BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan. memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. keputusan. Menurut finally accounting standart board (FASB), laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dimana bisnis tidak lagi mengenal batas. negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh

ARUM KUSUMAWATI B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Audit dapat dikatakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

KATA PENGANTAR. dan hidayah-nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : Pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik bertanggung jawab untuk memeriksa kesesuaian laporan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam menjalankan audit sesuai dengan tujuan organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit dianggap penting bagi para pengguna laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. saham sebagai pemilik perusahaan terpisah dari manajemen perusahaan (Mulyadi,

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dunia usaha semakin pesat. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha tersebut, persaingan diantara para pelaku bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai cara untuk menjadi yang lebih unggul dibandingkan perusahaan lainnya, salah satunya melalui rekayasa laporan keuangan. Untuk mencegah adanya rekayasa laporan keuangan, maka perusahaan diwajibkan menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku umum. Agar laporan keuangan dapat dipercaya, maka perusahaan perlu melakukan pemeriksaan laporan keuangan kepada auditor eksternal selaku pihak yang dianggap independen untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Auditor adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam standar profesional akuntan publik (Mulyadi, 2002:52). Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor tidak hanya bekerja untuk kepentingan kliennya, tetapi juga untuk kepentingan pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan auditan, seperti investor, kreditor, pemerintah, karyawan, dan lain lain. Pihak pihak yang membutuhkan laporan keuangan sangat mengharapkan laporan keuangan yang telah diaudit bebas dari salah saji, dapat dipercaya, dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Oleh karena itu, seorang auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dibidangnya guna mempertahankan kepercayaan dari pihak-pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan. Agar laporan keuangan yang telah diaudit dapat diandalkan, maka auditor harus memiliki sikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Gambaran mengenai profesionalisme seorang auditor menurut Yendrawaty (2008) yang dikutip dari Hall (2002) dicerminkan melalui lima hal, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi. Namun, ada juga auditor yang tidak menjalankan profesinya sesuai dengan cerminan seorang auditor. Sebagai contoh dapat dilihat seperti kasus yang menimpa salah satu auditor yaitu Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan yang dikenakan sanksi pembekuan selama dua tahun, karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Pelanggaran itu berkaitan dengan pembatasan audit umum atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun buku yang berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus (Harsen.2011). Selain memiliki sikap profesionalisme, seorang auditor juga harus memegang teguh etika profesi yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran dalam proses audit. Hal ini tentu menjadi isu yang menarik untuk dibahas mengingat banyaknya kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh para akuntan. Contoh kasus yang terjadi adalah kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah di auditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten

Masduki mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit, sehingga mayoritas bankbank tersebut dibekukan (Intan, 15 Januari 2013). Pengalaman auditor juga merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi pendapat auditor mengenai material atau tidaknya informasi dalam laporan keuangan yang diaudit. Auditor yang memiliki pengalaman yang berbeda akan berbeda pula dalam menanggapi informasi yang diperoleh pada saat melakukan pemeriksaan. Semakin berpengalaman seorang auditor, maka kualitas audit yang dilakukan tentu akan semakin baik. Hal itu dikarenakan auditor yang berpengalaman biasanya akan lebih mudah mengingat kesalahan yang tidak wajar sehingga lebih selektif terhadap informasi-informasi yang relevan dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman. Selain profesionalisme, etika profesi, dan pengalaman, seorang auditor juga harus independen dalam mengaudit laporan keuangan. Menurut standar umum kedua yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), menjelaskan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan pendapatnya. Misalnya, klien mengancam untuk mencari auditor

baru kalau perusahaan tidak memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian. Untuk mencegah adanya tekanan dari pihak manajemen, maka auditor memerlukan independensi. Bahkan sekalipun auditor dibayar oleh klien, dia harus memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit. Auditor akan sepenuhnya tidak independen apabila dia mendapatkan imbalan yang lebih agar memberikan pendapat yang wajar tanpa pengecualian (Kusuma, 2012:5). Kurangnya independensi auditor dapat dilihat dari terjadinya berbagai kasus yang melibatkan kantor akuntan publik. Salah satunya kasus Enron Corporation, dimana pada beberapa tahun lalu perusahaan Enron dinyatakan pailit atau bangkrut oleh pengadilan, padahal sebelumnya laporan keuangan Enron dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh Arthur Andersen salah satu kantor akuntan publik yang masuk dalam jajaran The Big Five (Arthur Andersen, Ernst & Young, PWC, Deloitte Touche Tohmatsu, dan KPMG). Enron perusahaan energy terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu meninggalkan hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar. Kepailitan tersebut salah satunya karena Arthur Andersen memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Triyasa, 18 Januari 2013). Pertimbangan auditor terhadap tingkat materialitas menurut Yendrawaty (2008) merupakan suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas suatu laporan keuangan tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut. Untuk itu, sebelum melakukan pemeriksaan, maka auditor perlu

mempertimbangkan resiko audit dan membuat estimasi tingkat materialitas untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Sebagai contoh, jika auditor memandang Rp 10 juta adalah material untuk laporan keuangan, maka auditor harus mengkonsumsi waktu dan usaha untuk mengumpulkan bukti audit mengenai akun akun secara individual. Jika batas materialitas diturunkan menjadi Rp 4 juta, maka auditor harus menambah waktu dan usaha yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti audit. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan dengan baik penafsiran materialitas pada tahap perencanaan audit. Jika auditor menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya, jika auditor menentukan jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi, auditor akan mengabaikan salah saji yang signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material (Mulyadi, 2002:161). Dengan demikian, semakin profesional seorang auditor ditambah dengan penerapan etika profesi dan pengalaman serta adanya sikap independen, maka auditor diharapkan dapat membuat perencanaan dan pertimbangan yang lebih bijaksana dalam menentukan tingkat materialitas suatu laporan keuangan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2012) tentang Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan variabel yaitu Independensi Auditor. Selain itu, penelitian sebelumnya mengambil sampel

pada KAP di wilayah Yogyakarta, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel pada KAP yang ada di kota Medan. Pemilihan wilayah sampel di kota Medan didasarkan pada kemampuan peneliti melakukan kunjungan lapangan serta mayoritas KAP yang ada di Sumatera Utara berada di Medan. Dalam hal ini, peneliti ingin membuktikan secara empiris apakah Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor dan Independensi Auditor berpengaruh terhadap pertimbangan Tingkat Materialitas. Selain itu, juga untuk membuktikan apakah hasil penelitian selanjutnya sama atau berbeda apabila dilakukan pada auditor yang berbeda dan wilayah yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor dan Independensi auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Medan). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Mengapa sebagian auditor tidak mematuhi Standar Auditing Standar Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit? 2. Apakah terdapat pengaruh Profesionalisme auditor terhadap Pertimbangan 3. Apakah terdapat pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

4. Apakah terdapat pengaruh Pengalaman auditor terhadap Pertimbangan 5. Apakah terdapat pengaruh Independensi auditor terhadap Pertimbangan 6. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor, dan Independensi Auditorterhadap Pertimbangan 7. Apakah dengan adanya perbedaan lokasi dan sampel penelitian akan mendapatkan hasil yang sama atau berbeda dengan penelitian sebelumnya? 1.3 Pembatasan Masalah Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor, dan Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Profesionalisme Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan 2. Apakah Etika Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan?

3. Apakah Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan? 4. Apakah Independensi Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan? 5. Apakah Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor, dan Independensi Auditor secara simultan berpengaruh terhadap Pertimbangan 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan. 2. Pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan. 3. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan. 4. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan. 5. Pengaruh simultan antara Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor, dan Independensi auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Akuntan Publik di Medan.

1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan penulis, khususnya dalam mengetahui pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman Auditor, dan Independensi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 2. Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur serta menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian yang sama pada masa yang akan datang. 3. Bagi Instansi/Objek yang diteliti Diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi organisasi perusahaan terutama bagi KAP, khususnya auditor dalam melakukan kegiatan pemeriksaan (auditing).