BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

Peraturan...

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 SERI E.102 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 8

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA PEKALONGAN,

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISONAL, PUSAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BREBES dan BUPATI BREBES

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 9 TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENYELENGGARAAN PASAR

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2008

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 5 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL,PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

~ 1 ~ WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

TENTANG. perbelanjaan modern di Kota. berdasarkan

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TEBO PROPINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGURUSAN PASAR KABUPATEN LAMONGAN

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 18 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEGALITAS TOKO MODERN DAN MINUMAN BERALKOHOL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Transkripsi:

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pembinaan dan penataan usaha minimarket sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap keberadaan pasar tradisional dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, perlu melakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2011 tentang Penataan Minimarket di Kabupaten Sidoarjo; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penataan Minimarket di Kabupaten Sidoarjo. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten/Kotamadya dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 2730) ; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214); 3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 4. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 5. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

2 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679) ; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3718); 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2007; 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; 10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional dan Pentaan Pasar Modern di Provinsi Jawa Timur; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029 (lembaran Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009 Nomor 4 Seri E); 12. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat perbelanjaan dan Toko Modern sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 56/M-DAG/PER/9/2014; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

3 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI SIDOARJO TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KABUPATEN SIDOARJO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. 2. Bupati adalah Bupati Sidoarjo. 3. Dinas adalah Dinasyang bertanggung jawab di bidang perdagangan. 4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinasyang bertanggungjawab di bidang perdagangan. 5. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjutnya disebut BPPT adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Sidoarjo. 6. Kepala Badan adalah Kepala BPPT Kabupaten Sidoarjo. 7. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sidoarjo. 8. Kepala Satpol PP adalah Kepala Satpol PP Kabupaten Sidoarjo. 9. Penataan adalah segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengatur dan menata usaha yang ada di wilayahnya supaya dapat melindungi keberadaan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, juga toko biasa berdasarkan prinsip keadilan sosial dan persaingan yang sehat. 10. Pasar Rakyat adalah Tempat Usaha yang ditata, dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. 11. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar. 12. Toko Swalayan adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.

13. Minimarket adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran langsung kepada konsumen dengan cara pelayanan mandiri (swalayan). 14. Izin Usaha Toko Swalayan selanjutnya disebut IUTS adalah izin untuk dapat menjalankan usaha pengelolaan Toko Swalayan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten setempat. 15. Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan. 4 BAB II PENYELENGGARAAN MINIMARKET Bagian Kesatu Pendirian Pasal 2 (1) Lokasi untuk pendirian minimarket wajib mengacu pada RDTRK dan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah termasuk peraturan zonasinya dan memperhatikan jarak antara minimarket yang akan didirikan dengan pasar rakyat yang telah ada sebelumnya. (2) Pendirian minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan : a. kepadatan penduduk; b. perkembangan pemukiman baru; c. aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas); d. dukungan/ketersediaan infrastruktur; e. keberadaan Pasar Rakyat dan waning/toko di wilayah sekitarnya yang lebih kecil daripada Minimarket tersebut. (3) Lokasi pendirian Minimarket berada pada jalan lokal primer. (4) Dikecualikan dari ketentuan ayat (3) untuk minimarket yang didirikan oleh Koperasi, Bumdes dan pedagang kelontong. Pasal3 (1) Pendirian Minimarket harus memenuhi persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan dan harus melakukan analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Rakyat dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berada di wilayah bersangkutan.

5 (2) Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan Pasar Rakyat dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah meliputi: a. struktur penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan; b. tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga; c. tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk di masingmasing daerah sesuai dengan data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun terakhir; d. rencana kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah lokal; e. penyerapan tenaga kerja lokal; f. ketahanan dan pertumbuhan Pasar rakyat sebagai sarana bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah lokal; g. ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum; h. dampak positif dan negatif atas pendirian minimarket terhadap Pasar Rakyat atau toko eceran tradisional yang telah ada sebelumnya; i. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) yang diarahkan untuk pendampingan bagi pengelolaan Pasar Rakyat dan/atau masyarakat di lingkungan sekitar lokasi usaha. (3) Analisa kondisi sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh badan/lembaga/ akademisi yang independen dan kompeten. Pasal 4 (1) Jarak antara minimarket dengan Pasar Rakyat paling dekat 500 (lima ratus) meter. (2) Pasar Rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pasar yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, BUMN/BUMD yang memiliki lokasi menetap. (3) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) untuk minimarket yang didirikan oleh koperasi atau minimarket yang terintegrasi dengan bangunan yang digunakan sebagai fasilitas pelayanan masyarakat atau kawasan perdagangan. (4) Bangunan yang digunakan sebagai fasilitas pelayanan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain hotel, rumah sakit, stasiun, terminal, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Pasal 5 (1) Pendirian minimarket wajib disosialisasikan kepada pedagangkecil eceran/toko pracangan di sekitar sampai dengan radius 100 m. (2) Memperhatikan jarak antara persimpangan jalan dan/atau traffic light dengan minimarket sesuai ketentuan teknis dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga tidak terjadi kemacetan lalu lintas.

6 (3) Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan minimarket. Bagian Kedua Perizinan pasal 6 (1) Untuk melakukan usaha minimarket, wajib memiliki IUTS. (2) IUTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh Kepala Badan Kabupaten Sidoarjo. (3) Permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala Badan dengan dilampiri persyaratan sebagai berikut: a. Fotocopy akte pendirian perusahaan dan/atau perubahannya yang telah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang atau didaftarkan ke Instansi yang berwenang apabila pemohon merupakan badan hukum/badan usaha; b. Identitas pribadi apabila pemohon merupakan perseorangan; c. Fotocopy Izin Mendirikan Bangunan; d. Fotocopy Izin Gangguan; e. Rekomendasi dari Dinasterkait Hasil analisa social ekonomi masyarakat setempat. f. Berita Acara Sosialisasi dan Foto Sosialisasi. (4) IUTS berlaku selama perusahaan masih menjalankan usaha minimarket pada lokasi yang sama dan wajib dilakukan daftar ulang setiap 5 (lima) tahun dengan Rekomendasi dari Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan. Bagian Ketiga Tenaga Kerja dan Jam Kerja Pasal 7 (1) Dalam melaksanakan usahanya, pengelola minimarket wajib memprioritaskan tenaga kerja yang berasal dari wilayah Sidoarjo sebesar 70 % dan 30 % dari luar wilayah Sidoarjo. (2) Penerimaan tenaga kerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tetap berpedoman pada standar serta kualifikasi yang dibutuhkan.

7 Pasal 8 Jam kerja minimarket adalah sebagai berikut: a. untuk hari Senin sampai dengan Jum'at pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 22.00 wib; b. untuk hari Sabtu dan Minggu pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 24.00 wib; c. untuk hari besar keagamaan, hari libur nasional pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 24.00 wib; d. untuk minimarket yang terintegrasi dengan bangunan yang digunakan sebagai fasilitas pelayanan masyarakat dapat beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam dan/ atau minimarket yang berada di jalan protokol, jalan propinsi dan kabupaten. Bagian Keempat Kemitraan Pasal 9 (1) Setiap orang atau badan yang akan melakukan kegiatan usaha Minimarket wajib melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. (2) Kemitraan dalam mengembangkan UMKM dapat dilakukan dengan Pola Perdagangan Umum dan/atau Waralaba. (3) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk : a. kerjasama pemasaran; b. penyediaan lokasi usaha; dan/atau c. penyediaan pasokan. (4) Kemitraan dilaksanakan dengan prinsip saling menguntungkan, jelas, wajar, berkeadilan dan transparan. (5) Kerjasama pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan dalam bentuk memasarkan barang produksi UMKM daerah yang dikemas atau dikemas ulang (repackaging) dengan merek pemilik/produsen barang, minimarket atau merek lain yang disepakati dalam rangka meningkatkan nilai jual barang dengan tetap mencantumkan nama UMKM yang memproduksi barang. (6) Penyediaan lokasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat dilakukan melalui: a. penyediaan tempat usaha dalam areal minimarket untuk usaha kecil/pedagang informal.

8 b. penyediaan etalase/outlet/tempat penjualan untuk minimarket paling sedikit 2% (dua persen) dari varian barang. c. terhadap pendirian minimarket hendaknya menyediakan 5-10 % dari luas lahan untuk kegiatan PKL-UKM. (7) Penyediaan lokasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan oleh pelaku usaha minimarket tanpa memungut biaya dari usaha mikro dan kecil. Pasal 10 Penyediaan pasokan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (2) huruf c dilakukan melalui: a.menjadi pemasok paling sedikit 10 (sepuluh) pengecer atau toko eceran tradisional di sekitar keberadaan minimarket tersebut, dengan harga distributor bagi minimarket; b. Pembebasan biaya administrasi pendaftaran barang Ilisting (fee). Pasal 11 (1) Pelaku usaha dapat mendirikan outlet/gerai minimarket yang dimiliki dan dikelola sendiri (company owned outlet) paling banyak 150 (seratus lima puluh)outlet/gerai. (2) Dalam hal Pelaku Usaha telah memiliki Toko Modern sebanyak 150 (seratus lima puluh) outlet/gerai dan akan melakukan penambahan outlet/gerai lebih lanjut, maka wajib melakukan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). (3) Dalam hal Pelaku Usaha telah melakukan kemitraan sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2) maka wajib mencamtumkan nama pemilik outlet di outlet/gerai. BAB III KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Kewajiban Pasal 12 Setiap pelaku usaha Minimarket wajib menyampaikan: a. Laporan kegiatan usahanya setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Kepala Dinas tembusan kecamatan setempat, meliputi: 1. Jumlah gerai yang dimiliki; 2. Omset penjualan seluruh gerai; 3. Jumlah UMKM yang bermitra dan pola kemitraannya; 4. Jumlah tenaga kerja yang terserap. 5. CSR yang diberikan ke lingkungan setempat.

b. Melakukan daftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali; c. Menjalin kemitraan dengan UMKM dan Koperasi; d. Mentaati ketentuan sebagaiman ditetapkan dalam IUTS dan peraturan perundang-undangan, khususnya mengenai perpajakan, retribusi serta larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat; e. Meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin kenyamanan konsumen; f. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat usaha; g. Memelihara kebersihan, keindahan lokasi dan kelestarian lingkungan tempat usaha; h. Mencegah setiap orang yang melakukan kegiatan penjudian dan perbuatan lain yang melanggar kesusilaan serta ketertiban umum di tempat usahanya; i. Mencegah penggunaan tempat usaha untuk kegiatan peredaran/penjulan/pemakaian minuman beralkohol, obat-obatan terlarang serta barang - barang terlarang lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; j. Menyisihkan sebagian keuntungan sebesar 2% (dua perseratus) dari laba bersih per tahun untuk dialokasikan sebagai biaya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) kepada masyarakat di lingkungan sekitar lokasi usahanya. Bagian Kedua Larangan Pasal 13 Setiap pelaku usaha Minimarket dilarang : a. Melakukan penguasaan atas produksi dan/atau penguasaan barang dan/atau jasa secara praktek monopoli; b. Menimbun dan/atau menyimpan bahan kebutuhan pokok masyarakat di dalam gudang dalam jumlah melebihi kewajaran untuk tujuan spekulasi yang akan merugikan kepentingan masyarakat; c. Menimbun dan/atau menyimpan barang - barang yang sifat dan jenisnya membahayakan kesehatan dan keamanan; d. Menjual barang- barang yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Membangun tempat usaha baru sebelum kelengkapan Izin dipenuhi; f. Memakai tenaga kerja di bawah umur; g. Memakai tenaga kerja asing tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan; h. Menjual barang diluar luas lantai bangunan yang digunakan untuk berjualan; i. Menjual barang dengan cara pemasaran secara berkeliling; j. Menjual barang produk segar dalam bentuk curah untuk minimarket dan/atau; k. Menjual minuman beralkohol; 1. Menjual rokok bagi anak di bawah umur. 9

10 BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14 (1) Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan Minimarket. (2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan dan kecamatan serta dapat berkoordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan tupoksi yang melekat di masing-masing instansi. BABV SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 15 (1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 12, dan/atau Pasal 13 dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa a. Peringatan tertulis; b. Pembekuan IUTS; c. Pencabutan IUTS; dan/atau d. Penutupan kegiatan usaha. (3) Sanksi administrasi dilakukan oleh Kepala Dinas dengan mekanisme sebagai berikut: a. Kepala Dinas memberikan surat peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 21 (dua puluh satu) hari kalender kepada orang atau badan toko swalayan; b. Apabila orang atau badan tidak mematuhi surat peringatan tertulis sesuai jangka waktu yang tercantum dalam surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a maka Kepala Dinas merekomendasikan kepada Kepala Badan untuk meneruskan sanksi administrasi lebih lanjut; c. Bagi orang atau badan Hukum yang tidak memiliki IUTS, maka Kepala Dinas merekomendasikan kepada Kepala Satpol PP melakukan penutupan kegiatan usaha. (4) Badan Pelayanan Perijinan terpadu wajib menindaklanjuti sanksi administrasi dengan pembekuan IUTS paling lama 7 (tujuh) hari kalender sejak diterbitkannya rekomendasi dari Dinasyang bertanggungjawab di bidang perdagangan. (5) Pembekuan IUTS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan oleh Kepala Badan berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan IUTS. (6) IUTS yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila Perusahaan yang bersangkutan telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bupati ini.

11 (7) Pencabutan IUTS dilakukan apabila Minimarket yang bersangkutan tidak melakukan kewajiban setelah melampaui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5). (8) Pencabutan IUTS dilakukan oleh BPPT dan dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh IUTS baru setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan dan diperlakukan sebagai perusahaan baru. (9) Apabila pencabutan IUTS sudah dilaksanakan oleh BPPT, maka BPPT merekomendasikan ke Satpol PP untuk dilakukan sanksi paling lambat 7 hari kalender sejak tanggal dikeluarkannya surat rekomendasi. (10) Sanksi sebagaimana dimaksud padaayat (9) berupa penutupan kegiatan usaha dengan menyegel lokasi usaha dan dicantumkan dalam Berita Acara sesuai Hukum Acara berdasarkan ketentuan Perundang-undangan. BAB VI KETENTUAN LAIN - LAIN Pasal 16 (1) Minimarket yang sudah beroperasi dan sudah memperoleh SIUP sebelum Peraturan Bupati ini wajib mengajukan IUTS selambatlambatnya 6 (enam) bulan sejak terbitnya Peraturan Bupati ini. (2) Minimarket yang sudah selesai dibangun tetapi belum beroperasi sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini, apabila akan melaksanakan kegiatan usaha (operasional) wajib memperoleh IUTS sesuai ketentuan dalam Peraturan Bupati ini. (3) Minimarket yang sedang dalam proses pembangunan atau telah memliki Persetujuan prinsip dari Pemerintah Daerah dan belum dibangun sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini, wajib memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkannya dalam Peraturan Bupati ini. (4) Minimarket yang telah beroperasi namun belum memiliki IUTS sebelum moratorium DPRD dianggap telah memenuhi persyaratan lokasi dan dapat diberikan IUTS berdasarkan Peraturan Bupati ini. (5) Minimarket yang telah beroperasi namun belum memiliki I UTS setelah moratorium DPRD dan sebelum Peraturan Bupati ini tidak dapat diberikan IUTS. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka semua ketentuan tentang Minimarket sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2011 tentang Penataan Minimarket Di Kabupaten Sidoarjo (Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011 Nomor 20), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

12 Pasal 18 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dala, Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo. Ditetapkan di Sidoarjo pada tanggal 11 Juli 2016 BUPATI SIDOARJO, ttd Diundangkan di Sidoarjo pada tanggal 11 Juli 2016 SAIFUL ILAH SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIDOARJO, ttd VINO RUDY MUNTIAWAN BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2016 NOMOR 36 NOREG PERBUP : 36 TAHUN 2016