BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. nasional dalam bab II pasal 3 tentang aturan tentang pendidikan nasional di sebutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam sebuah Negara. dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Karena itu negara harus

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk. mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga relevan dan kontekstual dengan perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan mandiri dan mampu bersaing dengan negara lain. Kurikulum yang berkembang saat ini adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di dalamnya terdapat beberapa prinsip, salah satu diantaranya adalah tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (BSNP, 2006) Pernyataan di atas sejalan dengan tujuan pendidikan menurut UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2 Salah satu pembelajaran yang membutuhkan suatu pemahaman yang baik agar sesuai dengan tujuan pendidikan di atas adalah pembelajaran IPA. Salah satu tujuan mata pelajaran IPA di SMP adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat serta mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, 2008:22) Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), konsep perkembangan zat adiktif dan psikotropika merupakan konsep yang disajikan di tingkat SMP/MTs dan diberikan di kelas VIII semester ganjil. Konsep ini merupakan konsep yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga perlu untuk dipelajari. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman yang kuat agar siswa dapat memahami konsep dengan sebaik-baiknya. Kurangnya pemahaman siswa dikarenakan peran serta siswa dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru, hal ini menyebabkan siswa hanya medengar dan mencatat penjelasan dari guru, tanpa memahami secara jelas konsep yang dipelajari. Peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran pada mata pelajaran IPA kimia, khususnya pada konsep zat adiktif dan psikotropika dapat dilakukan melalui inovasi pendidikan dan pembelajaran oleh para guru. Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas, guru harus bisa mengolah suatu konsep pembelajaran dengan baik, menerapkan strategi pembelajaran, memilih media pembelajaran, mengembangkan model pembelajaran sampai pada

3 kemampuan guru dalam mengolah waktu belajar yang efektif. Melalui upayaupaya tersebut diharapkan dapat diwujudkan proses belajar mengajar yang berkualitas. Model Cooperative Learning banyak digunakan sebagai suatu inovasi pendidikan dan pembelajaran. Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep tetapi juga menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, serta mengembangkan sikap sosial siswa. Penerapan model Cooperative Learning memberi peluang kepada siswa agar mau mengemukakan dan membahas suatu pandangan serta menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi kepada siswa melalui dorongan dan dukungan rekan sebaya. Lie (Isjoni, 2009:16) menyebut Cooperative Learning dengan istilah pembelajaran bergotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas lain yang terstruktur. Model pembelajaran ini menganut pada sistem pembelajaran berkelompok, sehingga siswa dapat menyatukan pemikiran mereka untuk mendiskusikan, menganalisis masalah, dan menyimpulkan solusi dari sebuah masalah yang dihadapi. Model Cooperative Learning memiliki beberapa tipe dan telah banyak dikembangkan seperti Mencari Pasangan (Make a Match), Kepala Bernomor (Numbered Head Together), Kancing Gemerincing, Jigsaw, Teams-Games- Tournamen (TGT), dan Group Investigation (GI).

4 Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model Group Investigation (GI). Sutrisno (Farida, 2008:4), mengatakan: Model pembelajaran investigasi kelompok adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif, merupakan kegiatan belajar yang berorientasi pada siswa. Siswa belajar pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dengan pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok siswa belajar bersama, saling membantu, dan berdiskusi bersama-sama dalam menemukan dan menyelesaikan masalah. Hal senada diungkapkan oleh Slavin (2010: 215), menurutnya Group Investigation tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial. Artinya, pada model ini, pembelajaran dilakukan dengan cara berkelompok, komunikasi dan interaksi sesama siswa sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. GI dapat digunakan untuk membimbing siswa mampu berfikir sistematis, kritis, analitis, berpartisipasi aktif dan berbudaya kreatif melalui kegiatan untuk merumuskan masalah dengan pertanyaan dan dorongan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru IPA MTs Negeri Kandanghaur Kab. Indramayu, pembelajaran IPA di sekolah ini lebih di dominasi oleh metode ceramah, guru lebih dominan dalam pembelajaran, sehingga siswa hanya medengar dan mencatat keterangan dari guru, tanpa memahami konsep secara baik. Oleh karena itu, penulis ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa aktif sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik.

5 Penulis berasumsi bahwa model pembelajaran Group Investigation dapat diterapkan pada konsep zat adiktif dan psikotropika. Oleh karena itu, penulis menuangkannya dalam bentuk penelitian dengan judul Penerapan Model GI (Group Investigation) pada Konsep Zat Adiktif dan Psikotropika (Penelitian Kelas pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kandanghaur Kabupaten Indramayu). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan model Group Investigation pada konsep zat adiktif dan psikotropika pada siswa kelas VIII A MTs Negeri Kandanghaur Kabupaten Indramayu? 2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Group Investigation pada konsep zat adiktif dan psikotropika pada siswa kelas VIII A MTs Negeri Kandanghaur Kabupaten Indramayu? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini pada dasarnya untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan model Group Investigation pada konsep zat adiktif dan psikotropika pada siswa kelas VIII A MTs Negeri Kandanghaur Kabupaten Indramayu

6 2. Untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Group Investigation pada konsep zat adiktif dan psikotropika pada siswa kelas VIII A MTs Negeri Kandanghaur Kabupaten Indramayu D. Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui keefektifan model Group Investigation pada konsep zat adiktif dan psikotropika. Serta dapat mengukur hasil belajar siswa kelas VIII A di MTs Negeri Kandanghaur Kabupaten Indramayu pada konsep zat adiktif dan psikotropika E. Kerangka Pemikiran Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), konsep zat adiktif dan psikotropika merupakan konsep yang disajikan di tingkat SMP/MTs yang diberikan di kelas VIII semester ganjil. Konsep ini merupakan konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga perlu dipelajari dengan sebaikbaiknya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Sudjana (Farida 2008:8), mengatakan: Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan aspek yang ada pada individu Belajar yang baik adalah belajar yang aktif, tetapi belajar tidak bisa dipisahkan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan ke orang lain. Untuk

7 memotivasi agar siswa aktif mengalami belajar sendiri diperlukan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada konsep zat adiktif dan psikotropika adalah Group Investigation (GI). Menurut Anurrahman (Hidayanti, 2010:36) GI merupakan wahana untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah sentral dari keseluruhan proses pembelajaran. Menurut Slavin (2010:218), pembelajaran dengan menerapkan model Group Investigation memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok Pada tahap ini, guru membagi topik menjadi beberapa sub topik. Kemudian guru membagi kelompok secara heterogen dan berdasarkan sub topik yang ingin siswa pelajari. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok 6 orang. Setiap kelompok di beri sub topik/ soal yang berbeda. 2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari Setelah berkumpul dengan kelompoknya dan mendapat soal. Siswa dalam kelompok merencanakan tugas pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, dan bagaimana tahap-tahapnya. Guru dapat melampirkan selembar kertas dengan tujuan untuk menampilkan bukti grafis bahwa kelas tersebut merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari kelompok-kelompok. Adapan contoh perencanaan tersebut sebagai berikut:

8 Topik Penelitian Kami : Anggota Kelompok : (Nama-namanya) Apa Saja yang Kami Investigasi : Sumber-Sumber Kami : Bagaimana Kami Membagi Tugas : 3. Melaksanakan Investigasi Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, b. Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, c. Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Sedangkan guru berkeliling, memperhatikan pekerjaan siswa, membimbing, dan memberikan penjelasan jika ada soal yang kurang dipahami oleh siswa. 4. Menyiapkan laporan akhir Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting, b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, c. Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam persentasi investigasi.

9 5. Mempresentasikan laporan akhir Siswa mempersentasikan tugas LKS yang telah didiskusikan. Persentasi ini disesuaikan dengan tugas LKS yang diberikan guru. Pada tahap ini, para siswa dari kelompok lain boleh bertanya pada kelompok presentasi tentang hal yang belum mereka mengerti atau boleh memberi masukan tentang sub konsep tersebut. 6. Evaluasi pencapaian Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, b. Guru memberikan masukan dan menjelaskan tentang sub-sub konsep yang telah di presentasikan sehingga siswa yang masih tidak mengerti dapat memahaminya Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

10 Proses pembelajaran ini tercantum dalam suatu kerangka pemikiran seperti tertera pada Gambar 1.1: Analisis KTSP Indikator Pembelajaran: SK 1. Mengkategorikan zat adiktif dan psikotropika 2. Mengidentifikasi dampak negatif zat adiktif dan psikotropika 3. Mengurutkan kadar alkohol 4. Mengidentifikasi cara-cara menghindarkan diri dari zat adiktif dan psikotropika 5. Mengidentifikasi cara-cara pencegahan dan penyembuhan zat adiktif dan psikotropika 6. Menunjukkan ciri-ciri fisik korban pengguna zat adiktif dan psikotropika 7. Mendata penggunaan zat adiktif dan psikotropika dalam bidang kedokteran KD Tahapan model pembelajaran Group Investigation: 1. Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok 2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari 3. Melaksanakan investigasi 4. Menyiapkan laporan akhir 5. Mempresentasikan laporan akhir 6. Evaluasi Pencapaian (Slavin 2010:218) Hasil belajar Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

11 F. Hipotesis 1. Hipotesis nol (Ho) Tidak terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Group Investigation. 2. Hipotesis alternatif (Ha) Terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Group Investigation. G. Metode dan Lokasi Penelitian 1. Metode Penelitian Menurut Russefendi (2011:1), metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, menyusun, serta menginterpretasikan data yang diteliti menjadi kesimpulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kelas yang merupakan suatu upaya untuk menjelaskan berbagai aspek hubungan antara ketergantungan materi subjek, pembelajar dan pengajar. Penelitian kelas dilakukan oleh guru beserta pengamat (observer). Penelitian kelas bertujuan agar adanya perbaikan di dalam kelas dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian kelas, subjek yang menjadi objek penelitian adalah siswa di kelas tersebut. Russefendi (2011:1) mengungkapkan: Tahap penelitian kelas ada tiga fase. Pertama, fase persiapan. Pada fase ini guru membuat persiapan pengajaran sekaligus membuat kesepakatan dengan pengamat mengenai apa yang akan diungkapkan dalam penelitian itu. Fase kedua, guru mengajar dan observer mengamati kejadian selama proses pembelajaran. Fase ketiga, mendiskusikan hasil observasi mengenai kejadian-kejadian selama mengajar.

12 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di MTs Negeri Kandanghaur yang berlokasi di Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Adapun alasan diadakan penelitian di sekolah ini karena di sekolah ini belum pernah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model GI pada konsep zat adiktif dan psikotropika.