RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

Penilaian Hambatan Total Kapal Transportasi Antar Pulau Tipe Longboat

PERANCANGAN AIRSCREW PROPELLER UNTUK AIRBOAT CRAFT KAPASITAS 2 PENUMPANG DENGAN METODE PERHITUNGAN BLADE ELEMENT

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN CADIK PADA KAPAL NELAYAN 3 GT DITINJAU DARI POWER ENGINE

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

BAB III METODE PELAKSANAAN

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK

PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT ABSTRAK

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran

TUGAS AKHIR (LS 1336)

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdapat banyak sekali daerah yang berupa rawa-rawa,

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Pengaruh Bulbous bow Terhadap Pengurangan Tahanan Kapal Kayu Tradisional

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR O LEH :

Studi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER

Oleh : Febrina Ikaningrum

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

dimana H = 9,8 m ; T = 7,11 m

BAB II LANDASAN TEORI

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot

KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL MT. NUSANTARA SHIPPING LINE IV AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI. Untung Budiarto, M Abdurrohman Raup, ABSTRACT

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

HAMBATAN, PROPULSI & MOTOR INDUK KAPAL

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

ANALISA PERANCANGAN STERN DRIVE PADA BOAT FISHING SPORT 12 METER

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

PERANCANGAN SISTEM PERMESINAN PADA TRAILING SUCTION DREDGER (TSD) SEBAGAI SARANA PENGERUKAN PADA PERAIRAN PELABUHAN

PERUBAHAN BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP KINERJA MOTOR INDUK. Thomas Mairuhu * Abstract

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL

Optimasi Kinerja Propulsi pada Kapal Ikan Studi Kasus : Kapal Ikan di Perairan Brondong, Lamongan

PRESENTASI SKRIPSI ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN KONSTRUKSI CORRUGATED WATERTIGHT BULKHEAD

Perancangan Kapal Kontainer 8500 DWT Pada Software Maxsurf Enterprise V8i

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

DESAIN PROPELLER KAPAL SELAM 29 METER DENGAN MENGGUNAKAN PROPELLER B-SERIES

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

DESAIN PROPELLER KAPAL SELAM 29 METER DENGAN MENGGUNAKAN PROPELLER B-SERIES

PRESENTASI. Engine Propeller Matching B Series Propeller FPP. Oleh : Ede Mehta Wardana Nurhadi Raedy Anwar Subiantoro

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR DAN BIODIESEL B20 TERHADAP PERFORMANSI ENGINE VOLVO D9B 380

PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Aliran Fluida dan Analisa Gaya Pada Fan Lifter dan Thruster Hovercraft

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

III. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada minggu awal Mei sampai dengan bulan Juni

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

JUDUL TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN KAPAL KATAMARAN DAN MONOHULL SEBAGAI KAPAL RISET DIPERAIRAN BENGKALIS RIAU

DESAIN DAN PEMODELAN SISTEM PROPULSI DAN STAND ALONE SISTEM KONTROL PROPULSI KAPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART


PENGARUH VARIASI BENTUK BURITAN KAPAL TERHADAP HAMBATAN TOTAL MENGGUNAKAN METODE CFD

ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

ANALISA TAHANAN KAPAL PATROLI X MENGGUNAKAN METODE KOMPUTERISASI

Published: ELTEK Engineering Journal, June 2004, POLINEMA

Oleh : Andi Yulanda NRP Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi NIP

PEMILIHAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK MULA RUMAH CRANE PADA FLOATING DOCK DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD GRESIK

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

PENGEMBANGAN TYPE PROPELLER B-SERIES PADA KAPAL SELAM MINI 22 M

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

IRVAN DARMAWAN X

PENGARUH PENAMBAHAN FIN PADA LAMBUNG KAPAL IKAN TRADISIONAL

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

Studi pengaruh bentuk kasko pada tahanan kapal pukat cincin di Tumumpa, Bitung, dan Molibagu (Provinsi Sulawesi Utara)

K.J. Rawson and E.C. Tupper, Basic Ship Theory, 5 th Edition, Volume 1 Hydrostatics and Strength, Butterworth-Heinemann, Oxford, 2001.

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

ANALISA HAMBATAN KAPAL AKIBAT PENAMBAHAN STERN TUNNELS PADA KAPAL TROPICAL PRINCESS CRUISES MENGGUNAKAN METODE CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC)

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL

OPTIMISASI BENTUK BULBOUS BOW DENGAN MENGGUNAKAN KONEKSI (LINK) ANTARA MAXSURF DAN MICROSOFT EXCEL (STUDI KASUS : KAPAL TANKER 6500 DWT)

PERENCANAAN CONTROLLABLE PITCH PROPELLER (CPP) PADA AIR PROPELLER HOVERCRAFT TIPE INTEGRATED POWER

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PENGARUH BENTUK BLADE DAN HOUSING BLADE TERHADAP KINERJA HOVERCRAFT ABSTRAK

Desain Konsep Self-Propelled Backhoe Dredger untuk Operasi Wilayah Sungai Kalimas Surabaya

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

Transkripsi:

ABSTRAK RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II Arif Fadillah * ) dan Hadi Kiswanto*) *) Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada arif_fadillah@yahoo.com Airboat sebagai salah satu alat transportasi air yang menggunakan mesin penggerak udara ini mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk dapat dioperasikan di wilayah perairan yang dangkal, seperti rawa, sungai, danau dan lain sebagainya. Penelitian tahap pertama adalah rancang bangun lambung airboat dengan menggunakan material fiberglass, pada tahap selanjutnya dilakukan analisis mengenai hambatan yang terjadi pada airboat dengan menggunakan metode ITTC 1957 (International Towink Tank Conference) dan Taylor Standards Series untuk selanjutnya dilakukan perhitungan dan pemilihan yang mesin yang terbaik untuk digunakan pada airboat, dari hasil perhitungan yang dilakukan untuk kecepatan 30 Knots memerlukan daya mesin sebesar 43 HP. Dalam perhitungan dan pemilihan dari baling-baling untuk airboat menggunakan metode blade element theory, digunakan baling-baling dengan jumlah daun sebanyak 2 (dua) buah dan dengan diameter baling-baling sebesar 1.50 meter. Penelitian lanjutan diperlukan untuk memadukan sistem penggerak dan lambung airboat serta sistem keselamatan pada airboat sehingga airboat tersebut dapat digunakan secara optimal sebagai alat angkut penanggulangan bencana. PENDAHULUAN Perkembangan dan penggunaan airboat saat ini sudah banyak dilakukan dalam berbagai bidang terutama di luar wilayah Indonesia. Penggunaan airboat saat ini digunakan untuk keperluan pariwisata, pertahanan keamanan, transportasi dan penanggulangan bencana. Airboat atau yang sering disebut dengan fanboat menggunakan sistem dorongan udara seperti kipas sehingga dalam pergerakannya tidak dibatasi oleh tempat dan kedalaman air seperti kapal laut pada umumnya. Melihat perkembangan tersebut maka pengembangan airboat merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji terutama bagi wilayah Indonesia. Seperti contoh pada wilayah Jakarta banyak terdapat daerah rawan bencana seperti banjir dan daerah padat penduduk, bila musim hujan kondisi daerah sering tergenang hingga beberapa waktu sehingga diperlukan upaya dalam evakuasi dan penanganan bantuan. Ditambah lagi dengan kondisi geografis di Indonesia yang sangat beragam di setiap tempat sehingga diperlukan suatu moda transpostasi yang dapat

digunakan pada segala kondisi permukaan, area yang terbatas dan daerah yang sulit dijangkau. Sementara ini upaya-upaya tersebut telah ada dan baik dilakukan namun dirasakan kurang efektif dan efisien. PERUMUSAN MASALAH Dalam penelitian ini memandang adanya permasalahan dalam menanggulangi bencana secara cepat, tepat dan efisien khususnya pada wilayah padat penduduk, wilayah yang memiliki ruang area terbatas dan wilayah yang memiliki keanekaragaman geografis seperti di Indonesia, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana caranya memperbaiki sistem penanggulangan bencana secara efisien dan efektif yang ditinjau dari perbaikan sistem transportasinya. b. Bagaimana merencanakan dan merancang airboat sebagai alat angkut dalam penanggulangan bencana. c. Bagaimana memaksimalkan penggunaan moda transportasi airboat sebagai kendaraan untuk segala medan yang ramah lingkungan khususnya di Indonesia. TUJUAN PENELITIAN Secara umum tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan gambaran kebijakan bagi alat angkut penanggulangan bencana di berbagai kondisi wilayah. b. Mengembangkan gambaran desain model airboat sebagai alat angkut yang efisien dan efektif untuk penanggulangan bencana. c. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah Indonesia dalam usaha memperbaiki sistem transportasi dalam menanggulangi bencana yang terjadi di berbagai tempat yang sulit dijangkau oleh moda transportasi lainnya. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Penelitian terhadap penggunaan airboat sebagai alat angkut dalam penanganan bencana secara efektif dan efisien merupakan bagian dari perencanaan transportasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam hal kebijakan mengenai alat transportasi pada saat terjadinya bencana di tempat yang terbatas dan sulit dijangkau dengan moda transportasi lainnya. 1. Tinjauan Pustaka Airboat merupakan sebuah perahu yang memanfaatkan tenaga dorong hasil kerja atau putaran propeller udara, biasa disebut airscrew propeller atau aircraft propeller. Reaksi fluida pada propeller tersebut berupa gaya dorong, dimana gaya dorong ini menyebabkan airboat dapat bergerak maju dengan kecepatan tertentu. Airboat memiliki bentuk bagian bawah badan perahu yang flow-line dan flat-bottom sehingga memiliki olah gerak dan tingkat kestabilan yang baik, disamping itu airboat juga memiliki draft yang sangat kecil sehingga dapat dioperasikan pada daerah perairan yang sangat dangkal. 2. Teori Perhitungan Hambatan Airboat merupakan alat transportasi yang bergerak di atas air dengan kecepatan tertentunya akan menimbulkan hambatan ketika berlayar. Hambatan tersebut bisa dari air dan atau angin. Gaya hambat dari air dan udara tersebut dapat didorong dengan melakukan perhitungan nilai besarnya hambatan, sehingga dapat menemukan spesifik mesin penggerak yang optimum digunakan untuk airboat. Dalam melakukan perhitungan tersebut, penulis menggunakan rumus perhitungan Tahanan dengan metode Harvald. Adapun rumus dari perhitungan tersebut yaitu : Rt = Ct. ½. S. Vs². γ [kn] Dimana: Rt = Hambatan total Ct = coeffisien hambatan total S = luas permukaan basah Vs = kecepatan γ = density 1,025

3 Metode Perhitungan Air Propeller Metode yang digunakan adalah perhitungan teoritis dari teori blade element. Perhitungan blade element yaitu salah satu aplikasi dari teori momentum propeller. Perhitungan ini dilakukan untuk menganalisa dan mengetahui karakteristik serta performa tiap elemen airfoil penyusunan blade propeller. Perhitungannya dimulai dari penentuan tipe dan platform airfoil yang berdasarkan beberapa parameter seperti kesederhanaan bentuk, material dan performa yang akan dihasilkan. 4. Pemilihan Main Engine Penentuan tenaga penggerak berupa main engine yang sesuai dengan kebutuhan daya airboat, dimana daya yang dikeluarkan tersebut digunakan untuk mengoperasikan atau memutar propeller sehingga propeller tersebut mampu menghasilkan thrust untuk mendorong airboat sampai pada batas kecepatan maksimal yang telah ditentukan. Selain parameter kebutuhan daya, parameter lain yang harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan main engine adalah putaran poros serta torsi maksimal dari main engine. 1. Perhitungan Hambatan Airboat dengan Kecepatan 30 Knots Perhitungan hambatan pada lambung airboat diestimasikan pada kecepatan awal yaitu 15 knots. Adapun metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan hambatan pada airboat adalah rumus dari : 1. ITTC 1957 (International Towink Tank Conference) 2. Taylor Standars Series Rumus tahanan tersebut adalah : R T 1 2 C C V S F A Dimana : Rt = hambatan total C F C A Vs S S = koefisien hambatan geresekan (Frictional) = koefisien hambatan udara (Air) = kecepatan airboat = luas permukaan basah Data-data Ukuran Airboat

Panjang keseluruhan ( LOA ) Panjang garis air ( LWL ) Panjang garis tegak ( LBP ) Lebar depan ( B1 ) Lebar belakang ( B2 ) Tinggi (H) Sarat air (T) = 4,00 m = 2,90 m = 2,90 m = 1,90 m = 2,10 m = 0,56 m = 0,12 m Froude number (Fn) = 1,45 Reynolds Number (Rn) = 1,88.10 7 Coefficient block ( Cb ) = 0,96 Coefficient midship ( Cm ) = 0,99 Coefficient prismatic ( Cp ) = 0,97 Coeffisient waterline ( Cw ) = 0,98 Displacement ( ) = 0,672 Ton Volume Displacement ( ) = 0,672 m³ Koefisien Hambatan Gesek (C F ) Berdasarkan buku dari The International Towink Tank Conference Recomended and Procedures and Guidelines (ITTC) halaman 4, untuk menghitung koefisien hambatan gesek digunakan rumus ITTC 1957 yaitu : C F C F 0,075 (log (log 2 10 Rn 2) 0,075 7 2 10 1,9.10 2) 2,70.10 3 Koefisien Hambatan Udara (Ca) Koefisien hambatan udara merupakan hambatan tambahan yang terjadi pada airboat. Berdasarkan ketentuan The International Towink Tank Conference 1957 (ITTC)1957) untuk besarnya hambatan udara pada airboat dengan range displacement 1000 ton, maka nilai hambatannya adalah : C A 0,6.10 3

Luas Permukaan Basah (WSA) Dari sebuah airboat yang terapung di air sampai suatu garis air yang terdapat permukaan badan airboat yang tercelup. Luas dari permukaan badan airboat yang berhubungan langsung dengan air tersebut, disebut luas permukaan basah. Untuk menghitung luas permukaan basah pada airboat rancangan ini digunakan rumus Taylor yang terdapat dalam buku A Reanalysis Of The Original Test Data For The Taylor Standard Series 1954 pada halaman 8 yaitu : S 2,6.( V LWL) 1/ 2 S 2,6.(0,672 2,90) = 3,63 m² 1/ 2 Hambatan Total Airboat (R T ) Setelah dilakukan perhitungan dari beberapa komponen hambatan, maka dapat ditetapkan besarnya hambatan total airboat. Untuk melakukan perhitungan tersebut, berdasarkan rumus ITTC 1957 maka Rt : R T 2 C C V S 1 2 F A S R T 2 3 2,70 0,6.10 1,00 15,42 3, 63 1 2 = 1,30 kn Efektif Horse Power (EHP) Untuk menghitung EHP airboat rancangan ini yaitu : EHP = Rt x Vs EHP = 1,30 x 15,42 = 20,05 kw = 26,54 HP Propulsieve Coefficeint (P.C) Untuk nilai dari P.C ini dengan range antara 50 ~ 65%, diestimasikan nilainya adalah 60%. Daya Mesin

Untuk menentukan power atau daya mesin dari airboat rancangan digunakan rumus dengan metode Taylor and Gertler yang terdapat dalam buku terjemahan Hambatan Kapal dan Daya Mesin Penggerak oleh Teguh Sastrodiwongso halaman 85, yaitu : P ( P. C) 1 EHP P (0,60) 1 26, 54 HP = 43 HP 6. Perencanaan Baling baling Airboat Baling-baling adalah suatu alat penggerak airboat yang dapat menghasilkan daya dorong yang melebihi hambatan total airboat, sehingga airboat dapat bergerak dengan kecepatan yang direncanakan. Diameter Baling-baling Dalam perencanaan diameter baling-baling ditentukan dengan efektivitas penyesuaian lebar lambung airboat dan ketersediaan ruang. Dari ketentuan tersebut nilai diameter diambil D = 1,5 meter. Putaran Propeller (n) Nilai putaran propeller ditentukan semaksimum mungkin dapat menghasilkan kecepatan yang efektif terhadap nilai kecepatan propeller yang diijinkan dengan bahan fiberglass yaitu 220 m/s. Sementara nilai kecepatan dalam perhitungan diatas (advance speed of propeller) adalah 10,68 m/s. Sedangkan nilai n dari mesin yang digunakan adalah 5600 rpm. Jumlah Blade (B) Untuk perencanaan baling-baling ini ditentukan dengan jumlah 2 (dua) blade. 7. Pemilihan Mesin

Setelah dilakukan perhitungan hambatan pada airboat dan daya mesin yang diperlukan, maka selanjutnya akan dilakukan pemilihan mesin yang akan digunakan untuk sistem penggerak airboat. Dikarenakan dengan kesediaan mesin di pasaran, maka dipilih mesin mobil yang berdaya 1000 cc atau 63 HP. Adapun spesifikasi mesin mobil tersebut adalah sebagai berikut : Sumber : wikipedia.org/xeniadaihatsu Gambar 1 Mesin Airboat Spesifikasi mesin : Merk : Daihatsu Type : EJ - VE Power : 1000 cc (989 cc) Cylinder : 4 (empat) Diameter x langkah : 72 x 81 (mm) Daya maksimum : 63 / 5600 (PS / rpm) Torsi maksimum : 9.2 / 3600 (kgm / rpm) Weight : 100 Kg PENUTUP Berdasarkan hasil pengumpulan data, analisa data dan pelaksanaan pembuatan lambung airboat pada penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : KESIMPULAN

1. Kecepatan untuk airboat direncanakan sebesar 30 knots dengan nilai hambatan total 1,30 kn dan nilai daya yang dibutuhkan sebesar 45 HP. 2. Pemilihan mesin untuk perencanaan airboat dilaksanakan dengan melihat ketersediaan mesin di pasaran dengan harga yang terjangkau, maka dipilih mesin mobil yang berdaya 1000 cc atau 63 HP, dengan nilai putaran (n) dari mesin yang digunakan adalah 5600 rpm. 3. Untuk perencanaan baling-baling ini ditentukan dengan diameter (D) sebesar : 150 cm atau 1.50 meter dengan jumlah daun baling-balign sebanyak 2 (dua) blade. SARAN Diperlukan penelitian lanjutan untuk melakukan sinkronisasi antara mesin dan lambung airboat. Kemudian dilanjutkan peneltian mengenai penggunaan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk operasional dari airboat yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Jenkinson, L. R and John Wiley & Sons Inc., Aircraft Design Projects, New York. 2003. L. Yun & A. Bliault, Theory and Design Air Cushion Craft, John Wiley & Sons Inc., New York. Clifford Matthews, Aeronautical Engineer s Data Book, Butterworth Heinemann, London. M. A. S. Riach, Air Screws: an Introduction to the Aerofoil Theory of Screw Propulsion, C. Lookwood and Son, London.