BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit. Keluhan terhadap

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mulut akan mempengaruhi kinerja seseorang (Putri dkk., 2010). Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI METODE PERMAINAN PADA SISWA KELAS 1-3 SDN SUCOPANGEPOK 02 JELBUK JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat umum dan menyebar di seluruh dunia di. mana angka prevalensinya semakin meningkat, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SIKAT GIGI MASSAL

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia. cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anisah (2007) bahwa anak usia sekolah berkisar antara usia 6-12 tahun, masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

Tujuan Umum. Tujuan Khusus

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang masih sering terjadi di Indonesia salah satunya adalah karies gigi. Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam semua kelompok umur tanpa memandang jenis kelamin dan status sosial. Salah satu kelompok umur yang sering mengalami masalah penyakit tersebut adalah kelompok usia sekolah dasar. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan prevalensi karies gigi pada kelompok umur 12 tahun, yakni sebesar 13,7% dari 28,9% pada tahun 2007 naik menjadi 42,6% pada tahun 2013. Prevalensi Indek DMF-T menurut data Riskesdas (2013), adalah 1,4%. Hal ini melebihi dari target WHO yakni DMF-T hanya 1%, sehingga dapat dikatakan bahwa Negara kita masih belum berhasil memenuhi target WHO. Menurut data Riskesdas (2013), terjadi peningkatan prevalensi karies gigi di Indonesia, yakni penderita karies gigi aktif meningkat sebesar 9,8% dari 43,4% pada tahun 2007 menjadi 53,2% pada tahun 2013, sedangkan penderita pengalaman karies meningkat 5,1% dari 67,2% pada tahun 2007 naik menjadi 72,3% pada tahun 2013. Menurut kelompok umur 12 tahun juga terjadi peningkatan prevalensi karies gigi, yakni penderita karies gigi aktif meningkat 12,8% dari 29,8% pada 1

tahun 2007 menjadi 42,6% pada tahun 2013, sedangkan penderita pengalaman karies gigi meningkat 14,1% dari 36,1% pada tahun 2007 naik menjadi 50,2%. Penderita karies aktif adalah penderita karies yang belum ditangani atau belum dilakukan penambalan/ditumpat. Sedangkan penderita pengalaman karies adalah orang dengan riwayat/pengalaman karies dimana Decay, Missing, Filling-Teeth>0 (Decay merupakan Jumlah gigi karies yang tidak ditambal/yang masih dapat ditambal, Missing merupakan Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut/gigi yang telah hilang karena karies, Filling merupakan Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik). Sebagian besar penduduk Indonesia berumur >10 tahun pada tahun 2007 dan 2013 mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari dan meningkat, yakni pada tahun 2007 sebesar 91,1% menjadi 93,8% pada tahun 2013. Namun terjadi penurunan pada perilaku menggosok gigi dengan benar pada penduduk berumur >10 tahun, yakni 7,3% pada tahun 2007 menjadi 2,3% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hal tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya kesadaran penduduk Indonesia terhadap kebersihan gigi, juga adanya beberapa wilayah yang masih sulit terjangkau informasi akibat keadaan geografis yang tidak memungkinkan. Provinsi Jawa Timur termasuk salah satu dari tiga provinsi yang mengalami peningkatan masalah gigi dan mulut tertinggi di Indonesia, yakni meningkat sebesar 8,3% dari 20,3% pada tahun 2007 menjadi 28,6% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan prevalensi karies aktif dari tahun 2007 ke tahun 2013 yakni meningkat 3% 2

dari 47,8% pada tahun 2007 naik menjadi 50,8% pada tahun 2013 (Dinkes Jatim, 2013). Pada tahun 2014 hanya 68,89% dari seluruh jumlah murid SD/MI di Kabupaten Malang yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Dinkes Kabupaten Malang, 2014). Hal ini masih jauh dari target indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar 100%. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut. Faktor predisposisi yang juga cukup berpengaruh terjadinya karies gigi salah satunya adalah perilaku membersihkan mulut (gosok gigi). Kesalahan perilaku membersihkan mulut pada anak sekolah dasar dapat disebabkan kurangnya informasi tentang cara gosok gigi yang benar, sehingga anak-anak menggosok gigi secara asal dan tanpa mereka sadari hal tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan pada gigi mereka. Masa kanak-kanak pertengahan 6-12 tahun sering disebut sebagai masa-masa yang rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi permanen bersama-sama di dalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak. Gigi yang baru tumbuh tersebut belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan (Darwita, 2011). Oleh karena itu, gigi permanen yang tumbuh hanya satu kali dalam seumur hidup harus dijaga, dirawat dan dipelihara dengan baik supaya terhindar dari masalah gigi. Menjaga kebersihan gigi harus dilakukan setiap hari sehingga 3

gigi dan mulut bersih dari sisa-sisa makanan yang bisa menyebabkan kerusakan gigi. Kerusakan gigi pada anak bisa menyebakan gangguan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak (Sari, dkk. 2012). Jika pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu, maka generasi penerus bangsa akan memiliki kualitas yang kurang baik. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dapat ditingkatkan dengan peran serta masyarakat. Salah satu upaya untuk meminimalisasi angka kesakitan yang ada adalah dengan preventif, dengan cara promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik tentang masalah kesehatan gigi terutama karies gigi dan cara menggosok gigi yang benar pada anak sekolah dasar (anak usia 6-12 tahun). Banyak metode yang dapat dilakukan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada anak sekolah dasar, misalnya media leaflet, video, film, permainan puzzle, permainan ular tangga, dan buku cerita. Media lain yang bisa digunakan adalah buku cerita bergambar. Anak sekolah dasar memiliki imajinasi yang masih tinggi, sehingga buku cerita bergambar disinyalir dapat meningkatkan imajinasi anak. Jika imajinasinya aktif, maka anak dengan mudah memahami materi yang disampaikan di dalam buku. Dengan demikian, anak juga akan melakukan hal-hal yang disampaikan di dalam buku tersebut. Buku cerita bergambar tentang kesehatan gigi dan 4

mulut telah ada dan beredar di masyarakat, tetapi penelitian keefektifan buku cerita bergambar tentang kesehatan gigi dan mulut belum pernah dilakukan. Selain media buku cerita bergambar, media lain yang dapat digunakan untuk pendidikan kesehatan gigi adalah leaflet. Leaflet merupakan media yang berisi informasi atau pesan kesehatan dalam bentuk lembaran yang dilipat berisi kalimat atau gambar informasi kesehatan. Leaflet bisa dibuat dengan mudah dan murah, sehingga praktis untuk digunakan sebagai media penyuluhan. Hasil penelitian Sari, dkk (2012), di SDN Dawu 2 Ngawi menyimpulkan pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga dapat meningkatan pengetahuan gosok gigi. Hasil penelitian Nurhidayat, dkk (2012), menyimpulkan terjadi peningkatan ratarata (mean) skor pengetahuan siswa SD Negeri Sukorejo 02 dan 03 Gunungpati Semarang sebelum dan sesudah diberi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan media flip chart. Penelitian Hastuti dan Andriyani (2010), menyimpulkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan demonstrasi terhadap peningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi. Hasil penelitian Astuti (2012), menyimpulkan buku bergambar dikategorikan sangat baik untuk meningkatkan minat baca siswa SDN Lempuyang Wangi Yogyakarta dengan skor 3,28 yang didasarkan pada indikator menarik perhatian, menimbulkan motivasi, mengembangkan bahasa, dan mengembangkan imajinasi. 5

Survei pendahuluan yang dilakukan di SDN Kemiri 1 dan SDN Tegalsari 1 dengan menggunakan metode wawancara, guru menyatakan bahwa siswa belum pernah mendapat pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Dari keseluruhan siswa kelas 3 dan 4 di SDN Kemiri 1 dan SDN Tegalsari 1 menyukai buku bacaan yang di dalamnya mengandung gambar-gambar yang menarik. Berbagai penelitian tentang pendidikan kesehatan gosok gigi telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan anak sekolah dasar tentang cara gosok gigi yang benar agar terhindar dari masalah kesehatan gigi. Penelitian pendidikan kesehatan tentang karies gigi dengan media buku cerita bergambar dan leaflet pada anak sekolah dasar belum pernah dilakukan. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang karies gigi melalui media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sekolah dasar di Kabupaten Malang. B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang karies gigi melalui media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sekolah dasar di Kabupaten Malang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang karies gigi melalui media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap 6

pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sekolah dasar di Kabupaten Malang. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur skor pengetahuan anak tentang karies gigi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar. b. Mengukur skor pengetahuan anak tentang karies gigi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet. c. Mengukur skor sikap anak tentang karies gigi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar. d. Mengukur skor sikap anak tentang karies gigi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet. e. Mengukur skor perilaku kebiasaan gosok gigi anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar. f. Mengukur skor perilaku kebiasaan gosok gigi anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet. g. Mengukur skor perilaku anak tentang cara gosok gigi yang benar sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar. 7

h. Mengukur skor perilaku anak tentang cara gosok gigi yang benar sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet. i. Menganalisis perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap pengetahuan anak tentang pencegahan karies gigi. j. Menganalisis perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap sikap anak tentang pencegahan karies gigi. k. Menganalisis perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap perilaku kebiasaan gosok gigi anak. l. Menganalisis perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media buku cerita bergambar dan leaflet terhadap perilaku anak tentang cara gosok gigi yang benar. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Anak Sekolah Dasar Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada anak agar rajin merawat gigi sehingga mencegah timbulnya penyakit akibat masalah gigi dan mulut. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam memberikan pendidikan kesehatan yang lebih efektif dan 8

lebih imajinatif untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang cara perawatan gigi. 3. Bagi Bidang Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan program UKGS untuk mencegah karies gigi. 9