Studi Pembangunan PLTU Hululais 2x55MW Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Beban Dasar Di Bengkulu Ditinjau Dari Aspek Teknis, Ekonomi, Dan Lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU SURALAYA BARU 1X625 MW UNTUK MENUNJANG BEBAN SISTEM KETENAGA LISTRIKAN JAKARTA-BANTEN DALAM SISTEM INTERKONEKSI JAMALI

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

Efisiensi PLTU batubara

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Satria Duta Ninggar

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW dan PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL di SUMATERA BARAT

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

BAB II LANDASAN TEORI

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

y = a 0 + a 1 x 1 + a 2 x 2 + E ETS t = ERT t + EK t + EP t + EIS t

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS LAUT BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI. 2.1 Komponen Penting PLTU Penanganan Batubara

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB III PROSES PEMBAKARAN

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 60 MW DI PLTU PEMBANGKITAN LISTRIK SEKTOR BELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM TENAGA LISTRIK

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

I Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT

Transkripsi:

Studi Pembangunan PLTU Hululais 2x55MW Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Beban Dasar Di Bengkulu Ditinjau Dari Aspek Teknis, Ekonomi, Dan Lingkungan Rachmat Hadi S., Syariffuddin Mahmudsyah, Teguh Yuwono Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS Abstrak - Kebutuhan energi listrik pada era teknologi sekarang ini merupakan kebutuhan yang sangat penting di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dengan semakin berkembang dan bertumbuhnya perekonomian Indonesia terutama daerah Bengkulu tentunya secara otomatis berpengaruh terhadap dituntutnya perkembangan dan pertumbuhan sektor ketenagalistrikan di Bengkulu yang semakin baik. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan juga cadangan gas alam serta transportasi yang kian mahal, maka salah satu pilihan yang diambil adalah dengan menggunakan batubara sebagai energi primer non bbm. Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, dimana kebutuhan energi listrik yang terus bertambah menyebabkan perlunya pengembangan sistem ketenagalistrikan yang ada. Oleh sebab itu diperlukan pembangunan suatu pembangkit baru, dalam hal ini PLTU Hululais 2x55MW, sehingga kebutuhan energi listrik khususnya di Bengkulu dapat terpenuhi dengan baik. Kata kunci : Kebutuhan Energi Listrik, Beban Puncak, PLTU M I. PENDAHULUAN erupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan, tersebar dan tidak meratanya pusat-pusat beban listrik, rendahnya tingkat permintaan listrik di beberapa wilayah, tingginya biaya marginal pembangunan sistem suplai energi listrik, serta terbatasnya kemampuan finansial, merupakan faktor-faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional. Selain itu, makin berkurangnya ketersediaan sumber daya energi fosil, khususnya minyak bumi, yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung dan komponen utama penghasil energi listrik di Indonesia, serta makin meningkatnya kesadaran akan usaha untuk melestarikan lingkungan. Mengingat pentingnya energi listrik bagi kehidupan orang banyak dan bagi pembangunan nasional, maka suatu sistem tenaga listrik harus bisa melayani pelanggan secara baik, dalam arti sistem tenaga listrik tersebut aman dan handal. Aman disini mempunyai pengertian bahwa sistem tenaga listrik ini tidak membahayakan manusia dan lingkungannya dan handal mempunyai arti bahwa sistem tenaga listrik ini dapat melayani pelanggan secara memuaskan misalnya dalam segi kontinyuitas dan kualitasnya II. TEORI PENUNJANG A. Bahan Bakar Batu Bara Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Batu bara terdiri atas berbagai campuran karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, dan beberapa pengotoran lain. Sebagian karbon itu tetap padat bilamana dipanaskan, dan sebagian lagi akan berubah menjadi gas dan keluar bersama-sama unsur-unsur gas lainnya. Bagian gas ini mudah terbakar dan menyala terusmenerus serta agak lebih berasap daripada karbon padat yang membara. Kadar air dan debu yang tidak dapat dibakar yang terkandung dalam batu bara, tidak bermanfaat. Batu bara dibagi dalam berbagai kategori dan sub kategori berdasarkan nilai panas karbonnya, dimulai dengan lignit, yang kadar karbon padatnya terendah, melalui berbagai tingkatan batu bara muda, batu bara sub-bituminus, batu bara bituminus, hingga kepada antrasit. 1

B. Pembangkit Tenaga Listrik Secara umum pembangkitan tenaga listrik dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :. Berdasarkan metode pembangkitannya, dapat dibedakan menjadi: a. Metode pembangitan dengan konversi langsung (direct energy conversion), yaitu terbangkitnya energi listrik (dari energi primer) terjadi secara langsung, tanpa keterlibatan bentuk energi lain sebagai antara (medium) b. Metode pembangkitan dengan konversi tak langsung (indirect energy conversion), yaitu terbangkitnya energi listrik (dari energi primer) berlangsung dengan cara melibatkan suatu bentuk energi lain. Bila energi lain yang berfungsi sebagai medium ini tidak ada, maka tidak akan terbangkit energi listrik. Berdasarkan proses pembangkitannya, dapat dibedakan menjadi : a. Pembangkit non thermal, yaitu pembangkit yang dalam pengoperasiannya tanpa melalui proses thermal atau pemanasan. b. Pembangkit thermal, yaitu pembangkit yang dalam pengoperasiannya melalui proses thermal atau pembakaran. C. Sistem Kerja PLTU Batu Bara Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dulu kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan lama. Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah kalori, kadar kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon, kadar sulfur, ukuran, dan tingkat ketergerusan, di samping parameter lain seperti analisis unsur yang terdapat dalam abu (SiO 2, Al 2 O 3, P 2 O 5, Fe 2 O 3, dll), analisis komposisi sulfur (pyritic sulfur, sulfate sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu (ash fusion temperature). Pengolahan batu bara Batu bara yang langsung diambil dari bawah tanah disebut batu bara tertambang run-of mine (ROM). Batu bara tersebut seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu bara dan lumpur dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian, pengguna batu bara membutuhkan batu bara dengan mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara juga disebut pencucian batu bara (coal benification atau coal washing) yang mengarah pada penanganan batu bara tertambang (ROM coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batu bara dan tujuan penggunaannya. Batu bara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk menghilangkan kandungan campuran, batu bara tertambang mentah dipecahkan dan kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode pemisahan media padatan. Dalam proses demikian, batu bara dipisahkan dari kandungan campuran lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk magnetit tanah halus. Setelah batu bara menjadi ringan, batu bara tersebut akan mengapung dan dapat dipisahkan. Sementara batuan dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang sebagai limbah. Pengangkutan batu bara Cara pengankutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, umumnya batu bara diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Disamping itu, pengangkutan batu bara juga bisa dilakukan dengan menggunakan kapal laut. Sistem pembakaran batu bara bersih Adapun prinsip kerja PLTU itu adalah batu bara yang akan digunakan/dipakai dibakar di dalam boiler secara bertingkat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh laju pembakaran yang rendah dan tanpa mengurangi suhu yang diperlukan sehingga diperoleh pembentukan NOx yang rendah. Batu bara sebelum dibakar digiling hingga menyerupai butir-butir beras, kemudian dimasukkan ke wadah (boiler) dengan cara disemprot, di mana dasar wadah itu berbentuk rangka panggangan yang berlubang. Pembakaran bisa terjadi dengan bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas dan kecepatan tiup udara diatur sedemikian rupa, akibatnya butir batu bara agak terangkat sedikit tanpa terbawa sehingga terbentuklah lapisan butir-butir batu bara yang mengambang. Selain mengambang butir batu bara itu juga bergerak berarti hal ini menandakan terjadinya sirkulasi udara yang akan memberikan efek yang baik sehingga butir itu habis terbakar. Proses terjadinya energi listrik Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu 2

kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau tepi pantai. D. Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan datang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi dan metode DKL 3.01 Metode regresi adalah suatu metode dengan menggunakan model matematik. Metode Regresi Linear berganda Dalam Metode Regresi linear berganda diperlukan faktor/parameter yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik parameter-parameter yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga (X 1 ) 2. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang usaha (X 2 ) 3. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang publik (X 3 ) 4. Pertumbuhan jumlah pelanggan industri (X 4 ) 5. Pertumbuhan jumlah penduduk (X 5 ) 6. Peningkatan PDRB suatu wilayah (X 6 ) 7. Energi listrik terjual (Y) Nilai matriks β dicari melalui persamaan 2.1: 1 β = ( XX ' ) XY...(2.1) Matriks Y akan dapat dihitung dengan memasukkan nilai β pada persamaan 2.2. Y i =β 0 + β 1 x 1i + β 2 x 2i +...+ β k x ki...(2.2) E. Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : EPTt BP t =...(2.3) 8760xLFt Dimana : BP t = Beban puncak pada tahun t EPT t = Energi produksi pada tahun t LF t = Faktor beban pada tahun t III. KONDISI UMUM PROVINSI BENGKULU A. Letak Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu terletak antara 2 o 16 5º31 Lintang Selatan dan 101 o 01 103 o 46 Bujur Timur, membentang sejajar dengan Bukit Barisan dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia pada garis pantai lebih kurang 525 km, secara geografis berbatasan : Sebelah Utara dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan; Sebelah Selatan Samudra Indonesia; Sebelah Barat Provinsi Sumatera Barat; dan Sebelah Timur Provinsi Lampung. Bagian Timurnya berbukitbukit dengan daratan tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan dataran yang rendah yang relatif sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselang-selingi daerah yang bergelombang. Luas Wilayah Administrasi mencapai 1.978.870 hektar atau 19.788,7 kilometer persegi, terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 Kota. Gambar 1 Peta Bengkulu B. Sistem Ketenagalistrikan Bengkulu Kebutuhan tenaga listrik dibengkulu dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Sumbagsel Jambi Bengkulu (S2JB) sebagai pemasok utama melalui jaringan saluran transmisi 70 kv, 150 kv, 275 kv. Kapasitas Pembangkit Listrik di Bengkulu Selama ini Bengkulu hanya memanfaatkan tenaga air sebagai pembangkit listrik utama. Pembangkit listriknya dibangun dari tenaga air. Beberapa pembangkit listrik yang ada diantaranya, PLTA Musi dan PLTA Tes, Selain itu ialah menggunakan bahan bakar solar (PLTD) Data-data mengenai pembangkit-pembangkit tersebut diberikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 1 Data Pembangkit di Bengkulu 2008 URAIAN JML UNIT DAYA ( MW ) TERPASANG MAMPU -PLTA 2 1,66 1,47 -PLTD 91 22,72 12,6 TOTAL 93 24,38 14,07 Sumber: Statistik Kelistrikan Bengkulu 2010 3

IV. ANALISA PERENCANAAN PLTU HULULAIS 2X55 MW Program pembangunan pembangkit baru harus segera dilaksanakan karena untuk pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin besar seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga semakin besar. Gambar 2 Kurva Beban Harian Daerah Bengkulu Konsumsi Energi Listrik Konsumsi energi listrik di Bengkulu menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya dan semakin berkembangnya sektor industri. Sektor rumah tangga merupakan sektor yang paling banyak pelanggannya diikuti dengan sektor komersil, publik dan industri. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Jumlah pelanggan Per kelompok Pelanggan Provinsi Bengkulu Gambar 3 Lokasi PLTU Hululais 2x55MW A. Analisa Ketersediaan Bahan Bakar Ketersediaan bahan bakar untuk operasi PLTU Hululais tentunya juga harus diperhitungkan. Dengan kapasitas 2 x 55 MW, dibutuhkan sejumlah bahan bakar yang setidaknya selama PLTU beroperasi pasokan bahan bakar tersebut tidak berhenti. Tabel 4 Pemakaian Bahan Bakar PLTU Hululais 2x55 MW Sumber: Statistik Kelistrikan Bengkulu 2010 Rasio Elektrifikasi Sampai dengan tahun 2009 di Bengkulu memiliki rasio elektrifikasi sebesar 51,56 %, jika dilihat dari tahuntahun sebelumnya rasio elektrifikasi bengkulu mengalami peningkatan meskipun pada tahun tahun tertentu mengalami penurunan. Rasio elektrifikasi akan naik jika banyak rumah tangga yang teraliri listrik Tabel 3 Rasio Elektrifikasi Provinsi Bengkulu B. Lay Out PLTU Hululais Tata letak komponen PLTU Hululais 2x55 MW yaitu : a. Jetty merupakan dermaga atau tempat merapat kapal laut pengangkut bahan bakar minyak di PLTU Hululais. Kedalaman dermaga ini adalah 18 m dari dasar laut, sehingga memungkinkan kapal-kapal besar merapat. b. Coal Pile (Tempat Penampungan Batubara) pengiriman batubara ke plant dilakukan dengan menggunakan Truk atau kereta api, yang kemudian akan ditampung di Coal Pile dengan kapasitas 670.000 ton untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Sebelum digunakan sebagai bahan bakar, batubara akan melalui beberapa proses yaitu Stacking, Reclaiming dan Processing. Sumber: Statistik Kelistrikan Bengkulu tahun 2010 c. Boiler adalah Dalam power plant, energi secara terus menerus diubah dari satu bentuk ke bentuk lain untuk menghasilkan listrik. Komponen yang mengawali perubahan dan pengaliran energi disebut boiler. Definisi boiler sendiri sebagai suatu komponen pada 4

power plant adalah suatu bejana tertutup yang secara efisien mampu mengubah air menjadi steam dengan bantuan panas dari proses pembakaran batubara. Jika dioperasikan dengan benar, boiler secara efisien dapat mengubah air dalam volume yang besar menjadi steam yang sangat panas dalam volume yang lebih besar lagi. Jenis boiler yang digunakan pada PLTU Hululais adalah Pulverized Fuel Boiler, yang memungkinkan terjadinya sirkulasi sebagian air dalam boiler secara terus menerus. Pengoperasian Pulverized Fuel Boiler yang efisien dan aman sangat tergantung pada sirkulasi air yang konstan di beberapa komponen steam circuit, diantaranya Economizer, Steam Drum dan Boiler Water Circulaating Pump. d. Turbin, konversi energi terjadi pada Turbine Blades, Turbin mempunyai susunan Blade bergerak berselang seling dengan Blade tetap. Steam akan masuk ke Turbin dan dialirkan langsung ke Turbin Blades, Blades bergerak dan bekerja untuk mengubah energi thermal dalam Steam menjadi energi mekanis berotasi, yang menyebabakan rotor Turbin berputar, perputaran rotor ini akan menggerakkkan Generator dan akhirnya energi mekanik menjadi energi listrik. Hubungan peralatan serta prinsip kerja dari Turbin ditunjukkan pada bagian bagian dari Turbin: Nozel, berfungsi untuk merubah energi (pipa pancar) potensial menjadi energi kinetik dari steam. Blades,berfungsi untuk merubah tenaga kecepatan menjadi tenaga putar. Disck (roda turbin), berfungsi untuk meneruskan tenaga putar turbin kepada pesawat yang digerakkan. Tenaga yang dihasilkan adalah tenaga makanis steam. e. Water Treatment Plant adalah tempat pengolahan air yang akan dipergunakan untuk pengisian air ketel (boiler) harus dijaga mutunya untuk menghindari scalling dan korosi. Setelah air laut ditawarkan menggunakan desalination plant, kemudian dilakukan pengolahan air tawar menjadi air ketel dengan menggunakan bahan kimia, diantaranya larutan hydrazine. C. Analisa Perbandingan Peramalan Konsumsi Energi antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01 Adapun analisa ini akan membahas tentang penghitungan perkiraan kebutuhan energi listrik provinsi Bengkulu, sehingga akan didapat hasil perhitungan kebutuhan energi listrik sampai tahun 2021. Dari hasil peramalan dengan metode regresi linier berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi dalam kurun waktu 10 tahun sebesar 10 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL 3.01 laju pertumbuhannya rata-rata sebesar 9,8 % per tahun. Hasil perhitungan. Proyeksi konsumsi energi listrik antara regresi berganda dan DKL 3.01 dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 5 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01 (GWh) Regresi DKL 2010 456.21 357,06 2011 482.19 398,62 2012 508.17 421,21 2013 534.15 447,77 2014 561.35 479,07 2015 587.33 516,08 2016 613.30 559,61 2017 639.28 661,26 2018 666.48 672,67 2019 692.46 754,85 2020 718.44 833,20 2021 744.18 937,65 Gambar 5 Grafik Perbandingan Antara Regresi Linier Berganda dengan DKL 3.01 (GWh) Dari hasil analisa diperoleh hasil perhitungan produksi energi listrik di Provinsi Bengkulu sampai tahun 2020 sebagai berikut : Gambar 4 Rencana Letak Komponen PLTU Hululais 2x55 MW Tabel 6 Peramalan Produksi Energi Listrik Provinsi Bengkulu sampai tahun 2021 Energi Produksi Konsumsi (GWh) (GWh) 2010 428,16 357.06 2011 448,10 398,62 2012 556,43 421,21 2013 634,33 447,77 5

Lanjuatan Tabel 6 2014 723,14 479,07 2015 824,35 516,08 2016 890.82 559,61 2017 973.21 661,26 2018 1055.61 672,67 2019 1138.01 754,85 2020 1220.41 833,20 2021 1302.81 937,65 D. Analisa Pertumbuhan Beban Puncak Provinsi Bengkulu Dari hasil analisa maka akan diperoleh hasil perhitungan beban puncak di Bengkulu sampai tahun 2021, dimana beban puncak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tabel 7 Peramalan Beban Puncak Provinsi Bengkulu Energi Produksi Beban Puncak (GWh) 2010 428,16 89.01 2011 448,10 93,00 2012 556,43 115,48 2013 634,33 131,65 2014 723,14 150,09 2015 824,35 171,09 2016 890.82 184.84 2017 973.21 201.92 2018 1055.61 219 2019 1138.01 236.08 2020 1220.41 253.16 2021 1302.81 270.24 Dari peramalan kebutuhan energi listrik di atas dapat disusun neraca daya sistem Bengkulu sebagai berikut : Tabel 8 Neraca Daya Bengkulu Sampai 2021 Kapasitas Terpasang Beban Puncak selisih 2010 24 89.01-70,01 2011 24 93,00-74 2012 24 115,48-96,48 2013 24 131,65-112,65 2014 24 150,09-131,09 2015 24 171,09-152,09 2016 24 184.84-160,84 2017 24 201.92-177,02 2018 24 219-195 2019 24 236.08-212,08 2020 24 253.16-229,16 2021 24 270.24-246,24 Tabel 9 Neraca Daya Bengkulu Sampai 2021 Dengan Penambahan PLTU Hululais 2x55MW Kapasitas Terpasang Beban Puncak selisih 2010 24 89.01-70,01 2011 24 93,00-74 2012 24 115,48-96,48 2013 24 131,65-112,65 2014 24 150,09-131,09 Lanjutan Tabel 9 2015 24 171,09-152,09 2016 134 184.84-77,64 2017 134 201.92-94,72 2018 134 219-111,8 2019 134 236.08-128,9 2020 134 253.16-145,95 2021 134 270.24-163,04 Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kebutuhan energy listrik di daerah Bengkulu dari tahun ke tahun mengalami penambahan,sedangkan kapasitas sistem yang ada pada tahun 2010 adalah sebesar 24 MW sehingga kapasitas cadangan system untuk tahun selanjutnya mengalami defisit. Unutk memenuhi kebutuhan konsumsi energi tersebut daerah Bengkulu mendapat supply energi dari system interkoneksi S2JB, Artinya system Bengkulu harus diperlukan lagi penambahan pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan energy listrik dibengkulu. Untuk itu pengoperasian PLTU Hululais 2x55MW sangat perlu dilakukan untuk menekan defisit energi dibengkulu, pembangunan PLTU tersebut memakan waktu kurang lebih 4 tahun sehingga sudah dapat dioperasikan pada awal tahun 2016. Pada tabel 4.6 diperlihatkan neraca daya Bengkulu setelah adanya pembangunan PLTU Hululais 2x55 MW. Dimana dengan pengoperasian pembangkit tersebut pada tahun 2016 defisit energi dibengkulu dapat ditekan menjadi 77,64 MW. E. Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan Setelah Pembangunan PLTU Perhitungan biaya penyediaan listrik setelah di bangun PLTU hululais 2x55 MW diharapkan mengalamai penurunan harga dimana BPP daerah Bengkulu dianggap sebagai daerah yang terisolasi sehingga tidak membutuhkan transfer energi dari Provinsi lain dan tanpa subsidi harga oleh pemerintah. a. PLTD = 22,72 MW x 0,85 x 24 x 365 = 169,17 GWh b. PLTA = 1,66 MW x 0,85 x 24 x 365 = 12,36 GWh + 189,53 GWh Jika pembangkit di Bengkulu tidak ditambah sampai tahun 2011. Harga Pokok Penyediaan Listrik untuk Bengkulu, dengan asumsi beroperasi selama 24 jam yaitu : a. BPP PLTD = 169,17 x Rp. 2.696,52 = Rp. 2406,85 / kwh 189,53 b. BPP PLTA = 12,36 x Rp.139,6 = Rp. 8,58 / kwh + 189,53 = Rp. 2415,43/ kwh Harga BPP Pembangkitan Bengkulu adalah 0,8 x Rp. 2415,43 = Rp. 1932,344 Setelah dibangun PLTU Hululais akan menurunkan harga BPP Pembangkitan Bengkulu Isolated dan tanpa Subsidi dari Pemerintah. a. PLTD = 22,72 MW x 0,85 x 5 x 365 = 169,17 GWh b. PLTA = 1,66 MW x 0,85 x 24 x 365 = 12,36 GWh c. PLTU = 2 x 55,0 MW x 0,85 x 24 x 365 = 819,06 GWh + 1.000,59 GWh 6

Sedangkan Harga Pokok Penyediaan Listrik setelah dibangunnya PLTU Hululais adalah : a. BPP PLTD = 169 x Rp. 2696,52 = Rp. 455,44 / kwh 1.000,59 b. BPP PLTA = 12,36 x Rp.139,6 = Rp. 1,63 / kwh 1.000,59 c. BPP PLTU 2x55 = 819,06 x Rp.598,31 = Rp. 489,76/ kwh + 1.000.59 Rp. 946,83/ kwh Sehingga di dapatkan harga BPP Pembangkitan baru Bengkulu Isolated dan tanpa subsidi setelah PLTU Hululais 2x55 MW dibangun adalah Rp. 946,83 x 0,8 = Rp. 757,46 turun 60,8% dari BPP awal V. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dan analisa, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Dengan bertambahnya waktu dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat,sehingga pembangkit bengkulu tidak mampu lagi dapat memenuhi kebutuhan akan energi listrik.pada proyeksi neraca daya tahun 2010 provinsi Bengkulu mengalami defisit energi sebesar 74 MW dan pada tahun-tahun berikutnya kebutuhuhan akan energi meningkat rata-rata 6% pertahunnya sehingga membutuhkan lebih banyak lg supply energi dari system interkoneksi S2JB. 2. Penggunaan bahan bakar pada PLTU hululais selama beroperasi yaitu selama 30 thn adalah menggunakan batubara tipe lignite dengan 4200 Kcal/kg dan hanya membutuhkan 1,15% dari total cadangan batubara dibengkulu 1.470.850.000 Ton sehingga selama PLTU beroperasi diproyeksikan tidak akan kekurangan bahan bakar atau pun mendatangkan batubara dari daerah lain. 3. Harga jual listrik baru setelah operasional PLTU Hululais 2x55 MW mempengaruhi tarif dasar listrik didaerah bengkulu yang awalnya BPP= Rp. 1932,344 setelah dibangun harga BPP menjadi Rp. 757,46 turun 60,8 % dari BPP awali. DAFTAR PUSTAKA [1] Djiteng Marsudi Ir, 2005, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga, Jakarta. [2] Djoko Santoso Ir, 2006, Pembangkitan Tenaga Listrik, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya [3] Syariffuddin, Mahmudsyah, 2010, Hand Out Kuliah Pembangkit dan Manajemen Energi Listrik, Surabaya. [4] Purnomo Yusgiantoro, 2000, Ekonomi Energi Teori dan Praktek. LP3ES, Jakarta. [5] Syariffuddin, Mahmudsyah, 2008, Energi Panas Bumi, Surabaya. [6] FER-55-3-080-2009, Kawerau and Nga Awa Purua Geothermal Power Station Projects, New Zealand [7] Statistik PLN 2010 [8] Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia [9] Statistik Energi Indonesia 2010 [10] Booklet_okt 2009 [11] Peta Potensi Energi Nasional Propinsi Bengkulu [12] Statistik Propinsi Bengkulu [13] http://202.106.220.3/statistik/tahunan.asp? [14] http://www.esdm.go.id [15]http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/_aplikasi_stz tistik/statistik_list.php?mod=aplikasi_statistik&su b=statistik_tabel [16] http://www.koran-jakarta.com/berita-detail terkini.php?id=23115 [17]. http://siteresources.worldbank.org/ INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1106130305439/617331-1110769011447/810296 1110769073153/Infrastruktur.pdf [18] Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Mineral dan Energi, 2009. Handbook of Energy & Economic Statistic of Indonesia, Jakarta [19] PT PLN, Revisi RUPTL 20010-2019, Jakarta 2010 BIOGRAFI PENULIS Rachmat Hadi Sutejo lahir di Bengkulu pada tanggal 15 Juni 1988. Setelah lulus dari SMUN 2 Jombang, penulis melanjutkan studi di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus D3, penulis melanjutkan studi ke jenjang strata 1 (S1) melalui program lintas jalur di jurusan Teknik Elektro ITS, bidang studi Teknik Sistem Tenaga. 7