dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.'

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melangsungkan kehidupannya, akan tetapi karena tanah

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

RESUME KUTIPAN BUKU LETER C SEBAGAI ALAT BUKTI PERSIL TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

KAJIAN TENTANG GUGATAN PERALIHAN DAN PENGUASAAN HAK. MILIK ATAS TANAH SECARA TIDAK SAH (Studi Kasus Putusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sertifikat ganda..., Joshua Octavianus, FH UI, Universitas Indonesia

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian-penelitian dan tulisan oleh para pakar berbagai disiplin ilmu 2, demikian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Fokus Media UUD 1945 dan Amandemennya. Bandung: Fokus Media

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Penelitian Hukum Normatif (Legal Reasearch). Metode penelitian hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dibelahan bumi manapun pasti memiliki tiga kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan. Dan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi dan pembangunan tanpa disadari kebutuhan papan menjadi kebutuhan yang sangat mendasar.manusia didalam melakukan aktivitasnya selalu berada di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Pada saat manusia meninggal dunia masih memerlukan tanah untuk penguburannya Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya. Tanah juga merupakan aspek utama dan penting dalam pembangunan, karena selunih kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat memerlukan tanah untuk melakukan kegiatan tersebut.peranan penting tanah dalam dinamika pembangunan bisa dilihat, dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 yang mengatakan: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalanmya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.' ^Pasal 33 ayat 3 UUD 1945

Negara Indonesia pada saat ini sudah semakin maju peraturan-peraturan yang mengatur tentang pertanahan, tetapi pada kenyataannya masih ditemui masyarakat pedesaan atau bisa dikatakan masyarakat adat yang belum mengerti dengan peraturan-peraturan mengenai tanah yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Bahkan ironisnya hal itu juga terjadi di Ibukota Negara Indonesia, Jakarta.Ini menimjukkan bukti bahwa proses landreform yang masih jauh dari apa yang diharapkan. Minimnya bukti kepemilikan atas tanah ini menjadi saiah satu penyebab minimnya proses pendaftaran hak atas tanah. Hal lain yang menjadi penyebab adalah minimnya pula pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya bukti kepemilikan hak atas tanah. Proses pembuatan sertipikat itu mereka harus memiliki surat-surat kelengkapan untuk tanah yang mereka miliki. Tanah yang dimiliki masyarakat pedesaan atau masyarakat adat itu dimiliki secara turun temurun dari nenek moyang mereka, surat kepemilikan tanah yang mereka miliki sangat minim sekali bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Mereka menempati dan menggarap tanah tersebut sudah berpuluh-puluh tahun sehingga masyarakatpun mengetahui bahwa tanah tersebut adalah milik si A atau si X tanpa perlu mengetahui surat-surat kepemilikan tanah tersebut.

Hukum yang mengatur tentang tanah dan yang mengatur mengenai permukaan atau kulit bumi saja atau pertanian disebut hukum agraria, dalam arti luas adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.istilah tanah (agraria) berasal dari beberapa bahasa, dalam bahasas latinagre berarti tanah atau sebidang tanah agrarius berarti persawahan, perladangan, pertanian. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia agraria berarti urusan pertanahan atau tanah pertanian juga urusan pemilikan tanah, dalam bahasa inggris agraria selalu diartikan tanah dan dihubungkan usaha pertanian, sedang dalam UUPA mempunyai arti sangat luas yaitu meliputi bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Beberapa definisi hukum agraria menurut para ahli ^ 1. Profesor Subekti mengatakan bahwa hukum agraria ( Agrarian Recht) adalah keseluruhan daripada ketentuan-ketentuan hukum, baik hukum perdata maupun hukun tata negara maupun pula Hukum Tata Usaha Negara yang mengatur hubungan-hubungan antara orang-orang termasuk badan hukum, dengan bumi, air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubunganhubungan tersebut. 2c.:.: Siti Zumrokhatun & Darda Syahrizal, Undang-undang Agraria dan Aplikasinya, Dunia Cerdas, 2013

2. E Utrecht berpendapat bahwa hukum agraria dan hukum tanah menjadi bagian Hukum Tata Usaha Negara yang menguji perhubungan-perhubimgan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat yang bertugas mengurus soal-soal tentang agraria melakukan tugas mereka itu. 3. Lemairei mendefinisikan kepada adanya perkembangan yang membahas hukum agraria sebagai suatu hukum yang bulat. Lemaire mengatakan dengan seiringnya perkembangan iimu hukum dan persiapan kelompok-keiompok ketentuan secara spesialistik. Perkembangan ilmu hkum mengakibatkan pengelompokan-pengelompokan baru dalam bidang ilmu hukum yang dalam tata hukum klasik berdasarkan hukum privat dan hukum publik telah mempunyai tempat yang tetap menjadi satuan-satuan yang baru. Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa hukum Agraria mengandung bagian-bagian dari Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara, juga dibicarakan sebagai satu kelompok hukum yang bulat. Namun, Lemaire hanya memasukkan Hukum Agraria ke dalam Hukum Administrasi Negara. 4. Profesor Budi Harsono mengatakan bahwa keseluruhan kaidah-kaidah baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur agraria. Sedangkan pengertian Agraria menurut UUPA sendiri adalah meliputi bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, bahkan hingga mencapai ruang angkasa. Dengan demikian, ia menyimpulkan bahwa hukum agraria adalah keseluruhan kaidah hukum baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur

bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Ketentuan mengenai tanah terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut dengan UUPA.Timbulnya kasus-kasus sengketa tanah di Indonesia beberapa waktu terakhir seakan kembali menegaskan kenyataan bahwa selama 70 tahun Indonesia merdeka, negara masih belum bisa memberikan jaminan hak atas tanah kepada rakyatnya. UUPA merupakan batas menandai dimulainya era bam kepemilikan tanah yang awalnya bersifat komunal berkembang menjadi kepemilikan individual. Karena itu, setiap perbuatan hukum yang berhubungan dengan tanah, misalnya pembuatan sertipikat tanah, di perlukan suatu instansi yang mengumsnya, seperti camat, PPAT dan BPN, supaya tidak teijadinya peristiwa hukum dalam penggunaan hak atas tanah, seperti banyak teijadi di Indonesia. Dalam pasal 19 UUPA dan PP 24 tahun 1997 ditegaskan bahwa untuk menciptakan kepastian hukum, Pemerintah menyelenggarakan pendaftaran atas tanah gima membuktikan tanda kepemilikan, hal ini yang dimaksudkan supaya adanya penertiban tentang penggunaan tanah. Secara awam kita sering mendengar istilah Girik, girik adalah tanda bukti pembayaran pajak atas tanah, bukan mempakan tanda bukti kepemilikan hak atas tanah. Dengan demikian, apabila di atas bidang tanah

yang sama, terdapat klaim dari pemegang girik dan pemegang surat tanda bukti hak atas tanah (sertipikat), maka pemegang sertipikat atas tanah akan memiliki klaim hak kebendaan yang lebih kuat. Akan tetapi, dalam praktek persoalannya tidak sesederhana itu, kadang atas konflik yang timbul tidak dapat diseiesaikan secara musyawarah tetapi mesti melalui proses peradilan. Demikian pula atas kasus sengketa tanah yang dialami oleh Sdr. Tamami Imam Santoso pada tahun 1991 membeli tanah seluas kurang lebih 2.3 ha di desa Cicau Serang, dari Naer Bin Saidan dengan status girik, akan tetapi dengan beqalannya waktu tanpa ia sadari bahwa tanah yang ia beli telah berubah menjadi tanah bersertipikat dengan status Hak Guna Bangunan yang dimiliki oleh PT Lippo Cikarang, Tbk. Sengketa tanah ini tidak berhasil diseiesaikan melalui proses mediasi dan akhimya berakhir melalui proses litigasi. Dalam proses litigasi sengketa tanah tersebut' diseiesaikan melalui tiga tahapan yaitu : 1. Tingkat pertama di Pengadilan Negeri Bekasi, dengan Sdr Tamami Imam Santoso sebagai pihak Penggugat, dan PT Lippo Cikarang, Tbk sebagai pihak Tergugat 1, Rohim Mintareja sebagai pihak Tergugat II, serta Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi sebagai Pihak Tergugat III. Atas proses tahap pertama ini memutuskan bahwa pihak Penggugat adalah pemilik tanah di desa Cicau tersebut. 2. Tingkat kedua banding di Pengadilan Tinggi Bekasi, dengan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi sebagai Pembanding I, PT Lippo Cikarang sebagai Pembanding II, Rohim Mintaredja sebagai Pembanding III, dan Sdr

Tamami Imam Santoso sebagai terbanding. Keputusan tahap kedua ini mengabulkan permintaan menerima permohonan para pembanding dan membatalkan keputusan Pengadilan Negeri Bekasi. 3. Tahap akhir di tingkat kasasi di Mahkamah Agung, dengan Sdr Tamami Imam Santoso sebagai pemohon kasasi yang melawan PT Lippo Cikarang Tbk, Rohim Mintaredja dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi sebagai termohon kasasi. Keputusan pada tingkat kasasi ini menolak permohonan dari pemohon kasasi. Atas sengketa tanah tersebut penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: "Pembuktian Pemilik Tanah Dengan Alat Bukti Berupa Surat (Girik C) dan Keterangan Saksi Dalam Mempertahankan Kepemilikannya (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung RI No. 708 K/Pdt/2015)." 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Apakah dalam sengketa tanah, alat bukti kepemilikan berupa surat girik C yang didukung keterangan saksi dapat dapat dijadikan alat bukti kepemilikan atas tanah? 2. Apakah proses lelang atas tanah tanpa sepengetahuan pemilik tanah dengan bukti kepemilikan "Surat Girik atas nama Naer Bin Saidan" sah berdasarkan hukum (studi kasus : Pembuktian Pemilik Tanah Dengan Alat

Bukti Berupa Surat (Girik C) dan Keterangan Saksi Dalam Mempertahankan Kepemilikannya (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung RI No. 708 K/Pdt/2015)." 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian kepemilikan tanah dengan alat bukti surat berupa girik C yang didukung dengan keterangan saksi. b. Untuk mengetahui proses lelang atas tanah tanpa sepengetahuan pemilik tanah dengan bukti kepemilikan Surat Girik adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum 1.4 Definisi Operasional Buku Girik adalah buku asli catatan mengenai tanah-tanah adat yang ada di wilayah tersebut yang terdiri dari nama pemilik, nomor unit pemilik, nama bagian persil, kelas desa, luas tanah, hektar, are, sebab hal yang ada, tanda tangan dan stempel kepala desa. Girik adalah kutipan dari buku girik yang ada di kantor kepala desa yang merupakan bukti pembayaran pajak atas tanah adat. 8

Petok adalah istilah lain yang ada di masyarakat atas tanah adat selain girik dan kekitir, dan petok sendiri juga merupakan kutipan dari buku girik yang ada di kantor kepala desa yang merupakan bukti pembayaran pajak atas tanah adat. Kekitir adalah istilah lain yang ada di masyarakat atas tanah adat selain girik dan petuk, dan kekitir sendiri juga merupakan kutipan dari buku girik yang ada di kantor kepala desa yang merupakan bukti pembayaran pajak atas tanah adat. Pembuktian adalah adalah suatu proses mendalilkan bagi pihak yang meyakini kebenaran suatu perkara dengan alat-alat bukti yang diperkenankan Undang-undang ( HIR/KUHPer), dan hal ini biasanya dilakukan di muka hakim dalam suatu persidangan di pengadilan. Pemilik tanah adalah individu, sekelompok individu, badan, atau sekelompok badan yang memiliki hak yuridis dan fisik atas suatu tanah. Alat Bukti adalah suatu hal berupa bentuk dan jenis yang dapat membantu dalam hal memberi keterangan dan penjelasan tentang sebuah masalah perkara untuk membantu penilaian hakim di dalam pengadilan. Keterangan saksi adalah keterangan yang diberikan di muka sidang oleh para saksi, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami sendiri, sebagai bukti teijadinya peristiwa atau keadaan tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai status hukum atas kepemilikan tanah dan atau bangunan yang belum bersertipikat, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti bagaimanakah agar masyarakat Indonesia menyadari pentingnya sertipikat atas tanah dan atau bangunan yang dimilikinya. 3. Kementrian Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia, Badan Pertanahan Negara dan Pemerintah memberikan pelayanan dan pengetahuan yang lebih baik dan mudah kepada masyarakat, dalam proses pembuatan sertipikat atas tanah dan atau bangunan bagi yang berhak. 4. Bagi Masyarakat Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memahami status hukum atas kepemilikan tanah dan atau bangunan yang belum bersertipikat. 10

1.6 Metode Penelitian Menurut John penelitian ialah pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas dalam menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan hukum tertentu.^ Dengan meialui proses penelitian diharapkan akan di peroleh suatu fakta sehingga dapat menganalisa data secara sistematik, jelas dan terperinci. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah : 1. Metode Penelitian Hukum Normatif. Salah satu ciri penelitian hukum normatif adalah bahan-bahan yang digunakan dalah membahas permasalahan hukum berasal dari bahan-bahan pustaka dan literatur-literatur yang ada {library research)^.vomxiivan. hukum normatif hanya meneliti peraturan perundang-undangan, dan mempunyai beberapa konsekuensi, dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder. 2. Sifat Penelitian. Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sifat penelitian deskriptif analisis. Metoda penelitian deskriptifanalisisadalah suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan, menginterpretasi objek sesuai kondisi apa adanya dan menganalisanya dengan orientasi untuk memecahkan httd://www.sedutardengetahuan.com/2014/12/8-dengertian-penelitian-menurut-dara.html " Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,(Jakarta: Rajawali Pers,1990), hal 15. 11

masalah.dalam skripsi ini penulis akan menggambarkan tentang Upaya Hukum Pemilik Tanah Dengan Alat Bukti Kepemilikan Surat Girik C Dan Keterangan Saksi Dalam Mempertahankan Kepemilikannya (studi kasus putusan putusan Mahkamah Agung RI No. 708 K/Pdt/2015) 3. Teknik Pengumpulan Data Serta Bahan-bahan Sumber Hukum Dalam pengumpulan bahan-bahan dalam penyusunan skripsi ini penulis dengan cara studi literatur. Studi literatur menggunakan pedoman studi dengan pata pihak yang berhubungan langsung dengan inti pembahasan dan topik penulisan skripsi ini, diperoleh dari buku-buku, makalah-makalah dan perpustakaan. Bahan-bahan hukum yang digunakan adalah : a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat terdiri dari Peraturan Perundang-undangan. Dalam penulisan skripsi ini penulis bahan hukum primer yang digunakan adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan 12

Pejabat Pembuat Akta Tanah, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 3 tahun 2011 b. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku, dan artikel ilmiah dari kalangan hukum yang mendukung tema dari skripsi ini c. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah kamus maupun ensiklopedia sebagai referensi untuk menjelaskan sumber hukum primer dan tersier. 1.7 Sistematika Penelitian Sistematika penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah, 1.3 Tujuan Penelitian. 1.4 Definisi Operasional 1.5 Manfaat Penelitian 1.6 Metoda Penelitian 1.7 Sistematika Pembahasan. 13

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PENDAFTARAN TANAH 2.1 Girik Letter C dan Kutipan Letter C 2.2 Pengeitian Pendaftaran Tanah 2.3 Prosedur Pendaftaran Tanah 2.3.1 Tujuan dan asas Pendaftaran Tanah 2.3.2 Dasar Hukum Pendaftaran Tanah 2.3.3 Sistem Pendaftaran Tanah. 2.4 Hak-hak Atas Tanah BAB III. Pengertian Umum Tentang Lelang 3.1 Ketentuan Hukum Lelang 3.2 Jenis-jenis Lelang 3.3 Prosedur Lelang 3.4 Risalah Lelang dalam Pelaksanaan Lelang 3.5 Penyerahan Barang Dalam Lelang 3.6 Pembatalan Lelang BAB IV.ANALISA KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.708 K/Pdt/2015 4.1 Kasus Posisi 4.1.1 Putusan Pengadilan Negeri Bekasi No. 78/PDT.G/2013/PN- Bks 14

4.1.2 Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 234/pdt/2014/PT. BDG 4.1.3 Putusan Kasasi Mahkamah Agung No.708 BC/Pdt/2015 4.2 Analisa Hukum Atas Putusan Pengadilan Negeri Bekasi No.78/PDT.G/2013/PN-BKS, Putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 234/Pdt/2014/PT.BDG Dan Putusan Kasasi Mahkamah Agung NO. 708K/Pdt/2015. 4.3 Kekuatan Pembuktian Kepemilikan berupa Surat Girik C dan Keterangan Saksi dalam Sengketa Tanah (Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung RI No. 708 K/Pdt/2015) 4.4 Proses Lelang tanpa sepengetahuan dan sepertujuan pemilik girik asli yang dijadikan bukti kepemilikan dalam sengketa tanah (Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung RI No. 708 K/Pdt/2015). BABV. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 15