BAB VI. PENUTUP Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Keistimewaan Hari Jumat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bersegera Menuju Masjid di Hari Jumat dan Meninggalkan Aktivitas Duniawi

Selain itu hukum wajib atas Khutbah Jum'at, dikarenakan Nabi tidak pernah meninggalkannya. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Sunah Yang Hilang di Bulan Dzulhijjah

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Khutbah Jum'at. Memakmurkan Masjid. Bersama Dakwah 1

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM


Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahman

Renungan Pergantian Tahun

Khutbah Jum'at. Keutamaan Bulan Sya'ban. Bersama Dakwah 1

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

EVALUASI PURNA HUNI MASJID ULIL ALBAB KAMPUS 2 UMS


Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

Kecemburuan Seorang Suami Kepada Istri

: : :

Kewajiban Haji dan Beberapa Peringatan Penting dalam Pelaksanaannya

BAB VII KESIMPULAN 7.1. Ringkasan Temuan

Khutbah Jum'at. 6 Nama Lain Ramadhan dan Bagaimana Berinteraksi dengannya. Bersama Dakwah 1

Apakah Kawin Kontrak Itu?

Definisi Khutbah Jumat

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

RUANG SHALAT MASJID AL-AKBAR SURABAYA BERDASARKAN SYARAT RUANG PERIBADATAN ISLAM ARTIKEL ILMIAH

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

Mushola di dalam Rumah

Kelompok 4. Sadri wahyudi Siti cholifah Sarah haikal

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Adab-adab Yang Wajib di Dalam Puasa

Fiqih I'tikaf Hukum dan Keutamaannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERJALANAN KE TANAH SUCI

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Kaidah-Kaidah Tibbun Nabawi

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Takwa dan Keutamaannya

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Cara Mengajarkan Shalat Pada Anak*

BAB IV ELABORASI TEMA

KISI-KISI SOAL SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/ Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

DI BULAN SUCI RAMADHAN

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

Perbandingan Antara Dunia dan Akhirat

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Surat Untuk Kaum Muslimin

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Materi PAI. Bab IX Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Madinah. Oleh Yuliandre

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

: The Prostration of Forgetfulness : Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin

Beberapa Tips praktis dalam sholat.

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

Menahan Amarah. Menahan Marah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ????????????????????????????????????????????


FUNGSI DAN PERAN MASJID

Bukti Cinta Kepada Nabi

Dunia Yang Membuat Lupa Mati

Ajwa Publishing ABDULLA SANG NABI MENGUNGKAP FAKTA KENABIAN, PERANG DAN POLIGAMI MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH

SHALAT-SHALAT SUNNAH (Ustzh. Dian, S.Ag, M.Ag, Dosen STAI Bina Madani, Tangerang)

Bismillahirrahmanirrahim

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa


ISLAM DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

Demikian pula keterangan asy-syaikh Ibnu Baz (Majmu Fatawa Ibnu Baz 13/20).

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

Khutbah Jum'at. Sebelum Ramadhan Pergi. Bersama Dakwah 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. tempat berdakwah menyampaikan risalah dari Nabi Muhammad SAW kepada

Menggemarkan Shalat Sunnah Rawatib

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2013/2014

Transkripsi:

BAB VI. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari proses analisis untuk memperoleh konsep bentuk dan ruang dari Masjid Nabawi pada masa Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan tentang konsep bentuk dan konsep ruang Masjid Nabawi pada masa Nabi Saw, yaitu : 1. Konsep utama dalam perancangan dan pembangunan Masjid Nabawi adalah adanya keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah (hablumminallah), manusia dengan manusia (hablumminannas), dan manusia dengan alam (rahmatal lil alamin, rahmat bagi seluruh alam). Konsep ini benar-benar diaplikasikan oleh Nabi Saw di dalam Masjid Nabawi karena ketiga hal tersebut merupakan inti dari ajaran Islam, yakni bagaimana setiap muslim bisa menyeimbangkan antara ibadah kepada Allah dengan urusan muamalah dengan sesama manusia sehingga menjadi rahmatal lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). 2. Masjid Nabawi merupakan ruang publik (public space) yang merupakan pusat dari tiga aktivitas utama umat Islam Madinah, yaitu : aktivitas keagamaan, aktivitas kenegaraan, dan aktivitas kemasyarakatan. Nabi Saw menjadikan Masjid Nabawi sebagai pusat ketiga aktivitas tersebut untuk menyatukan dan mempersaudarakan Muhajirin (muslimin yang berasal dari Makkah yang kemudian hijrah ke Madinah) dengan kaum Anshar (muslimin yang berasal dari Madinah). Proses menyatukan dua kelompok ini dalam satu entitas menjadi sangat vital untuk mengukuhkan pondasi Islam di bumi Madinah. 3. Masjid Nabawi memiliki desain zonasi ruang yang fkeksibel. Fleksibilitas ini merupakan bentuk adaptasi dari banyaknya aktivitas ibadah dan muamalah yang dilakukan di dalam masjid. Setidaknya terdapat sembilan zona yang ada di dalam Masjid Nabawi, yaitu : Zona Raudhah (publik), Zona Mihrab (prifat), Zona Ahlussuffah (prifat), Zona Jamaah Wanita (publik), Zona Jamaah Pria (publik), Zona Itikaf Nabi Saw (prifat), Zona Itikaf Istri-Istri Nabi Saw (prifat), Zona Perawatan Korban Perang (prifat), dan Zona Tenda Tamu (prifat). 4. Masjid Nabawi memiliki bentuk adaptasi yang baik terhadap kondisi alam dan kebiasaan sebagian kaum muslim Madinah. Beberapa diantaranya memiliki 161

kebiasaan meludah di dalam masjid dan bahkan ada Arab Badui (kampung) yang kencing di dalam masjid. Bentuk adaptasi Masjid Nabawi adalah dengan membiarkan lantai masjid seperti tanah aslinya, yakni pasir. Pasir dipilih karena bersifat suci dan dapat mensucikan. Sehingga dapat mensucikan kotoran-kotoran serta dapat dipakai untuk tayamum pengganti wudhu. Hal ini semata-mata merupakan strategi mewujudkan syariat Islam yang mengatur kesucian agar dapat bersinergi dengan kebiasaan masyarakat dan kondisi alam Kota Madinah. 5. Nabi Saw memisahkan jalur sirkulasi jamaah pria dan wanita dengan membuat pintu khusus untuk para wanita, agar ketika masuk ke Masjid Nabawi tidak bertemu langsung dengan jamaah pria. Konsep sirkulasi di dalam Masjid Nabawi sangat memperhatikan privasi dari kelompok jamaah pria dan wanita. Konsep ini berkaitan dengan konsep hijab di dalam Islam. Dimana seseorang dilarang berdekatan, bersentuhan, dan berpandangan secara terus menerus dengan lawan jenisnya yang bukan mahram. 6. Masjid Nabawi dibangun dengan tiga konsep kesederhanaan, yakni kesederhanaan material, kesederhanaan bentuk, dan kesederhanaan tata ruang. Kesederhanaan tersebut dimaksudkan agar menjadi teladan bagi para Shahbat dan menjadi hal yang paling ditonjolkan sebagai bentuk kezuhudan dalam masalah duniawi. 7. Rumah Nabi Saw yang menempel di sisi masjid membuat kedekatan antara Nabi Saw sebagai pemimpin dengan para Shahabat sebagai rakyatnya semakin terjalin dan tanpa sekat. Rumah Nabi Saw dengan Masjid Nabawi merupakan satu kesatuan yang merepresentasikan kedekatan antara pemimpin dengan rakyatnya. 8. Garis besar pembangunan dan pengembangan Masjid Nabawi yang dilakukan oleh Nabi Saw berdasarkan pada kebutuhan masyarakat Muslim Madinah pada waktu itu. Nabi Saw mewujudkannya dalam enam tahapan pembangunan dan pengembangan sebagai berikut. 1) Menetapkan sutrah Memastikan umat Islam dapat menjalankan ibadah 2) Membangun dinding Memastikan keamanan umat Islam dalam menjalankan ibadah 3) Membangun rumah Nabi Saw Memastikan diri dan keluarga Nabi Saw terlindungi 4) Memberi atap area Ahlussuffah 162

Memastikan kenyamanan kaum fakir dan miskin yang tinggal di Masjid Nabawi 5) Memberi atap area shalat Memastikan kenyamanan ibadah umat Islam 6) Memperluas masjid Memastikan kapasitas Masjid Nabawi dapat menampung umat Islam yang semakin bertambah dengan batasan-batasan tertentu dalam menghiasi Masjid Nabawi dan dengan arah orientasi perluasan menjauhi makam Nabi Saw. 5.2. Saran 5.2.1. Saran untuk Penelitian Selanjutnya Penelitian Masjid Nabawi yang dilakukan dalam tesis ini hanya terbatas pada masa Nabi Muhammad Saw. Yakni dimulai dari awal pembangunannya sampai Nabi Saw meninggal dunia. Sehingga perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk memperkaya khasanah arsitektur Masjid Nabawi. Berikut beberapa saran untuk penelitian selanjutnya. a. Penelitian tentang Masjid Nabawi dapat dikembangkan lagi ke ranah sejarah perkembangan arsitekturnya. Setidaknya terdapat sepuluh kali pembangunan Masjid Nabawi, baik berupa renovasi maupun penambahan luas yang dilakukan pada masa-masa Khulafaurrasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abassiyah, Dinasti Turki Utsmani, dan Kerajaan Saudi Arabia. b. Penelitian ini dapat disempurnakan dengan data-data yang bersumber dari bukti-bukti fisik berupa sisa-sisa reruntuhan Masjid Nabawi pada masa lalu. Data-data tersebut akan melengkapi dan saling menkonfirmasi dengan kebenaran sejarah yang terekam dalam Hadits-Hadits Nabi Muhammad Saw. c. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai ukuran-ukuran bangunan Masjid Nabawi. 5.2.2. Saran untuk Perancangan Dari analisis dan pembahasan hadits-hadits yang bercerita tentang bentuk, ruang, dan tatanan Masjid Nabawi di atas, dapat diambil beberapa guideline sebagai saran untuk perancangan masjid kedepannya. 163

5.2.2.1.Program Ruang 1. Aktivitas yang Harus Diwadahi di dalam Masjid 133 Bangunan masjid seharusnya dapat mewadahi dua fungsi utama, yakni fungsi ibadah dan fungsi muamalah. Berikut adalah aktivitas yang harus diwadahi. Fungsi Ibadah : mengumandangkan adzan, berwudhu, shalat wajib dan dzikir, shalat sunnah dan dzikir, ceramah, dan membaca Al Quran Fungsi Muamalah : duduk-duduk menunggu waktu shalat, tinggal menetap di dalam masjid, membawa dan mengasuh anak kecil, aktivitas belajar mengajar, makan bersama, mempertunjukkan permainan dan berlatih keterampilan, mengadakan pernikahan, berbaring di dalam masjid, dan berbincang-bincang. 2. Hubungan Ruang di dalam Masjid 134 Fungsi-fungsi yang dijelaskan diatas dapat diwadahi dalam beberapa ruang terpisah maupun dalam satu ruang bersama. Hubungan ruang-ruang yang mewadahi fungsi tersebut dapat beraneka macam. Dapat berupa pemisahan tegas, pemisahan semu, bahkan penggabungan atau tidak dipisahkan sama sekali. Pemisahan Tegas : Zona aktvitas ibadah dan muamalah dipisahkan secara tegas dengan dinding massif. Pemisahan Semu : Zona aktivitas ibadah dan muamalah tidak dipisahkan secara tegas, bisa berupa perbedaan ketinggian dan tekstur lantai maupun dinding void. Penggabungan : Zona aktivitas ibadah dan muamalah bergabung dalam satu zona. 3. Kapasitas Masjid Jika masjid tersebut merupakan masjid yang digunakan untuk ibadah harian di suatu komplek hunian, maka masjid tersebut harus dapat menampung seluruh jamaah putra yang ada di komplek tersebut. Karena pada dasarnya Nabi Saw mewajibkan seluruh pria beragama Islam untuk melaksanakan shalat jamaah di masjid. Jadi kapasitas minimal sebuah masjid ditentukan oleh jumlah jamaah pria yang ada di sekitarnya. Namun jika masjid tersebut digunakan untuk shalat 133 Ilustrasi penjelas lihat di lampiran 1.1 134 Ilustrasi penjelas lihat di lampiran 1.2 164

Jumat, maka masjid tersebut harus dapat menampung minimal jamaah yang diperbolehkan untuk shalat jumat. Terdapat empat pendapat tentang jumlah minimal jamaah shalat jumat, yakni dua orang 135, tiga orang 136, 12 orang 137, dan 40 orang 138. 4. Peletakan Pintu dan Sirkulasi Masjid 139 Sebaiknya jalur sirkulasi jamaah putra dengan jamaah putri dipisahkan, termasuk sirkulasi menuju tempat wudhu. Shaf terbaik untuk putra dimulai dari paling depan sedangkan untuk putri dimulai dari paling belakang. Agar jamaah putri dapat mengisi barisan belakang dengan sempurna, maka jalur sirkulasi baiknya tidak melalui pintu anti kiblat, namun melalui pintu samping. Terdapat Jalur sirkulasi khusus yang menghubungkan imam dengan area luar masjid. Sehingga ketika imam batal wudhunya dan akan bersuci, tidak melewati jamaah putra. 5.2.2.2.Elemen Horisontal 1. Bentuk Denah Bentuk denah area shalat sebaiknya kotak untuk memaksimalkan kapasitas jamaah shalat di dalamnya. Namun untuk pelingkup masjid bisa berbentuk apa saja, menyesuaikan dengan konteks lingkungan yang ada. 2. Pemilihan Site Masjid tidak boleh didirikan di atas kuburan. Begitu juga sebaliknya dilarang membangun kuburan di dalam masjid. 135 Ini adalah pendapat Ibnu Hazm, Asy-Syaukani, Shidiq Hasan Khan, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Al-Albani. Berkata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shalat berjamaah sah dilakukan walaupun hanya dengan seorang (makmum) bersama seorang imam, sedangkan Shalat Jumat merupakan salah satu dari shalat-shalat wajib lainnya. Barangsiapa yang mensyaratkan tambahan bilangan yang ada pada shalat berjamaah, maka ia harus menunjukkan dalil pendapat tersebut, dan niscaya ia tidak akan mendapatkan dalilnya. 136 Pendapat kalangan Al Hanafiyah 137 Berdasarkan hadits Nabi Saw berikut, Bahwa Nabi berkhutbah dengan berdiri pada Hari Jumat. Lalu datang kafilah niaga dari Syam, maka pindahlah manusia (yang berada masjid) menuju kepada (kafilah niaga) tersebut, sampai yang tersisa hanya 12(dua belas) orang (yang masih berada di dalam masjid), lalu turunlah ayat ini yang berkenaan dengan (Shalat dan Khutbah) Jumat, Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). (QS. Al-Jumuah : 11). (H.R. Muslim) 138 Pendapat kalangan Al Malikiyah, berpedoman pada hadits dari Ibnu Mas ud radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat Jum at di Madinah dengan jumlah peserta 40 orang. (HR. Ad-Daruquthuny) 139 Ilustrasi penjelas lihat di lampiran 1.5 165

5.2.2.3.Elemen Vertikal 1. Posisi Tiang Masjid 140 Di dalam masjid, ruang yang digunakan untuk shalat sebaiknya bebas kolom agar barisan shalat tidak terputus. Tidak putusnya barisan merupakan bagian dari kesempurnaan shalat. Kalaupun di dalam ruang shalat terdapat kolom, garis shaf diatur agar barisan shalat tidak terputus. 2. Dinding Pelingkup Area Masjid 141 Area dalam masjid dengan area luar perlu dipisahkan secara tegas. Karena pemisahan ini berkaitan dengan kesucian. Area dalam masjid merupakan area suci sedangkan area luar masjid merupakan area non suci. Pembatas area ini dapat berupa dinding massif dengan pintu masif, dinding massif dengan pintu void, jajaran tiang disepanjang dinding, tiang-tiang di sudut masjid, dan satu tiang di depan area imam sebagai sutrah. 5.2.2.4.Ruang-Ruang Khusus 1. Tempat Wudhu Nabi Saw menganjurkan untuk berwudhu di rumah dan berangkat ke masjid dalam keadaan suci. Namun itu bukan berarti meniadakan tempat wudhu di masjid. Tempat wudhu sebaiknya tetap disediakan minimal tiga tempat, yakni satu untuk jamaah pria, satu untuk jamaah wanita, dan satu lagi khusus untuk imam. tempat wudhu khusus imam letaknya berdekatan dengan area mihrab agar imam dapat mengakses tempat wudhu tanpa harus keluar masjid. 2. Mihrab Masjid (Area Imam) 142 Area imam memiliki hubungan dengan area bersuci untuk memudahkan imam dalam bersuci ketika di tengah shalat ternyata imam batal wudhunya. Area imam juga harus memiliki jalur sirkulasi tersendiri agar ketika imam menuju mihrab tidak mengganggu barisan shalat makmum. 140 Ilustrasi penjelas lihat di lampiran 1.3 141 Ilustrasi penjelas lihat di lampiran 1.4 142 Ilustrasi penjelas lihat di lampiran 1.6 166