BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

1 Universitas Kristen Maranatha

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-negara berkembang. HIV dan

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Para ilmuwan meyakini bahwa HIV/AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kasus HIV-

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. HIV adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berpungsi untuk kekebalan tubuh (Maryunani, 2009). AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala - gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkan oleh kuman yang pada keadaan sistem kekebalan tubuh normal tidak terjadi) dan kanker dan biasanya berakhir dengan kematian (Iman, 2011). Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang untuk pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Penyebabnya yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang telah diidentifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI, 2003 2007), permasalahan HIV- AIDS bukan saja 1

menjadi masalah nasional akan tetapi sudah menjadi masalah global, karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia hidup dengan HIV (DepKes RI, 2007) HIV/AIDS membunuh 4.900 orang setiap harinya di dunia, dan 7.300 orang lainnya terinveksi virus HIV. Dua per tiga orang yang hidup dengan HIV/AIDS dan tiga per empat orang yang meninggal karena HIV/AIDS tinggal di Subsahara Afrika. Masalahnya, para penderita di negara mana pun tidaklah menderita sendiri, tetapi melibatkan pula keluarga dan komunitas mereka. Penyakit ini tentu saja sangat mengancam kemajuan ekonomi masyarakat karena menyerang orangorang dalam usia produktif. Hingga di akhir tahun 1998, Bangladesh yang berpenduduk sekitar 120 juta jiwa mencatat 102 orang yang positif HIV, 10 orang darinya menderita AIDS, dan 7 di antaranya meninggal dunia. Jumlah ini tentu saja hanya merupakan pucuk gunung es akibat sistem pelaporannya yang tidak sistematis. Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 4:1. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi adalah pekerja emigran, sopir truk jarak jauh, dan pekerja seks komersial (PSK). Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian HIV/AIDS adalah 1) penduduk yang mobilisasi, 2) lokasi geografi yang berdekatan dengan daerah segitiga emas NAPZA, 3) penggunaan 2

NAPZA, 4) seks komersial, 5) perubahan norma, dan 6) status perempuan yang rendah (Hawkes, Sarah & Tasnim Azim, 2002). Di Belanda terdapat sejumlah 3.734 pasien AIDS hingga di akhir tahun 1995. Kelompok terbesar dari jumlah ini adalah kaum homoseksual pria yang mencapai 75% dari total pasien. Sisanya adalah, berturut-turut kelompok hetero seksual dan kelompok pengguna NAPZA dengan menggunakan jarum suntik (IDU: Injecting Drug Users). Jumlah total penderita HIV/AIDS tidak diketahui dengan pasti karena pengetesan yang dilakukan secara anonim sekali pun dilarang secara hukum. Namun, menurut perkiraan para ahli, jumlah penderitanya mencapai 10.000 sampai 15.000 pada tahun 1996. Berperannya asuransi kesehatan yang membiayai sampai dengan 95% penduduk, kampanye kesehatan terutama kampanye seks aman, program pendidikan kesehatan serta pencegahan penyakit, diyakini para ahli mampu mengendalikan perkembangan HIV/AIDS di masyarakat ke tingkat yang relatif stabil. Meskipun demikian, dalam enam tahun terakhir tercatat 400 sampai 500 kasus baru, termasuk naiknya persentase penderita perempuan hingga mencapai 20% dari total penderita (Danne, Sven A 2004). Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (INAIDS) melaporkan sepanjang tahun 2007, diseluruh dunia terdapat sekitar 33 juta orang dengan HIV (ODHA). Data resmi DepKes RI akhir bulan 3

September 2007 jumlah orang dengan HIV dan AIDS tercatat sebanyak 16.288 kasus yang terdiri dari 5.904 kasus HIV dan10.384 kasus AIDS. Di Indonesia jumlah pasien AIDS hingga September 2010, adalah 22.726 orang. Data tesbut berasal dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota (Laporan Triwulan Kemenkes, September 2010 ). Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 4.229 kasus. Ini berarti baru 39,75% dari keseluruhan penderita yang ada. Dari angka 4.299 kasus, sebanyak 2.400 diantaranya trserang HIV dan 1.899 trjangkit AIDS. Sekitar 555 orang diantarnya telah meninggal dunia akibat serangan penyakit tersebut. Faktor resiko penularan HIV-AIDS sebanyak 78 % karena heteroseksual, homoseksual 4%, Injecting Drug User (IDU) 13%, dan perinatal 5% (dalam Republika Online, 31 Januari 2012). Data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga, pada tahun 2011 tercatat 124 orang penderita HIV-AIDS. Pada bulan Januari Febuari pada tahun 2012 ditemukan 4 penderita, sampai bulan Febuari 2012 total penderita HIV-AIDS di Salatiga tercatat 128 kasus. Dengan presentase sebanyak 54% berasal dari heteroseksual, seks bebas dan 46% dari pengguna narkoba. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota jumlah penderita di Salatiga kemungkinan bisa bertambah dimungkinkan banyak penderita yang enggan melaporkan sakitnya dengan alasan berbagai hal termasuk malu (dalam Suara Merdeka 14 4

Februari 2012). Studi longitudinal dilaporkan prevalensi depresi meningkat dari 15-27% pada 36 bulan sebelum diagnosis AIDS hingga 34% pada saat 6 bulan sebelum diagnosis AIDS dan 43% pada saat 6 bulan sesudah diagnosis (Tandiono, 2007). Pengidap AIDS umumnya berada dalam situasi yang membuat mereka merasakan menjelang kematian dalam waktu dekat, karena sampai saat ini belum ada obat yang berhasil menyembuhkan penyakit tersebut. Situasi tersebut mereka antisipasi secara khusus. Ketika individu dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian besar menunjukkan perubahan karakter psikososial (hidup dalam stress, depresi, merasa kurangnya dukungan social, dan perubahan perilaku (Nasronudin, 2005). Choirul (2004) mengatakan bagi individu yang positif terinfeksi HIV, menjalani kehidupannya akan terasa sulit karena dari segi fisik individu tersebut akan mengalami perubahan yang berkaitan dengan perkembangan penyakitnya. Pandangan dan sikap lingkungan terhadap korban yang umumnya belum bisa menerima, takut, mencap buruk seperti stigma negatif dari masyarakat yang bisa berwujud pengisolasian / pengucilan, penyingkiran serta diskriminasi, membuat penderita makin tertekan. Sehingga barangsiapa yang tertular penyakit ini ibaratnya dia seperti divonis mati. 5

HIV/AIDS memiliki dimensi stigma bagi para penderitanya yang berarti melibatkan pula masalah kemanusiaan. Dimensi stigma dari HIV/AIDS dan Kanker mempunyai dampak negatif terhadap unsur-unsur diri (the self) seperti harga diri, citra tubuh, dan kontrol pribadi dari penderita tanpa memandang jenis penyakitnya. Dampak ini tentu saja dapat berdampak pula bagi motivasi untuk memperoleh kesembuhan di pihak penderita, dan pada gilirannya dapat berakibat negatif bagi proses pengobatannya (Fife dan Wright, 2000). Pasien tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya yang saat ini mengalami penyakit yang mematikan. Respon kedukaan yang ditunjukkan adalah berupa penolakan, marah, tawar menawar, depresi, menerima. Menurut Kubler-Ross (1991) pasien dikatakan menunjukkan respon penolakan jika pasien tidak mempercayai diagnosa dan akan bertanya pendapat banyak dokter lain, tidak mau menceritakan gejala yang dialaminya, serta tetap menunjukkan perilaku rutinnya, respon marah biasanya ditunjukkan dengan marah, bermusuhan dan perilaku yang beresiko tinggi biasanya terjadi, respon tawar menawar ditunjukkan dengan banyak berjanji, seringkali kepada Allah, respon depresi ditunjukkan dengan sikap pendiam, menarik diri, sedih, suasana hati muram, sering melamun, tidak berdaya, merasa bersalah, perubahan pada nafsu makan dan atau pola tidur merupakan ciri yang sering timbul, serta respon menerima ditunjukkan dengan sikap kurang terlibat dengan kesedihan. 6

Penelitian mengenai ODHA yang memfokuskan pada perkembangan status identitas pada penderita HIV & AIDS dengan menggunakan metode kualitatif yang dilakukan oleh Yunita dan Ginanjar (2001), bahwa secara khusus terdapat perubahan status identitas pada tiga area yang di alami oleh penderita pada saat sebelum dan sesudah ia mengetahui menderita HIV positif, yaitu area pekerjaan, kepercayaan religius, dan tingkah laku seksual. Terdapat aspek diri dan hidup yang mempengaruhi kedukaan pada pasien HIV. Aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Kedukaan seperti ini dapan menurunkan kesejahteraan individu seperti mengalami kehilangan kedudukan, perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri. Kedukaan akan kehilangan hidup dialami orang orang yang akan menghadapi kematian sampai terjadinya kematian. Pada pasien HIV hal ini sering menyebabkan kehilangan kontrol terhadap diri sendiri, gelisah, takut, putus asa dan malu. Keduanya menambahkan bahwa penderita HIV mengalami semua reaksi psikologis yang umumnya dialami oleh penderita HIV & AIDS, seperti terkejut, penyangkalan dan kemarahan, menarik diri dan depresi, membuka diri, mencari teman, status spesial, tingkah laku altruistik, dan menerima. Menurut Jia dkk. (2004), melalui penelitiannya mengenai kualitas hidup laki-laki muda pengidap HIV menyimpulkan bahwa dampak dukungan sosial dan coping merupakan faktor utama mengantarkan pada simptom depresi. Dengan memperbaiki dukungan sosial, coping, 7

dan depresi pada individu yang terinfeksi HIV akan memperbaiki kualitas hidup. Melihat fenomena tersebut banyak aspek yang sangat menarik untuk diteliti termasuk respon kedukaan saat pertama kali terdiagnosa HIV sehingga peneliti tertarik untuk melihat dan mengamati bagaimana respon kedukaan pasien saat pertama terdiagnosa HIV positif. 1.2 Rumusan Masalah Belum ditemukannya obat yang berhasil menyembuhkan penyakit ini dan stigma negatif dari lingkungan sosial akan mengakibatkan perubahan psikologis dari pasien yang terdiagnosa HIV. Respon kedukaan dari pasien yang terdiagnosa HIV akan berbeda beda ataupun mengalami semua respon tersebut (penolakan, marah, tawar menawar, depresi, menerima). Ketika pasien yang terdiagnosa HIV dapat menerima keadaannya akan cenderung berespon secara adaptif dan ketika pasien belum atau tidak bisa menerima keadaan tersebut kemungkinan besar akan bersikap maladaptif sehingga akan semakin membuat individu tersebut tertekan dan stres. Kecenderungan respon kedukaan seperti apa yang terjadi ketika terdiagnosa awal HIV positif menjadi sangat menarik untuk dibahas dan masih belum banyak diteliti, sehingga peneliti disini tertarik untuk meneliti respon kedukaan pasien saat pertama kali terdiagnosa HIV positif. 8

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon kedukaan pasien saat terdiagnosa HIV positif. 1.3.2 Tujuan Kusus 1.3.2.1 Melihat respon kedukaan pasien HIV positif saat berespon penolakan 1.3.2.2 Melihat respon kedukaan pasien HIV positif saat berespon marah 1.3.2.3 Melihat respon kedukaan pasien HIV positif saat berespon tawar - menawar 1.3.2.4 Melihat respon kedukaan pasien HIV positif saat berespon depresi 1.3.2.5 Melihat respon kedukaan pasien HIV positif saat berespon menerima 9

1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1 Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan respon kedukaan pasien saat pertama kali terdiagnosa HIV positif. 1.4.1.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu dalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Hasil penelitian ini dapat meingkatkan pemahaman tentang respon kedukaan penderita HIV positif. 1.4.2.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perawat dalam upaya menurunkan stres atau mengurangi respon kedukaan yang maladaptif pada pasien HIV dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 1.4.2.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik permasalahan yang sama. 10