per/ M. KUKM/ IX/ 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi, KJKS BMT Fastabiq-pun merubah nama menjadi KSPPS 9 Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 16/ Per/ M. KUKM/ IX/ 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi, Pasal 1 Ayat 1, www.depkop.go.id (diakses tanggal 16 Mei 2016). 10 Nur S. Bukhori, Koperasi Syariah, Mashun, Sidoarjo, 2009, hlm. 15.

4 Fastabiq Khoiro Ummah. Pergantian nama tersebut diresmikan pada tanggal 22 Maret 2016. Kiprah KSPPS dalam melaksanakan fungsi dan perannya menjalankan peran ganda, yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan disisi lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shodaqah, dan Wakaf). KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah dalam operasionalnya, dari dulu sampai sekarang juga telah memiliki dua kegiatan, yang pertama adalah Tamwil yakni melakukan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil, antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Yang kedua adalah Maal, yakni KSPPS menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.11 Dari kedua kegiatan di atas, KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah lebih memfokuskan diri untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui pemberian pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu faktor terpenting bagi suatu lembaga keuangan, karena melalui pembiayaan dapat diketahui kemampuan suatu lembaga keuangan dalam mensirkulasi dana yang telah dihimpun dari masyarakat. Ada tiga produk pembiayaan di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah yaitu: Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah. Dari ketiga produk pembiayaan di atas, produk pembiayaan murabahahlah yang paling banyak digunakan atau bahkan hampir semua transaksi pembiayaan di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus menggunakan pembiayaan tersebut. Dari data pembiayaan yang penulis peroleh dari pihak KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus, pada tahun 2013-2015 produk pembiayaan memang didominasi oleh pembiayaan murabahah. Data realisasi pembiayaan yang dilakukan KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus selama tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 11 Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 26.

5 Tabel 1.1 Data Realisasi Pembiayaan KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus Tahun 2013-2015 Tahun 2013 2014 2015 Murabahah (%) Anggota 90,17% 253 94,36% 334 94,92% 399 Mudharabah (%) Anggota - Musyarakah (%) Anggota 9,83% 82 5,64% 46 5,08% 32 Sumber : Data Realisasi Pembiayaan KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus Data di atas menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2013-2015 jumlah pembiayaan murabahah selalu mengalami peningkatan, ini bisa dilihat dari hasil prosentasenya. Pada tahun 2013 pembiayaan murabahah sebesar 90,17%, kemudian naik sekitar 4,19% di tahun 2014 sehingga menjadi 94,36%. Di tahun 2015 meningkat lagi sebesar 0,56%, sehingga total pembiayaan murabahah sampai tahun 2015 adalah sebesar 94,92%. Di sini terlihat bahwa murabahah memang sangat mendominasi pembiayaan yang ada di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus karena 90% lebih pembiayaan menggunakan akad ini. Berbeda dengan pembiayaan musyarakah yang dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan baik dari jumlah nominal maupun anggota. Pada tahun 2013 jumlah pembiayaan musyarakah adalah 9,83%, kemudian tahun 2014 turun menjadi 5,64% atau turun sekitar 4,19%. Di tahun 2015 kembali turun sekitar 0,56% sehingga menjadi 5,08%. Bahkan pembiayaan mudharabah tidak digunakan sama sekali sepanjang tahun ini. Alasan KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus tidak/jarang menggunakan akad mudharabah dan musyarakah adalah untuk menghindari risiko kerugian. Mudharabah dan musyarakah merupakan akad kerjasama yang menggunakan sistem bagi hasil, di mana keuntungan peminjam akan dibagi dengan pihak KSPPS selaku pemberi dana. Kekhawatiran pihak

6 KSPPS jika peminjam tidak menginformasikan keuntungan yang sebenarnya membuat KSPPS jarang menerapkan kedua akad ini.12 Sedangkan untuk akad murabahah, secara teori merupakan akad jual beli, namun di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus tidak jarang digunakan sebagai akad modal kerja. Padahal sebenarnya murabahah adalah kontrak jangka pendek dengan sekali akad. Murabahah tidak tepat diterapkan untuk skema modal kerja. Akad mudharabah lebih sesuai untuk skema tersebut. Hal ini mengingat prinsip mudharabah memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi.13 Dari data di atas, terlihat bahwa KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus tidak begitu tertarik untuk menggunakan akad pembiayaan selain murabahah. Oleh karena itu penulis menganggap penting untuk menganalisis apakah penggunaan akad yang didominasi murabahah di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam pembiayaan murabahah ataukah dominasi tersebut karena KSPPS menggunakan murabahah untuk selain akad jual beli. Disini penulis akan mencoba melakukan penelitian lebih dalam dengan mengambil judul Analisis Dominasi Penggunaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus B. Fokus Penelitian KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus mempunyai tiga produk pembiayaan yaitu murabahah, mudharabah, dan musyarakah. Dari ketiga pembiayaan tersebut pembiayaan murabahah adalah yang paling dominan digunakan, oleh karena itu penelitian akan difokuskan pada dominasi akad murabahah pada produk pembiayaan. 12 Wawancara dengan CSBO (Sri Lasmi) KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus (tanggal 26 November 2015). 13 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 106.

7 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus melaksanakan prosedur pembiayaan dengan akad murabahah? 2. Bagaimana KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus menerapkan akad murabahah pada produk pembiayaan? 3. Mengapa KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus lebih dominan menggunakan akad murabahah pada produk pembiayaan? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari rumusan masalah yaitu: 1. Menjelaskan prosedur pembiayaan dengan akad murabahah di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus. 2. Menjelaskan penerapan akad murabahah pada produk pembiayaan di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus. 3. Menjelaskan penyebab dominannya akad murabahah pada produk pembiayaan di KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan ilmu ekonomi berbasis syariah khususnya dalam hal lembaga keuangan syariah.

8 2. Secara Praktis a. Bagi KSPPS Fastabiq Khoiro Ummah Cabang Gabus Memberikan tambahan informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan pihak KSPPS dalam menentukan akad pada setiap transaksi pembiayaan agar bisa sesuai antara teori dengan praktek. b. Bagi Akademisi Penelitian ini sebagai bahan untuk menambah referensi bacaan dan kajian ilmu, khususnya bagi para mahasiswa Jurusan Syariah Prodi Ekonomi Syariah. c. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai perbankan maupun lembaga keuangan syariah. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi atau penelitian ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran serta garis besar dari masing-masing bagian atau yang saling berhubungan, sehingga nantinya akan diperoleh penelitian yang sistematis dan ilmiah. Berikut adalah sistematika penulisan skripsi yang penulis susun: 1. Bagian Awal Bagian awal ini terdiri dari: halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, halaman daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar singkatan. 2. Bagian Isi Pada bagian ini memuat garis besar yang terdiri dari lima bab, antara bab 1 dengan bab lain saling berhubungan karena merupakan satu kesatuan yang utuh, kelima bab itu adalah sebagai berikut:

9 BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang deskripsi pustaka, hasil penelitian terdahulu, dan kerangka berfikir. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, dan metode analisis data. BAB IV : DOMINASI PENGGUNAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI KSPPS FASTABIQ KHOIRO UMMAH CABANG GABUS Bab ini merupakan bab inti di mana di dalamnya berisi tentang gambaran umum objek penelitian, penyajian data, analisis dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini memuat tentang simpulan, keterbatasan penelitian, saran-saran, dan penutup. 3. Bagian Akhir Bagian akhir meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan, dan lampiran-lampiran.