BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara signifikan pada akhir-akhir ini, baik itu lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yaitu untuk mendapatkan laba (profit). Di samping itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

Transkripsi:

16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem Perbankan di Indonesia diatur dalam UU No.7 Tahun 1992 (diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998) tentang Perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yakni bank umum dan bank perkreditan rakyat. Kedua jenis bank tersebut melaksanakan kegiatan konvensional atau syari ah. Bank Syari ah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari ah, yaitu aturan antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari ah. Dalam menjalankan usahanya Bank Syari ah menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk lainnya. 1 Bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return. Bank Syari ah adalah salah satu unit 1 Ascarya, Akad & Produk Bank Syari ah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, hal. V.

2 15 bisnis. Dengan demikian, bank syari ah juga akan menghadapi risiko manajemen bank itu sendiri. Bahkan kalau dicermati mendalam, bank syari ah merupakan bank yang sarat dengan risiko. Karena dalam menjalankan aktivitasnya banyak berhubungan dengan produk-produk bank yang mengandung banyak risiko, seperti produk mudharabah. 2 Bagi banyak bank, risiko kredit merupakan risiko terbesar yang dihadapi. Keuntungan yang diperoleh bank dari pemberian pinjaman hanya sebagian kecil dari jumlah total yang dipinjamkan, sehingga risiko kredit yang terjadi dapat menimbulkan kerugian yang secara cepat dapat menghabiskan BAB I PENDAHULUAN Dalambab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi kerangka teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis serta hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yang meliputi modal bank. 3 Bank sebagai perusahaan pemberi kredit jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode mempunyai berbagai sumber pendapatan dari berbagai jasa bank, dan bunga sebagai imbalan jasa kredit. Kalau dilihat dalam komposisi laporan rugi laba bank, maka dominasi pendapatan dari bunga, merupakan porsi yang terbesar. Bahkan pengumpulan data, variabel penelitian dan pengukuran serta teknik analisis data. BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akanmembahas tentangprofilobyek penelitian, penyajian data 2 Muhamad, Manajemen Bank Syari ah,yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hal. 309. 3 Ferry N, Idroes, dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cet. 1, 2006, hal. 95. penelitian, analisis data dan pembahasan hasil analisa data.

14 3 1. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan pengetahuan terhadap penulis yang berkaitan dengan bagi hasil, kredit macet dan pembiayaan mudharabah. 2. Bagi Institusi IAIN Walisongo Penelitian ini diharapkan mampu memberikan literatur serta referensi yang dapat dijadikan informasi bagi mahasiswa yang akan meneliti permasalahan serupa. 3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan mampu memberikan khasanah keilmuan dan referensi serta sumber informasi yang berkaitan dengan bagi hasil, kredit macet dan pembiayaan mudharabah. 1.5 Sistematika Penelitian Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan sekripsi ini, terlebih dahulu penulis uraikan sistematika penelitian yang terdiri atas lima bab dan beberapa sub-sub bab. Adapun sistematika penelitiannya adalah sebagai berikut : tidak jarang bank-bank besar, dari seluruh pendapatan yang diperolehnya, maka pendapatan bunga kredit mencapai 95%. Dapat dibayangkan jika terjadi kredit macet yang cukup besar, maka bank tersebut dapat lumpuh, karena sebagian besar dana masyarakat yang dititipkan pada bank, tertahan di tangan para debitur bank. 4 Kredit macet muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya kredit macet adalah terlalu mudahnya bank memberiakan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. 5 Berdasarkan data per 31 Desember 1993 kredit bermasalah telah mencapai 21,2 % dari outstanding Rp. 91,8 triliyun, termasuk kredit macet sebesar Rp. 19 Triliun. Dari 4 Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet. 1, 1995, hal. 12. 5 Muhamad, Op.Cit, hal. 311.

4 13 jumlah tersebut yang sudah diproses oleh Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara sudah mencapai Rp. 3,6 Triliyun. Angka kredit macet yang cukup tinggi, merupakan macetnya suatu produk bank. Jika macetnya produk bukan bank, maka hal ini akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan tersebut, yang dimiliki oleh para pemilik saham. Sedangkan pada bank, masalahnya akan lain. Karena kredit macet tidak saja akan merugikan para pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para pemilik dana, yang sebagian besar anggota masyarakat, dari berbagai lapisan dan tingkat kehidupan, yang dapat meresahkan masyarakat, bahkan merusak sendi perekonomian suatu negara. Masalah kredit macet memerlukan penanganan secara khusus, karena kredit macet menjadi lahan empuk dari pelaku kejahatan ekonomi. 6 Sebelum pembiayaan diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya maka, bank terlebih dahulu mengadakan analisis pembiayaan. Pemberian pembiayaan tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat 6 Mahmoeddin, Op.Cit, hal. 13. maka penelitian ini dimaksudkan untuk menguji lebih lanjut tentang seberapa besar PENGARUH BAGI HASIL DAN KREDIT MACET TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH TAHUN 2011-2013 studi kasus di BMT NU Sejahtera Semarang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah bagi hasil dan kredit macet berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan mudharabah di BMT NU Sejahtera Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa tentang pengaruh bagi hasil dan kredit macet terhadap pembiayaan mudharabah di BMT NU Sejahtera Semarang tahun 2011-2013. 1.4 Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak, yaitu antara lain:

12 5 semakin menurun, artinya bank tidak mampu menyalurkan dana penabung kepada pembiayaan sehingga dana yang ada tidak produktif. Atau adanya tunggakan angsuran ataupun kewajiban dari nasabah yang dibiayai. 16 Pada tahun 2011 pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh BMT NU Sejahtera sebesar 39.887.611.901 dengan perolehan bagi hasil sebesar 607.712.426, sedangkan pada tahun 2012 pembiayaan yang disalurkan mencapai 40.980.451.037 dengan perolehan bagi hasil sebesar 657.249.779. Dan ditahun 2013 selama empat bulan pembiayaan yang disalurkan sebesar 17.542.363.994 dengan perolehan bagi hasil sebesar 246.815.736. Semakin banyak pembiayaan mudharabah yang disalurkan kepada anggotanya maka semakin besar kemungkinan BMT memperoleh bagi hasil yang akan diterimanya. Semakin besar jumlah pinjaman yang diberikan, juga semakin besar risiko yang harus ditanggungnya. Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan diatas, membahayakan. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga pembiayaan tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. 7 Sehingga antara pihak shahibul mall dengan mudharib dapat menjalankan usaha dengan aman tanpa ada kekhawatiran. Perkembangan BUS dan UUS selama satu tahun terakhir, sampai bulan oktober 2012 cukup menggembirakan. Perbankkan syariah mampu tumbuh ± 37% sehingga total asetnya menjadi Rp. 174,09 triliun. Pembiayaan telah mencapai Rp. 135,58 triliun dan penghimpunan dana menjadi Rp. 134,45 triliun. Pertumbuhan penghimpunan dana cukup baik diimbangi dengan pertumbuhan penyaluran dana kepada sektor rill baik berupa pembiayaan (mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, istisna dan qardh) dan dalam bentuk pembiayaan ijarah. 8 Dengan pengamatan yang dilakukan saat ini lembaga keuangan syari ah, baik Bank Umum Syari ah, Bank 16 Yusak, Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di BankSyari ah, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009, hal.22. 7 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta:PT RajaGrafindo, 2005, hal. 93. 8 Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syari ah 2013.

6 11 Konvensional yang mempunyai cabang syari ah, Bank Perkreditan Rakyat Syari ah (BPRS), dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) di Indonesia, dalam melakukan distribusi hasil usaha antara pemilik dana/shahibul maal (deposan) dengan lembaga keuangan syari ah sebagai mudharib masih mempergunakan prinsip bagi hasil. 9 Pada mekanisme lembaga keuangan syari ah atau bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh atau penyertaan sebagian-sebagian. Sistem bagi hasil menjadi karakteristik tersendiri yang memiliki keunggulan dibanding bunga. Keunggulan ini tidak saja karena telah sesuai dengan akidah Islam, tetapi secara ekonomi juga memiliki keunggulan. Oleh karenanya, lembaga keuangan syari ah semestinya tidak hanya menjadi lembaga keuangan alternatif melainkan menjadi suatu keharusan (keniscayaan), sebagaimana keharusan umat Islam terhadap pembiayaan dan hampir tidak lepas diantara keduanya. Dengan munculnya kredit macet, maka tingkat pembiayaan yang disalurkan akan semakin kecil. Pembiayaan mudharabah yang berupa tambahan modal kerja bagi pengembangan usaha mitra tidak akan lepas dari pembiayaan macet. Karena risiko yang ditimbulkan apabila menerapkan produk mudharabah cukup tinggi, serta tingkat kejujuran masyarakat kira yang belum 100% dapat diandalkan. Ketika BMT menyalurkan pembiayaan mudharabah dan pengembaliannya tidak sesuai yang diharapkan maka pembiayaan yang disalurkan juga akan menurun. Namun BMT NU Sejahtera Semarang dalam menyalurkan pembiayaan mudharabah mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa BMT NU Sejahtera Semarang mampu meningkatkan pendapatan dari nasabah yang dibiayainya. Seperti pendapat Yusak Laksmana (2009:22), bahwasannya apabila jumlah bagi hasilnya cenderung meningkat, maka menunjukkan bank mampu meningkatkan pendapatan dari nasabah yang dibiayai. 9 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari ah, Jakarta:PT. Grasido, 2005, hal. 120. Sebaliknya bila bagi hasil yang diterima dari bulan ke bulan

10 7 dikenalkan masyarakat. Layanan yang ditawarkan dan disediakan oleh BMT NU Sejahtera akan selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan mitra usaha. Memiliki ± 32.000 mitra usaha dengan dana kelolaan sebesar 108.143.558.108 (selalu berkembang). 15 Sebagai lembaga keuangan non bank, BMT NU Sejahtera Semarang berperan dalam memperbaiki dan mengembangkan perekonomian umat. Salah satunya dengan menyalurkan pembiayaan mudharabah. BMT dituntut untuk lebih produktif mengelola dana dalam penyaluran pembiayaan. Sehingga BMT NU Sejahtera akan sangat selektif membiayai anggotanya yang berkarakter baik, yang mampu membayar angsuran tepat waktu dan dapat memberikan keuntungan. Namun dalam menjalankan usahanya juga tidak akan terlepas dari risiko kredit macet. Namun seringkali dalam kaitannya dengan pembiayaan selalu ada permasalahan didalamnya. Permasalahan yang sering terjadi terutama di BMT NU Sejahtera Semarang salah satunya ialah kredit macet. Kredit macet sangat erat kaitannya dalam 15 BMT NU Sejahtera, Profil Company BMT NU Sejahtera. barang konsumsi yang harus halal, cara mencari rizki harus benar. 10 Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syari ah, pinsipnya berdasarkan kaidah al mudharabah. Dengan pengusaha atau peminjam dana, bank Islam akan bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana, baik yang berasal dari tabungan/deposito maupun dana bank sendiri berupa modal pemegang saham). Sementara itu, pengusaha atau peminjam akan berfungsi sebagai mudharib pengelola. 11 Sistem keuangan Islam yang berpihak pada kepentingan kelompok mikro sangat penting. Berdirinya bank syari ah yang terus mengalami perkembangan pesat membawa andil yang sangat baik dalam tatanan sistem keuangan di Indonesia. Peran ini tentu saja sebagai upaya untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karena keberadaannya perlu 10 Muhammad,Ridwan,Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 2004, hal. 119. 11 Muhammad, Syafi i, Antonio, Bank Syari ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Tazkia Cendekia, 2001, hal. 137.

8 9 mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat muslim. Bagaimanapun, lembaga keuangan bank, memiliki sistem dan prosedur yang baku sehingga tidak mampu menjangkau masyarakat lapis bawah dan kelompok mikro. 12 Kondisi perekonomian Indonesia masih memerlukan lembaga keuangan syari ah yang mampu mengembangkan ekonomi umat utamanya yang berada di level usaha mikro dan kecil. Keterbatasan pengusaha kecil sebagian besar adalah dari segi permodalan, dari sinilah mereka membutuhkan institusi yang secara langsung menaungi keberadaannya. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syari ah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro seperti BPR syari ah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah. 13 12 Muhammad, Ridwan, Op.Cit, hal. V. 13 Heri, Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: EKONISIA, Cet. 1, 2003, hal. 97. Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT, dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat serta meningkatkan pengetahuan umat dalam pengelolaan keuangan yang bersih, jujur dan transparan. 14 Seiring perkembangan perbankan dan dunia koperasi, BMT NU Sejahtera Semarang ikut berpartisipasi dalam memberikan kontribusi di sektor perekonomian masyarakat yang berlandaskan syari ah Islam dalam mewujudkan pengembangan usaha mikro kecil. Hal ini dapat dilihat dengan adanya simpanan wadiah, simpanan berjangka, pembiayaan syari ah dimana itu semua merupakan produk primer yang 14 Ibid, hal. 96.