BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting. dalam hubungannya antara dokter dengan pasien.

dokumen-dokumen yang mirip
Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA :

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Pada saat ini kegiatan pelayanan kesehatan tidak. terlepas dari aspek hukum yang melindungi pasien dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menakutkan. Ketakutan akan penyakit HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

Menimbang: bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpan rahasia kedokteran.

bagi kehidupan modern, khususnya bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

Kode Etik Dokter, Perawat, dan Tenaga Kesehatan Lainnya di RS Tipe A

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

MEDIKO LEGAL PADA HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI. Dr. H. Edi Sulistyono, MM ( Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pati )

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

Masalah Malpraktek Dan Kelalaian Medik Dalam Pelayanan Kesehatan. Written by Siswoyo Monday, 14 June :21

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

LAFAL SUMPAH/JANJI DRG IND. KODE ETIK KED. GIGI IND. RAHASIA KED. WAJIB SIMPAN MEDICAL RECORDS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan keluhan jasmani danrohani kepada dokter yang. merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien dapat dinilai dan dilihat pada formulir-formulir dalam

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PANDAN ARANG BOYOLALI

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

Please download full document at Thanks

DILEMA ETIKA KEDOKTERAN DI ERA JKN. DR. SLAMET BUDIARTO,SH,MH.KES Ketua IDI Wilayah DKI Jakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

PANDUAN PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN BAB I DEFINISI. Rahasia kedokteran diatur dalam beberapa peraturan/ketetapan yaitu: 1.

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

PEDOMAN ETIK TENAGA KEPERAWATAN RSU SARASWATI CIKAMPEK

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018

Manusia adalah makhluk sosial ( Zoon Politicon ) Kehidupan manusia diatur dalam : * Hukum * Kaidah agama * Kaidah sosial bukan hukum ( kebiasaan,

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam era persaingan global menuntut setiap rumah sakit atau

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen

BAB I PENDAHULUAN. prinsip dasar etik kedokteran yaitu primum non necere (yang terpenting adalah

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sejarah peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih

ISSUE ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, LAMA MENJABAT, DAN MOTIVASI DIRI DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

ETIKA PROFESI KEBIDANAN OLEH HJ JULIANI, SST,MARS 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK BIDAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC. LAKUDO KAB. BUTON TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pemberian pelayanan kesehatan oleh dokter dan/atau. perawat, bidan, apoteker dan/atau rumah sakit kepada

BAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB IV PENUTUP. pembahasan tentang mengkritisi implementasi Ensiklik Evangelium Vitae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting dalam hubungannya antara dokter dengan pasien. Hal ini karena hubungan dokter dengan pasien merupakan hubungan berdasar kepercayaan, dimana hubungan ini pasien menaruh kepercayaan kepada dokternya (Guwandi, 2005). Masyarakat Indonesia pada umumnya belum terbiasa untuk secara aktif mendapatkan informasi dalam penggunaan layanan medis. Pasien sebagian menyerahkan sepenuhnya pada dokter atau dokter gigi mengenai pelayanan medis yang akan diterima oleh dirinya. Pasien yang menggunakan pelayanan medis belum banyak yang mengetahui bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban. Pasien merupakan orang yang memerlukan pertolongan dokter karena penyakitnya, sedangkan dokter adalah orang yang dimintai pertolongan karena kemampuan profesinya yang dianggap mampu mengobati penyakit. Hubungan dokter dan pasien terjadi pada saat dokter bersedia menerima klien sebagai pasiennya. Dengan demikian dokter berada di posisi paling kuat dan 1

2 diharapkan akan bersikap bijaksana dan tidak memanfaatkan kelemahan pasien. Sehingga dokter mempunyai kewajiban moral untuk menghormati hak pasiennya sebagai manusia. Pasien dengan rasa percaya dan aman untuk mengungkapkan keluhan yang dirasakan kepada dokter. Pasien mempercayai dokter untuk tidak menceritakan keluhannya kepada orang lain selain tanpa izin dari pasien yang bersangkutan. Dengan kata lain, salah satu di antara beberapa kewajiban dokter adalah menyimpan rahasia medis. Kewajiban menyimpan rahasia medis tersebut adalah merupakan rahasia jabatan yang harus dipegang teguh oleh dokter dan merupakan syarat yang senantiasa harus dipenuhi untuk menciptakan suasana saling percaya dalam hubungan dokter dan pasiennya. Rahasia jabatan dokter dimaksudkan untuk melindungi rahasia penyakit pasien sehingga tetap terpelihara kepercayaan pasien terhadap dokternya. Seiring perkembangan zaman makna rahasia medis mengalami banyak perubahan sesuai dengan konteks sosial dan budaya, seperti pada isi Kode Etik Kedokteran Indonesia yang mengadopsi Sumpah Hippocrates yang

3 menghendaki adanya kewajiban moral bagi dokter untuk menyimpan rahasia medis pasiennya. Dahulu masyarakat Indonesia menganggap sakit dan penyakit bukanlah sesuatu hal yang perlu dirahasiakan dan justru keluarga besar dan masyarakat sekitarnya harus mengetahui. Hal ini menyebabkan rahasia medis kurang mendapat perhatian di kalangan dokter. Namun dengan seiring perkembangan penyakit, pengobatan, pelayanan dan perkembangan sosial budaya, banyak dokter yang dilema dengan rahasia medis. Ada yang menghendaki rahasia medis dapat dibuka dengan syarat tertentu, ada juga yang berpendapat rahasia medis tidak dapat dibuka tanpa persetujuan pasien. Beberapa masalah juga dapat terjadi saat dokter diminta oleh pihak penegak hukum atau pihak lainnya untuk membuka rahasia medis pasiennya. Hal tersebut dokter bisa menjadi dilema antara membuka rahasia medis pasiennya atau tidak. Ketentuan yang mengatur rahasia medis dapat dijumpai pada lafal Sumpah Dokter yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1960 yang berbunyi:

4 Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan dan keilmuan saya. Selain itu rahasia medis untuk wajib simpan juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2012 Pasal 4. Berdasarkan perubahan-perubahan di atas diperlukan pengetahuan dokter mengenai rahasia medis. Bahwa rahasia medis sangat penting dalam hubungannya dengan dokter dan pasiennya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengamati tingkat pengetahuan dokter terhadap rahasia medis, terutama di rumah sakit (RS) wilayah kota Surakarta. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dari penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pengetahuan dokter terhadap rahasia medis di rumah sakit wilayah kota Surakarta?

5 I.3. Tujuan Penelitian Mengetahui tingkat pengetahuan dokter mengenai rahasia medis pasien di RS wilayah kota Surakarta. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian oleh Laksmi Amalia (2011) tentang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dokter Mengenai Rahasia Medis di RSUD Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan dokter banyak yang tinggi daripada yang rendah, sikap dokter mengenai rahasia medis lebih banyak yang positif dibandingkan dengan yang negatif, dan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dokter mengenai rahasia medis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat dilakukan penelitian serta jumlah sampel dokter yang diteliti. Penelitian sejenis oleh Sania (2007) tentang rahasia medis mengenai kebijakan masyarakat pers dalam pemberitaan kasus terkait dengan rahasia medis.

6 I.5. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti : diperoleh gambaran mengenai tingkat pengetahuan dokter terhadap rahasia medis dan sebagai data pendahulu untuk penelitian lebih lanjut. Bagi Pasien : dapat melindungi hak pasien terhadap rahasia medis.