I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

sherila putri melinda

A. Pengertian Orde Lama

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Demokrasi Parlementer (Liberal)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ketika Bung Karno Didemo Tentara

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan. Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi. Indonesia pasca pengakuan kedaulatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Presiden Seumur Hidup

Memaknai Pancasila sebagai Dasar Negara*

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SILABUS MATA KULIAH. : Didin Saripudin, Ph.D. Farida Sarimaya, M.Si. Prof. dr. H. Ismaun, M.Pd.

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1967 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

Demokrasi: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 3, Tahun 2017, E-ISSN

SOAL ULANGAN HARIAN. Hari / Tanggal : Rabu, Kelas / semester

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKERTARIAT DAERAH (Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1961 Tanggal 10 Pebruari 1961)

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1958 TENTANG DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

Bung Karno dan Nasakom

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia semenjak 1945

DEMOKRASI PANCASILA DIPUSARAN DEMOKRASI LIBERAL

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

RANGKUMAN KN DEMOS KRATOS DEMOKRASI RAKYAT ARTI : RAKYAT MEMERINTAH PEMERINTAHAN. a) SEJARAH DEMOKRASI. b) PRINSIP DEMOKRASI

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 80 TAHUN 1958 (80/1958) TENTANG DEWAN PERANCANG NASIONAL *) Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

DINAMIKA HUBUNGAN DWITUNGGAL SOEKARNO HATTA DALAM REVOLUSI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan **

Sejarah Lahirnya Demokrasi

I. PENDAHULUAN. Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan:

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua kata Yunani kuno yaitu demos dan cratein yang masingmasing

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN

BAB II PEMBERLAKUAN ASAS TUNGGAL PANCASILA DI INDONESIA PADA ORDE BARU. pemerintahan sebelumnya yakni Demokrasi Parlementer.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

KISI-KISI UAS SEJARAH

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku sistem Demokrasi Liberal, namun perkembangan politik Indonesia hingga tahun 1957 masih mengalami krisis instabilitas politik. persaingan yang berlebihan dikalangan politisi dan elite militer sering menjadi penghambat bagi pelaksanaan pemerintahan yang efektif dan stabil. Salah satu kasus yang dapat dilihat dari suasana kehidupan politik yaitu adanya pertentangan partai-partai politik pasca Pemilihan Umum 1955. Partai-partai politik banyak bermunculan sejak dikeluarkankan Maklumat 3 November 1945 yang berisi agar rakyat membentuk partai-partai politik untuk dapat memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dalam badan-badan perwakilan rakyat. Semenjak dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden N0.X 3 November 1945, yang menganjurkan pembentukan partai-partai politik (Fatah, 1994: 14). Hasil Pemilihan Umum 1955 diharapkan dapat menghasilkan pemerintahan yang sungguh-sungguh mencerminkan perwakilan rakyat. Pemilihan Umum tahun 1955 masih menunjukkan sistem banyak partai dan terdapat empat partai besar partai politik sebagai pemenang Pemilihan Umum yaitu: PNI, Masyumi, Partai

NU, dan PKI. Diharapkan sekali pada saat itu bahwa Pemilihan Umum 1955 akan dapat membentuk kembali demokrasi di Indonesia, tetapi kenyataannya setelah Pemilihan Umum pemerintahan tetap lemah dan tidak stabil seperti sebelumnya (Herbert Feith & Lance Castles, 1988: 42). Keadaan ini mengakibatkan Perdebatan dalam tubuh konstituante tentang ideologi antar partai politik mengenai dasar negara Republik Indonesia yaitu antara partai politik yang beraliran nasionalis, agama dan komunis. Pertentangan partai politik di dalam tubuh konstituante menyebabkan terjadinya instabilitas politik. Sistem Demokrasi Parlementer yang mempengaruhi muncul dan berkembangnya partai-partai politik di Indonesia yang membawa corak masing-masing dengan tujuan yang berbeda. Keadaan yang demikian jelas berpengaruh terhadap tidak menentunya kondisi politik di Indonesia. Sehingga sistem Demokrasi Parlementer dirasakan tidak cocok dengan banyak partai terhadap keadaan rakyat Indonesia. Ketidakstabilan politik dapat dilihat hingga tahun 1957 telah mengalami pergantian kabinet sebanyak delapan belas kali. Ketidakstabilan yang terjadi terjadi adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional serta ditambah dengan putusnya kerjasama Soekarno Hatta sebagai Dwitunggal pada tanggal I Desember 1956. Ada perbedaan pandangan antara kedua tokoh tersebut Mohammad Hatta yang merasa tidak cocok lagi dengan politik yang diterapkan

oleh Presiden Soekarno. Putusnya Dwitunggal secara resmi terjadi pada tanggal 1 Desember 1956 dengan pengunduran diri Bung Hatta sebagai wakil presiden (Moedjanto, 1988:102). Setelah Mohammad Hatta mengundurkan diri terjadilah pemberontakan di luar pulau Jawa. Pemberontakan tersebut merupakan pukulan bagi Demokrasi Parlementer di Indonesia serta telah membuat periode revolusi dan Demokrasi Parlementer ditandai oleh krisis integrasi dan instabilitas politik. Namun kondisi yang demikian, tidak ada suara yang menuntut Soekarno untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden. Patut dicatat bahwa pada saat itu setidaknya sampai tahun 1957 tidak ada satu pun suara yang menuntut Bung Karno mundur sebagai presiden (Alam, 2003: 271). Keadaan tersebut telah memberikan peluang bagi Soekarno untuk membuka pintu baru perkembangan politik. Tatkala krisis didaerah telah begitu memuncak dan Kabinet Ali sudah hampir-hampir tidak berwibawa lagi sementara perasaan anti partai dan anti parlemen semakin besar dari kalangan TNI, dan presiden telah membentuk suatu kelompok baru yang terdiri dari pemimpin-pemimpin politik nasional radikal yang non-partai guna melancarkan cita-citanya, pada tanggal 21 Februari 1957, presiden mengemukakan konsepsinya (Muhaimin, 1982: 93). Pada tanggal 21 Februari 1957 dihadapan pemimpin-pemimpin organisasi sipil dan militer di Istana Negara, Presiden Soekarno mengungkapkan konsepsinya. Menurut Presiden Soekarno sistem politik yang selama ini digunakan harus diganti dengan sistem baru yaitu sistem demokrasi musyawarah mufakat atau Demokrasi Terpimpin yang cocok dengan kepribadian Indonesia. Gagasan yang

dicita-citakan oleh Presiden Soekarno untuk mewujudkan Demokrasi Terpimpin yaitu ingin membentuk kabinet baru dan Dewan Nasional. Untuk itu Presiden Soekarno mengusulkan agar pertama, dibentuk kabinet baru yang mencakup semua partai terbesar termasuk PKI dan kedua, dibentuk satu badan penasehat tertinggi yang para anggotanya terdiri dari seluruh wakil golonga fungsionil di dalam masyarakat. Dalam mewujudkan usulnya itu dengan kongkrit Soekarno kemudian meminta segera dibentuk Kabinet Gotong Royong, dan disampingnya berdiri Dewan Nasional (Muhaimin, 1982 :93). Pemikiran tentang Demokrasi Terpimpin sebelumnya telah dibicarakan oleh Presiden Soekarno pada bulan Oktober 1956, Presiden Soekarno menawarkan satu alternatif lain untuk mengatasi krisis politik yang berkecamuk pada saat itu berupa sistem pemerintahan lain yang dinamainya Demokrasi Terpimpin dengan formula atau konsepsinya sendiri. dari pidato-pidato yang diucapkan oleh presiden pada tanggal 28 Oktober 1956 di depan pertemuan wakil pemuda dari semua partai dan pada tanggal 30 Oktober 1956 didepan kongres persatuan guru. Di depan kedua pertemuan ini presiden untuk pertama kalinya menyatakan bahwa ketidakstabilan dan kemerosotan ahlak negara dapat teratasi dengan melalui jalan Demokrasi Terpimpin (Herbert Feith & Lance Castles, 1988: 62). Konsepsi Presiden Soekarno ternyata mendapat respon dari partai-partai politik. Konsepsi tersebut merupakan perubahan politik ketatanegaan yang seharusnya merupakan wewenang konstituante, sedangkan konsepsi tersebut dikemukakan oleh presiden. Partai-partai politik berpendapat bahwa merubah struktur ketatanegaraan bukanlah wewenang presiden melainkan wewenang Konstituante. Konsepsi ini ditentang oleh Masyumi, NU, PSII, Khatolik dan PRI karena perubahan politik ketatanegaraan secara radikal tersebut adalah wewenang

konstituante bukan wewenang presiden. (Notosusanto, 1991:76 dan Suprapto, 1985: 187). Sehingga Konsepsi Presiden Soekarno menimbulkan pro dan kontra dalam pemerintahan Indonesia. Berdasarkan latarbelakang masalah diatas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi dampak yang ditimbulkan dari Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia tahun 1957-1959. B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Instabilitas politik Indonesia pada tahun 1957 yang belum dapat teratasi. 2. Perdebatan dalam tubuh Konstituante tentang ideologi antar partai politik mengenai dasar negara Republik Indonesia. 3. Pergantian kabinet dikarenakan tidak mampu dalam mengatasi masalahmasalah yang ada. 4. Putusnya Dwitunggal Soekarno-Hatta dikarenakan Mohammad Hatta merasa tidak cocok dengan politik yang diterapkan oleh Presiden Soekarno. 5. Dampak Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia dibidang politik tahun 1957-1959.

2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada dampak dari Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia dibidang politik tahun 1957-1959. Dengan adanya pembatasan masalah tersebut diharapkan dalam penyusunan penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan peneliti. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimanakah dampak Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia dibidang politik tahun 1957-1959? C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimanakah dampak Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia dibidang politik tahun 1957-1959. b. Untuk mendeskripsikan kembali Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan di Indonesia dibidang politik tahun 1957-1959. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peneliti maupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, para pembaca maupun pihak lainnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan pengetahuan mengenai dampak dari konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia dibidang politik tahun 1957-1959. 2. Bagi Dinas Pendidikan, penelitian ini diharapkan berguna sebagai suplemen bahan ajar bagi guru mata pelajaran sejarah di SMA kelas XII semester satu pada sub pokok bahasan Kehidupan Masyarakat dan Negara pada masa Demokrasi Liberal. 3. Ruang Lingkup Penelitian Pada ruang lingkup yang menjadi objek penelitian adalah dampak dari Konsepsi Presiden Soekarno dalam pemerintahan Indonesia di bidang politik tahun 1957-1959. Penelitian yang dilakukan adalah perpustakaan Universitas Lampung dan perpustakaan Daerah Lampung. Pendekatan ilmu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial politik karena menyangkut masalah politik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian historis dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi kepustakaan. Waktu penelitian tahun 2009 dan bidang ilmu yang sesuai dengan penelitian ini adalah Sejarah Sosial Politik.