BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan. presentase kasus baru tertinggi sebesar 43,3%, dan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB I PENDAHULUAN. menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control hormone-hormon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI MADRASAH ALIYAH PUTRI PUI TALAGA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah keganasan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I peran penting dalam kelanjutan generasi penerus bangsa (Manuaba, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2010). Tingginya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ganas dan berasal dari kelompok parenkim ( parenchima) (Smart, 2010).

KUESIONER. 1. Ayah : a. Tidak Pernah Sekolah d. Tamat SLTP/MTS. b. Tidak tamat SD/MI e. Tamat SMA/MA. c. Tamat SD/MI f.

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepercayaan 2.1.1 Definisi Kepercayaan Kepercayaan (trust) merupakan kesediaan (willingness) individu untuk mengantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena individu mempunyai keyakinan (confidence) terhadap pihak lain(moorman,1993 dalam Darsono, 2008). Sedangkan Krech (1962, dalam Sarwono, 1997) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan gambaran sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau kontra. Kepercayaan lebih mudah untuk tumbuh di antara orang-orang yang memiliki kapentingan dan tujuan yang sama, sehingga lebih mudah untuk mengubah kepercayaan individu daripada mengubah kepercayaan suatu kelompok. Kepercayaan merupakan bagian dari sikap. Sikap terdiri dari aspek kognitif, afektif dan konasi. Kepercayaan adalah aspek yang dibentuk dalam kognitif (Azwar, 2007). Sikap itu sendiri merupakan suatu perilaku pasif yang tidak kasat mata, namun tetap akan mempengaruhi perilaku aktif yang kasat mata (Sarwono, 1997). Dengan adanya kepercayaan, seorang individu akan bersedia mengambil risiko yang mungkin terjadi dalam hubungannya dengan pihak lain (Mayer, 1995). Ketergantungan pada pihak lain selalu terlibat dengan tingkat kepercayaan. 2.1.2 Kepercayaan Terhadap Pengobatan Medis Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap sesuatu objek merupakan salah satu dari beberapa komponen utama sikap (Allport,1945 dalam Notoatmodjo, 2003). Kepercayaan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam menentukan sikap. Kepercayaan terhadap pengobatan medis akan menentukan sikap masyarakat dalam mencari perawatan medis.

Koehn (2000) menyatakan bahwa para profesional termasuk profesi di bidang medis dipercaya oleh pasien karena pasien percaya bahwa paramedis merupakan orang-orang yang ahli di bidangnya dan juga percaya bahwa paramedis akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien. Hal yang sama juga diungkapkan Fukuyama (2002) bahwa kaum yang paling dapat dipercaya dalam pembuatan suatu kontrak adalah kaum profesionalnya termasuk dokter dan paramedis yang lainnya. Masyarakat akan lebih percaya kepada paramedis jika mereka mengetahui tenaga profesional bidang medis memiliki kode etik sendiri dan memiliki standar profesi medis. Kaum profesi medis seharusnya menjadi tempat terpercaya untuk mencari pengobatan. Secara implisit Fukuyama (2002) juga menyatakan bahwa hal yang bisa mengurangi tingkat kepercayaan pada kaum profesional adalah persaingan antar kaum profesional itu sendiri. Menurunnya kepercayaan terhadap pengobatan medis kemungkinan disebabkan adanya profesi yang lain yang bergerak di bidang pengobatan yang bersifat menyaingi pengobatan medis tersebut seperti pengobatan alternatif. Terlepas dari seberapa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan medis, masyarakat akan tetap melakukan pencarian pengobatan karena pasien tidak bisa menolong dirinya sendiri (Koehn, 2000). 2.1.3 Faktor-faktor Pembentuk Kepercayaan (Trust) Pasien terhadap Pengobatan Medis Kepercayaan merupakan suatu bentuk ekspektasi terhadap masa depan. Ekspektasinya dapat berupa harapan, advokasi, kompetensi, hasil yang baik dan sebagainya.kepercayaan dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa faktor yang telah diulas dalam beberapa penelitian sebelumnya antara lain : a. Tingkat pengetahuan mengenai suatu institusi kesehatan (Goold, 2006). b. Pengalaman di masa lalu (Goold, 2006; Tarrant, 2008). c. Ekspektasi pasien terhadap dokter (Tarrant, 2008; Tarrant, 2010). d. Jumlah interaksi pasien dengan dokter (Tarrant, 2010).

e. Jenis kelamin dokter, pasien cenderung lebih percaya kepada seorang dokter wanita (Kayaniyil, 2009). f. Tingkat pendidikan dan etnokultural walau tidak terlalu signifikan (Tarrant, 2010). g. Umur, pasien dengan umur di bawah 29 tahun dan di atas 70 tahun memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi terhadap dokter (Thom, 2002). h. Etnis, pasien kulit hitam lebih rendah tingkat kepercayaannya dibanding pasien kulit putih di Amerika (Nguyen, 2009). 2.1.3 Dimensi Trust (Kepercayaan) Untuk menentukan trust level tidak dapat hanya menanyakan apakah individu percaya atau tidak percaya kepada pihak lain. Kepercayaan merupakan manifestasi dari berbagai persepsi yang berkembang dalam pemikiran manusia. Persepsi tersebut dikelompokkan dalam beberapa dimensi. Dimensi merupakan komponen-komponen yang diukur dari suatu objek(arikunto, 2000). Menurut Robbins (2002), dimensi trust terdiri dari lima bagian, yaitu : a. Integrity, yakni individu yakin bahwa pihak lain akan berlaku jujur dan berlaku sebenarnya. b. Competence, yakni memiliki pengetahuan dan keahlian teknik interpersonal. c. Consistency, yakni reliabilitas, prediktibilitas dan keputusan tepat dari individu dalam menghadapi situasi tertentu. d. Loyalty, yakni kemauan untuk melindungi nama baik orang lain. e. Opennes, yakni seseorang yang percaya memiliki kemauan untuk berbagi ide, pemikiran, dan perasaan kepada pihak lain. Sedangkan menurut Mayer (1995) dimensi kepercayaan (trust) antara lain : a. Kemampuan (ability), yakni kompetensi yang dimiliki untuk mempengaruhi mengotorisasi wilayah spesifik.

b. Kebaikan hati (benevolence), yakni kemauan untuk memberikan kepuasan yang saling menguntungkan antara satu pihak dan pihak lainnya. c. Integritas (integrity), mengacu pada perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan faktualitasnya. 2.1.5 Pengukuran Trust (Kepercayaan) Pengukuran tingkat kepercayaan merupakan bagian dari psikometri. Psikometri merupakan cara yang lebih berkualitas dalam mengukur tingkat kepercayaan. Responden diberikan beberapa item pernyataan, kemudian meminta tanggapan responden dengan skala sikap yang salah satunya adalah skala Likert(Azwar, 2007). Cara lain adalah dengan memberikan responden pertanyaan dan menafsirkan ke dalam skala-likert dari jawaban yang diberikan responden (Mainous III, 2006). Setiap skala diberikan nilai, biasanya nilai paling tinggi pada poin setuju dan nilai lebih rendah pada poin yang tidak setuju. Total nilai yang lebih tinggi akan menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi (Arikunto, 2000). 2.2 Pengobatan Medis 2.2.1 Definisi Pengobatan Medis Mengacu kepada Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut lebih lanjut dijelaskan bahwa tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Salah satu syarat utama bagi tenaga kesehatan adalah wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

Maka pengobatan medis adalah pengobatan yang dilakukan oleh sarana kesehatan yang memiliki unsur tenaga medis di dalamnya yaitu dokter atau dokter gigi. 2.2.2 Sejarah dan Perkembangan Pengobatan Medis di Indonesia Ilmu kedokteran telah lama berkembang mulai dari zaman Hipokrates hingga munculnya kedokteran modern (kedokteran ilmiah) saat Robert Koch menemukan kuman TBC pada tahun 1850. Sejak penemuan tersebut, ilmu kedokteran lebih berkembang ke arah riset mengenai sebab-sebab penyakit dan para dokter memberi pengobatan berdasarkan ilmu dan pengetahuan kedokteran. Di Indonesia ilmu kedokteran modern berkembang setelah Belanda terpaksa menanggulangi wabah cacar pada abad ke-19 dengan didirikannya Sekolah Juru Cacar, lalu didirikan Sekolah Dokter Jawa, lalu Sekolah Tinggi Ilmu Kedokteran (STOVIA) di Jakarta (Sciortino, 1999). Perlahan ilmu kedokteran modern mulai diterima masyarakat walau pengobatan tradisional belum sepenuhnya terganti.setelah Indonesia merdeka, Indonesia berbenah dengan membuka fakultas-fakultas kedokteran dan sekolah-sekolah kesehatan. Pemerintah Indonesia juga meningkatkan pengobatan modern dengan membentuk berbagai undang-undang dan peraturan-peraturan untuk dijadikan aspek legal dan landasan pengobatan medis. Seiring dengan itu, Indonesia mulai memutakhirkan ilmunya dengan mengikuti perkembangan kedokteran modern di dunia (Hanafiah, 2009). 2.3 Kanker Payudara 2.3.1 Definisi Kanker Payudara Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat melakukan invasi ke jaringan normal yang ada di sekitarnya. Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari parenkim payudara. Kanker payudara dapat bermetastasis ke organ lain yaitu hati, paruparu, dan otak melalui sirkulasi darah (Sukardja, 2000).

2.3.2 Epidemiologi Kanker Payudara Kanker payudara merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling sering muncul pada wanita. International Agency for Research Cancer (IARC, 2008) menyatakan bahwa kanker payudara merupakan urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dengan insidens rate 38 per 100.000 perempuan dengan tingkat kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia. Di Indonesia sendiri kanker payudara juga menempati urutan tertinggi dengan insidens rate 36 per 100.000 perempuan dengan tingkat kematian 18,6% (IARC, 2008). Di Rumah Sakit Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional, kanker payudara juga menduduki peringkat pertama dari kanker pada perempuan.sekitar 85% pasien kanker datang dengan stadium lanjut (Rumah Sakit Dharmais, 2010). Angka ketahanan hidup lima tahun (five years survival rate) penderita kanker payudara berdasarkan analisis di Rumah Sakit Dharmais sendiri adalah 72% pada stadium dini dan 12% pada stadium lanjut (Wahyuni, 2002). Hasil penelitian Balasubraniam (2009) menyatakan bahwa terdapat 222 kasus kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan di sepanjang tahun 2009. Sedangkan hasil penelitian Lumban Gaol pada tahun 2010 menyatakan bahwa di RSUD dr.pirngadi Medan terdapat 148 kasus kanker payudara yang dirawat inap sepanjang tahun 2007-2008. 2.3.3 Faktor Risiko Kanker Payudara Penyebab pasti kanker payudara hingga saat ini belum diketahui, namun ada beberapa faktor risiko yang secara statistik dapat meningkatkan insidensi kanker payudara. a. Umur Usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi kemungkinan mendapat kanker payudara (Keegan, 2010).

b. Riwayat Keluarga Orang dengan riwayat keluarga mengidap kanker payudara lebih rentan mendapat kanker payudara dengan Odds Ratio sebesar 1,64 (Hadjisavvas, 2010). c. Faktor reproduktif Usia menarche dini merupakan salah satu risiko kanker payudara. d. Oral kontrasepsi Penggunaan oral kontrasepsi meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara pada wanita dengan IRR (Incidence Rate Ratio)sebesar 1,65(Rosenberg, 2010). e. Terapi hormonal Tingginya kadar hormon seks dalam darah merupakan prediktor terhadap terjadinya kanker payudara (Key, 2011). f. Obesitas Wanita dengan obesitas berisiko sebesar 1,35-1,39 mendapat kanker payudara dibandingkan indeks massa tubuh normal (Boggs, 2010). 2.3.4 Gejala Klinis Kanker Payudara Gejala pada mamma pada kanker payudara adalah (Sjamsuhidajat, 2010) : a. Cawak kulit b. Cawak kulit dengan retraksi puting dan areola ke arah kranial. c. Kulit jeruk dan inversi putting. d. Tampak benjolan e. Kemerahan lokal f. Pengerutan atau pengecilan mammae g. Tukak h. Pengeluaran cairan hemoragik i. Retraksi areola

2.3.5 Deteksi Dini Kanker Payudara Deteksi dini kanker payudara merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menemukan kanker payudara stadium dini (stadium I dan stadium II) dan dilakukan penanganan secara medis dan profesional untuk mendapatkan hasil kuratif dan harapan hidup yang panjang (Tambunan, 1995). Upaya yang dilakukan dalam deteksi dini antara lain (Tambunan, 1995) : a. SADARI SADARI merupakan singkatan dari Pemeriksaan Payudara Sendiri. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh tiap orang secara mandiri berupa inspeksi dengan bantuan cermin dan palpasi payudara secara rutin tiap bulan atau setelah menstruasi. b. SARANIS SARANIS merupakan singkatan dari Pemeriksaan Payudara secara Klinis. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga medis, yakni dokter. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kulit, putting dan areola, tumor, kelenjar getah bening aksila, dan metastasis. Pemeriksaan secara klinis dapat dibantu dengan pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mammografi serta biopsi jaringan. c. Diagnosa Diagnosa ditujukan untuk menentukan jenis kanker, ukuran tumor, kelenjar getah bening dan metastasis. Penentuan stadium klinis merupakan bagian dari diagnosa.