BAB V KESIMPULAN. Berikut ini adalah deskripsi lengkap dari hipotesa penelitian ini : Fenomena keberhasilan..., Ucup Supriyadi, FISIP UI, 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Economy of Development. hal.202.the John Hopkins University Press 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCASARJANA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

LAMPIRAN C. Sebuah Alternatif dalam Pelayanan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (termasuk daerah abu-abu )

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

INDUSTRI.

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertumbuhan ekonomi bukanlah merupakan persoalan baru. namun merupakan masalah makroekonomi yang bersifat jangka panjang.

10Pilihan Stategi Industrialisasi

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

Analisis Perkembangan Industri

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB 25 Tahap -Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, industrialisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV ANALISIS DESKRIPTIF KEBERHASILAN NEGARA INDUSTRI BARU BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI ASIA TENGGARA

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

Pengusaha Domestik: Manja atau Dimanjakan? Bramantyo Djohanputro, PhD

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

PENDAHULUAN Latar Belakang

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

Perekonomian Indonesia

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perekonomian Indonesia

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Analogi yang tepat untuk menarik kesimpulan umum atas keberhasilan pembanguna ekonomi NICs di Taiwan dan Korea Selatan adalah seperti hendak membangun sebuah gedung bertingkat yang bernama Gedung Taiwan - Korea Selatan dimana gedung tersebut dibangun melalui proses tahapan konstruksi pembangunan yang jelas dan berkesinambungan, sehingga walaupun wujud gedung Taiwan - Korea Selatan ini sesungguhnya belum selesai seratus persen (dikarenakan keduanya masih terus melakukan pembangunan ekonomi untuk memimpin persaingan global) akan tetapi sudah dapat memberikan gambaran akan bentuk arsitek, kekuatan dan kemegahan dari gedung tersebut di masa mendatang. Hal itu dikarenakan satu hal gedung tersebut telah dirancang oleh arsitek yang kuat dengan cetak biru desain rancang bangun yang jelas, pondasi yang kokoh serta dilengkapi dengan tahapan-tahapan pembangunan yang harus diselesaikannya. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan proses konstruksi pembangunan Gedung Indonesia. Dengan demikian pilihan terbaik bagi Indonesia adalah rekonstruksi ulang. Analogi tersebut memberi makna bahwa pembangunan ekonomi di Taiwan dan Korea Selatan berhasil menjadi negara industri baru (NICs) beserta segala kemajuan yang dimilikinya dikarenakan sejak awal para penguasanya sukses membuat konsensus dari cetak biru pembangunan ekonomi negerinya kedalam sistem, dengan demikian setiap pergantian kepemimpinan tidak terjadi bongkarpasang hasil pembangun ekonomi yang telah dicapai oleh pendahulunya. Berikut ini adalah deskripsi lengkap dari hipotesa penelitian ini : 95

Tabel V.1 Peramida Hipotesa Penelitian Indonesia Prototipe 96 96 Fenomena Keberhasilan B E N C H M A R K Taiwan Confucian Figur Kepemimpinan Negara Berkembang di Asia Tenggara Aliansi Internasional Korea Selatan Confucian Figur Kepemimpinan Aliansi Internasional Pembangunan Ekonomi Land Reform + Global Village NICs di Asia Timur Land Reform +Saemaul Undong

Sedangkan bila dianalisa lebih khusus dari proses tahapan pembangunan ekonominya dari kedua negara, maka peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Koreksi terhadap perspektif teori tahapan linier pembangunan model Rostow : A. Ditemukan adanya anomali yaitu, dikatakan bahwa pada tahap awal pembangunan dicirikan dengan adanya produktivitas masyarakatnya yang rendah akan tetapi teori tersebut tidak diketemukan kebenarannya ketika dipakai untuk menganalisa proses awal pembangunan ekonomi di Taiwan, melalui konsep Global Village, Taiwan langsung berhasil merubah kondisi masyarakatnya menjadi masyarakat yang paling produktiv diantara masyarakat lainnya di kelompok negara-negara industri baru, hal ini dikarenakan suksesnya program pendidikan yang menyebar keseluruh pedesaan sehingga dengan cepat menerima konsep pembangunan yang di gagas oleh pemerintahan Chiang Kai-shek serta didukung oleh adanya kesamaan historis sebagai masyarakat terbuang dari Cina Daratan sehingga memacu untuk memodernisasi negaranya.(data penjelas lihat hal 33) B. Anomali berikutnya adalah, yang menyatakan bahwa pada saat memasuki fase tinggal landas dari pertumbuhan ekonomi tahapan linier maka ditandai dengan besarnya capital investment. Akan tetapi lain halnya di Taiwan dimana besarnya angka capital investment lebih kecil dan semakin menurun dibandingkan dengan besarnya angka devisa ekspor. (data penjelas lihat halaman 38). C. Anomali lainnya adalah, dikatakan bahwa ketika masyarakatnya memasuki fase masyarakat konsumsi tinggi yang ditandai oleh salah satunya adalah meningkatnya belanja negara di sektor militer, namun ternyata dalam kasus pembangunan ekonomi di Taiwan masyarakatnya semakin modern tetapi belanja sektor militernya semakin menurun. (data penjelas lihat hal 40). Tuntutan ini menurut peneliti adalah sebuah pertanda bahwa pendekatan nir-militer melalui penguatan sosial-ekonomi merupakan tren baru untuk mampu dijadikan Soft Power Factor dalam melakukan diplomasi politik luar negerinya dimana tren ini tidak diprediksi oleh Rostow. 97

2. Hipotesa dari tesis ini adalah : Keberhasilan pembangunan ekonomi di Taiwan dan Korea Selatan telah menjadi sebuah fenomena yang layak dijadikan patron bagi kelompok NICs lainnya sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan prototipe bagi pembangunan ekonomi di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Beberapa kesimpulan penting yang bisa diambil dari keberhasilan pembangunan ekonomi Taiwan dan Korea Selatan adalah sebagai berikut: A. Keberhasilan konsep awal pembangunan ekonomi Taiwan melalui konsep Global Village dan di Korea Selatan melalui konsep Saemaul Undong telah membuktikan bahwa ketika posisi negara masih dalam tahap sebagai negara pinggiran atau semi-pinggiran maka kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat adalah melakukan pemilihan kebijakan yang langsung berdampak pada ekonomi riil rakyat banyak (model kebutuhan Bottom-up) akan tetapi dilaksanakan dengan model kepemimpinan Top-down, dari pada disibukkan dengan memperbaiki angka-angka ekonometri dari pencapaian pembangunan ekonomi yang rentan dengan fluktuasi dan campur tangan pihak yang berlawanan kepentingan (invisible hand) yang hanya memburu keuntungan (rent seeking) semata, karena laju pembangunan ekonomi yang kekal akan berpihak kepada ekonomi riil bukan ekonomi gelembung B. Kebijakan awal yang tepat sebelum tata kehidupan ekonomi-sosial rakyat sebuah negara mapan maka seharusnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah kekuasaan yang sentralistik bukan dengan langsung menerapkan demokrasi, melakukan penguatan fundamental ekonomi riil dan protektif terhadap serangan dari negara luar yang sudah mapan terlebih dahulu sambil fokus kepada industri strategis tertentu sebagai andalan, bukan diserahkan kepada ekonomi pasar. Dalam situasi ini peran aktor negara yang kuat sangat penting dan pihak swasta pun berbuat sebesar-besarnya untuk kepentingan negara. Korea Selatan diwakili Park Chung-hee dan Taiwan diwakili Chiang Kai-shek adalah figur dengan kepemimpinan yang kuat sekalipun dengan berbagai tindakan yang kontraversialnya. Potret tersebut berbanding terbalik dengan apa yang telah terjadi di Indonesia 98

sehingga terjadi proses demokratisasi yang lebih banyak membawa hambatan terhadap pembangunan ekonomi daripada mempercepat proses kemajuan tetapi hanya memunculkan arah dan hasil pembangunan ekonomi yang tidak jelas karena laju pembangunan ekonomi sepenuhnya dikendalikan dan dilaksanakan oleh swasta pemilik modal yang selalu menggunakan logika keuntungan semata dan meminggirkan kepentingan ekonomi negara. C. Keberhasilan Korea Selatan untuk keluar dari krisis keuangan pada tahun 1997 dengan menggunakan jasa institusi keuangan internasional (IMF:International Monetary Fund, memberikan bukti bahwa, besarnya dana bantuan dari negara sentral dalam membangun ekonomi Taiwan dan Korea Selatan. Telah menghilangkan kontraversi terhadap perlu atau tidaknya melibatkan rejim asing dalam membangun ekonomi sebuah bangsa selama penggunaanya tidak dicampuri oleh kebijakan pihak pemberi bantuan akan tetapi ditentukan oleh kebijakan ekonomi domestik negara penerima bantuan yang lebih mengetahui dengan persis duduk permasalahannya dan adanya peningkatan kapasitas administratif. Kesalahan resep dibuktikan dengan kegagalan IMF dalam mengeluarkan Indonesia dari krisis keuangan pada tahun yang sama penyebabnya adalah karena perlakuan dan kesiapan yang berbanding terbalik dengan perlakuan yang di diberikankepada Korea Selatan. D. Ditinjau dari perspektif teori internasional dependensi, Teotonio Dos Santos, terdapat tiga tonggak penting sehingga Taiwan dan Korea Selatan berhasil merubah posisi dari negara pinggiran menjadi negara sentral : Pertama, membangun sumber daya dan infrastruktur dasar yang menyebar sebagai pondasi awal pembangunan yang bertitik tolak dari agro-industri dan industri skala kecil dan menegah (SMEs: Small and Medium-sized Enterprises), khusus untuk Korea Selatan didominasi oleh Chaebol dan industri menegah sebagai pemasok. Kedua, masa peralihan dari agroindustri menjadi industri dan jasa padat modal dan investasi modal disertai fokus kepada pilihan penguasaan industri strategis. Ketiga, perubahan struktur industri menjadi industri yang berbasis Information Technology Industries dan menjadikan pasar regional maupun internasional sebagai lahan ekspansif. Hasilnya hampir seluruh produk elektronik 99

teknologi informasi dunia tidak bisa terlepas dari kontribusi pasokan produk buatan Taiwan dan Korea Selatan. Ketiga hirarki tangga pertumbuhan ekonomi tersebut oleh bangsa Indonesia ternyata dilompat sehingga yang terjadi adalah rapuhnya kemandirian industri pangan karena dampak dari tidak adanya modernisasi teknologi agro-industri dan tidak adanya penguatan industri skala kecil dan menengah seperti yang terjadi di Taiwan sedangkan pengembangan industri konglomerasi seperti yang dilakukan Korea Selatan pun gagal dikendalikan. Selanjutnya tahapan ketiga dari teori Theotonio Dos Santos untuk mencapai kesetaraan dalam teknologi industri dengan negara sentralpun gagal dicapai karena terpecahnya konsentrasi fokus pembangunan dimana realitas masyarakatnya menuntut untuk kembali ke tangga tahapan awal yaitu kemandirian industri dasar. Sedangkan pemimpinya gagal memobilisasi sebuah konsensus untuk komit dengan industri strategis. E. Lahirnya figur kepemimpinan yang kuat mampu melahirkan konsep yang kuat dibarengi oleh prilaku masyarakatnya sebagai pelaku ekonomi melaksanakannya dengan sistem nilai Confucian yang sudah melekat sebagai hukum tidak formal dan dijadikan standar nilai. telah membuktikan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan sekalipun tanpa harus mengandalkan faktor berkah sumber daya alam (resources endowment factor) bahkan mampu mengalahkan negara-negara yang hanya mengandalkan faktor berkah melimpahnya sumber daya alam tetapi gagal mengelola sumber daya manusianya F. Salah satu pokok kelemahan dari Negara-Negara di Asia Tenggara seperti Indonesia adalah belum mampu keluar dari objek tekanan negara industri tentang pembagian tata kerja internasional (international division of labour). Hal ini diakibatkan oleh negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia masih dijadikan sebagai nagara penampung re-lokasi industri yang padat karya atau industri yang berteknologi rendah, maka selama pemerintahnya tidak memiliki kebijakan untuk mengejar kesetaraan yang tegas tetapi sebaliknya hanya berorientasi kepada penyerapan sumber daya murah maka selama itu pula proses industrialisasi di Indonesia tetap tertinggal dan tidak akan mampu merubah struktur dari pembagian tata kerja internasional untuk itu diperlukan penataan kembali strategi dan fokus 100

pembangunan industrialisai di Indonesia agar mampu mengejar kesetaraan dengan negara yang terlebih dahulu mencapai kemajuan. G. Sisi menarik lain dari suksesnya program reformasi lahan (land reform) di Taiwan dan Korea Selatan adalah, suksesnya program ini ternyata tidak hanya berimplikasi kepada kepentingan pemerataan pembangunan ekonomi semata tetapi juga berdampak kepada politis yaitu penguatan peran aktor negara dan memperlemah dominasi peran pemilik modal seperti para saudagar dan penguasa wilayah yang lebih sering menggunakan kekuatan modal dan politiknya untuk menghalangi proses pemerataan industrialisai sampai pada masyarakat pedesaan. Dampak sosial-politik lainnya adalah dapat menggali basis dukungan kelas sosial terbawah secara lebih luas sebagai bentuk balas jasa atas telah dinikmatinya kue pembangunan secara lebih merata. H. Adanya perbedaan kultural di Indonesia akan dapat menjadikan kesulitan tersendiri untuk diterapkannya semangat dari nilai confucian, untuk itu dibutuhkan proses edukasi menyeluruh yang dilakukan oleh aktor negara. 101