PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UMUM (BUS) ANTARKOTA (STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM BUS TRAYEK BITUNG-MANADO) DETERMINATION PRICES OF PUBLIC TRANSPORT (BUS) INTER-CITY (Case Study: Public Transportation Bus Route Bitung-Manado) Julia Sintia Ransulangi*, Hendrawan Nugroho Suparyono**, Charles Sulangi**. *Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRAK Transportasi merupakan aspek penting dalam kehidupan perkembangan, dimana transportasi merupakan sarana utama yang digunakan manusia dalam melakukan aktifitas perdagangan demi kelangsungan hidupnya. Sarana angkutan yang seringkali digunakan yakni angkutan umum antarkota yang merupakan sarana penghubung antara kota Bitung dan Manado. Dalam pengoperasian angkutan umum antarkota adanya biaya atau tarif angkutan yang dikenakan bagi para pengguna. Tarif angkutan umum antarkota saat ini menjadi Bahan penelitian dikarenakan sistem pengoperasiannya yang tidak berjalan dengan baik, tarif yang cenderung naik dan seringkali tidak sesuai dengan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah, maka perlu adanya perhitungan tarif ditinjau dari Biaya Operasional Kendaraan (BOK). Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) dan tarif angkutan berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 687/AJ.206/DRJD/ Tahun 2002) tentang Biaya Operasional Kendaraan. Manfaat penelitian ini agar dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah dalam menetapkan tarif angkutan yang sesuai berdasarkan ketentuan sehingga pihak penyedia jasa, operator, dan penumpang tidak dirugikan.penelitian dilakukan di terminal Tangkoko Bitung Khusus angkutan umum Bus trayek Bitung-Manado. Data primer diperoleh dengan cara survey secara langsung dilapangan dan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Kata Kunci : Transportasi, Biaya Operasional Kendaraan, Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), Tarif, Angkutan Umum ABSTRACT Transportation is an important aspect in the life of the development, where transport is the main means used by humans in conducting trading activities for survival. Means of transport are often used the intercity public transport which is a means of liaison between the city of Bitung and Manado. In the operation of intercity public transport or freight rates for fees charged to users. Intercity public transport fares now become the operating system because the research material that did not go well, the rates tend to rise and are often not in accordance with the prices imposed by the government, hence the need for prices calculation in terms of Vehicle Operating Costs (VOC).The purpose of this research is to determine the vehicle operating cost (VOC) and freight rates based on the Decree of Director General of Land No. 687 / AJ.206 / DRJD / 2002) on Vehicle Operating Costs. This research benefits that can be used as input for the government in setting freight rates are appropriate under the provisions of that party service providers, operators, and passengers were not harmed.the study was conducted at the terminal Tangkoko Bitung Special public transport bus route Bitung-Manado. Primary data obtained by direct field surveys and questionnaires. Secondary data were obtained from the relevant agencies. Keywords: Transportation, Vehicle Operating Costs, Public Transportation In Province (AKDP), Tarif, Public Transport. 87
PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan Negara. Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis.masalah yang seringkali terjadi khususnya di daerah yang sedang berkembang yakni angkutan umum tidak berfungsi secara maksimal, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : ketidaknyamanan, ketidakamanan, jadwal Rumusan Masalah Bagaimana menentukan biaya tarif angkutan umum dengan memperhitungkan biaya operasional kendaraan berdasarkan harga BBM terbaru dengan menggunakan perhitungan berdasarkan SK. Dirjen Manfaat Penelitian Sebagai bahan referensi bagi pemerintah dalam menghitung tarif angkutan umum terbaru Maksud Dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan besaran tarif angkutan umum agar sesuai dengan biaya operasional kendaraan Pembatasan Masalah Metode yang digunakan dalam penulisan ini yakni Surat Keputusan Dirjen Perhubungan a. Perhitungan tarif dengan menggunakan harga BBM terbaru yakni Rp. 6.900,- b. Tinjauan tarif berdasarkan Harga penyusutan, Bunga Modal, Gaji dan tunjangan Awak bus, BBM, Ban, Service keberangkatan yang tidak teratur, kesemrawutan, berhenti disembarang tempat, menyebabkan angkutan umum tidak beroperasi dengan baik, efisiensi kendaraan umum berkurang, sehingga seringkali tarif cenderung naik dan tidak diimbagi dengan pelayanan yang memuaskan, rendahnya tingkat pelayanan umum disebabkan oleh sarana dan prasarana yang kurang mendukung, waktu tempuh yang cukup lama, jumlah kapasitas melebihi kapasitas angkut, tingkat kenyamanan yang rendah, kondisi angkutan yang tidak layak jalan, dan sistem jaringan yang kurang memadai, (Tamin:2000;494). perhubungan Darat No. 687/AJ.206/DRJD/ tahun 2002 tarif angkutan umum yang sesuai dengan pengeluaran biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan oleh pemilik angkutan umum. khususnya Bus Antarkota trayek Bitung- Manado dengan menggunakan perhitungan ini. (BOK) berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 678/AJ.206/DRJD/ 2002 Tentang Biaya Operasional Kendaraan (BOK). Darat No. 678/AJ.206/DRJD/2002 tentang Biaya Operasional Kendaraan (BOK). Kecil, Service Besar, pemeriksaan ( Overhaull), Penambahan Oli Mesin, Cuci Bus, Retribusi Terminal, STNK, KIR, Asuransi. c. Nilai tarif berdasarkan load factor 70%. LANDASAN TEORI Pengertian Tranportasi Pengertian transportasi yang dikemukakan oleh Nasution (1996) diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat tempat tujuan. asal ke Angkutan umum Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya adalah membantu orang atau Angkutan Umum Perkotaan Angkutan kota menurut keputusan Menteri No. 35 tahun 2003 tentang penyelenggaraan kelompok orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki, atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke tempat tujuannya. angkutan orang dengan kendaraan umum, angkutan kota adalah angkutan dari satutempat 88
ke tempat lain dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota kabupaten dengan Angkutan Umum Penumpang Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistemsewa atau bayar, seperti angka. Angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan angkutan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang yang terikat dalam trayek. udara (Warpani, 1990). Tujuan utama keberadaan AUP ini adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat Angkutan Umum Menurut UU No. 22 Tahun 2009 Angkutan umum menurut undang-undang No. yang melayani trayek antar kota dalam provinsi 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang Angkutan Jalan pasal 182 ayat 2 huruf (b) melampaui batas satu kabupaten/kota dalam menyebutkan penetapan tarif kelas ekonomi satu provins dilakukan oleh gubernur untuk angkutan orang Tarif Tarif angkutan yaitu suatu daftar yang memuat harga-harga untuk para pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur. Pembebanan Sistem Penerapan Tarif Sistem penerapan tarif adalah cara pengenaan tarif pada penumpang. Cara yang dipakai akan memegang peranan penting dalam pengolahan angkutan umum agar nilai tarif yang sudah ditetapkan dapat memberikan keadilan bagi semua pengguna dan dapat menggerakkan lalu lintas dengan lancar. Secara umum, Salim (1994), menjelaskan tarif angkutan adalah suatu daftar yang memuat harga-harga untuk pemakai jasa angkutan yang disusun secara teratur dan dihitung menurut kemampuan angkutan. Tarif operasional ialah tarif angkutan dimana terdapat perbedaan tarif menurut jarak kecepatan, atau sifat khusus dari muatan yang diangkut, sedangkan dalam melakukan penetapan basar nilai tarif didasari oleh dua nilai pokok yaitu: a. Biaya penyedia angkutan umum b. Keuntungan atau laba yang diinginkan Secara umum sistem penerapan tarif digolongkan menjadi : a. Sistem flat atau rata, yaitu sistem yang menetapkan tarif untuk seluruh penumpang dan semua jarak. Tarif (Rp/pnp) = BOK (Rp/hari) JP (pnp/hari) Keterangan: BOK = Biaya Operasi Kendaraan JP =JumlahPenumpang b. Sistem mileage basis atau berdasarkan jarak, yaitu sistem yang menetapkan tarif yang berbeda-beda untuk masing-masing penumpang sesuai dengan jarak perjalanan. c. Sistem group rates merupakan gabungan dari flat dan mileage basis, yaitu sistem dalam harga dihitung menurut kemampuan transportasi tarif angkutan berdasarkan asal dan tujuan penumpang. d. Sistem tapering rates yaitu sistem dengan mileage basis atau berdasarkan jarak tetapi pertambahan tarif tidak proporsional dengan perubahan jarak. Semakin jauh jarak perjalanan, maka pertambahan tarif akan kecil. Sistem ini sangat tepat digunakan untuk perjalanan jarak jauh dengan banyak transit dengan kata lain diberikan harga khusus untuk perjalanan langsung dan menerus. e. Sistem tarif berdasarkan status penumpang dalam hal ini tarif dibedakan sesuai dengan status penumpang, sehingga ada kelompok penumpang dengan tarif berbeda. Pembagian kelompok ini dapat berdasarkan usia, status dan lain-lain, misalnya pelajar dan non pelajar. Perbedaan ini dimaksud agar angkutan umum dapat memberi fungsi sosial yang lebih disamping usaha menggerakkan moda tersebut agar lebih baik. f. Sistem pembedaan tarif sesuai dengan waktu, yaitu pembedaan berdasarkan jumlah penumpang pada waktu bersangkutan. Keberhasilan sistem pembedaan tarif ini sangat bergantung dari elastisitas perjalanan yaitu perubahan jumlah penumpang jika ada perubahan tarif atau ada perubahan biaya total. Elastisitas dan keberhasilan penetapan tarif dengan pembedaan ini sangat ditentukan oleh jumlah penumpang dan harga awal tiket. 89
Biaya Operasional Kendaraan Pengusaha angkutan untuk mengoperasikan armadanya. Perhitungan atas biaya yang dilakukan kegiatan produksi jasa angkutan, sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.274/HK.105/DRJD/96 yang telah disempurnakan dengan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. 678/AJ.206/DRJD/ 2002. METODOLOGI PENELITIAN Kajian Awal Studi Literatur Identifikasi Masalah, Pertanyaan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian Perumusan Masalah Survei Pendahuluan Armada Pengumpulan Data Pengolahan Data Data Primer Data Sekunder Analisa Data Survei Kesimpulan dan Saran SELESAI Hasil Dan Pembahasan PERHITUNGAN BIAYA POKOK ANGKUTAN BUS KOTA Rekapitulasi Biaya langsung Kendaraan Per-Km 1) Penyusutan =Rp.2.922 /kend-km 2) Bunga Modal = - 3) Gaji dan tunjangan awak bus = Rp. 2.342 /kend-km 4) BBM = Rp. 0,19 /kend-km 5) Ban = Rp. 682,26 /kend-km 6) Servis kecil = Rp. 303,36 /kend-km 7) Servis besar = Rp. 335 /kend-km 8) Pemeriksaaan/overhaul Posisi biaya pada berbagai tingkat faktor muat 100% = Rp. 1,78 /pnp-km 90% = Rp. 285 /pnp-km 80% = Rp. 321 /pnp-km =Rp.192,652 /kend-km 9) Penambahan oli mesin =Rp.493/kend-Km 10) Cuci BUS = Rp.447 /kend-km 11) Retribusi terminal =Rp.394/kend-Km 12) STNK = Rp. 123 /kend-km 13) KIR = Rp. 54,78 /kend-km 14) Asuransi = - JUMLAH = Rp.8.132 /kend-km 70% = Rp.480 /pnp-km 60% = Rp. 427 /pnp-km 50% = Rp.513 /pnp-km 40% = Rp.641 /pnp-km 90
Dengan load faktor 70% a. Trayek Bitung-Manado =. 641 /pnp-km x 38 Km =Rp. 18.256/pnp Masa Penyusutan Sesuai ketentuan yang berlaku, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengeluarkan rekomendasi bahwa masa penyusutan kendaraan bermotor berdasarkan taksiran masa nilai manfaat ekonomis akan berlaku selama 5 tahun. Masa ini dinilai sangat tepat dilihat dari berbagai aspek penggunaan kendaraan Jarak tempuh rata-rata Pada aspek ini,. Sesuai ketetapan DirJen Perhubungan Darat tahun 2002, ratarata jarak tempuh kendaraan penumpang baik bus besar, bus sedang, bus kecil dan MPU adalah 250 km/hari. Fakta di lapangan berdasarkan wawancara terhadap operator angkutan umum bus memperlihatkan bahwa rata-rata jarak tempuh kendaraan bus yang ada di Kota Bitung-Manado 38 Km merupakan Bahan Bakar Sesuai ketetapan DirJen Perhubungan Darat, untuk angkutan umum jenis MPU, penggunaan BBM dalam 1 liter bensin mampu menjangkau ± 7-9 km. Pada dasarnya, setiap jenis kendaraan berbeda dalam konsumsi bahan bakar tergantung jenisnya. Sesuai data yang diperoleh dari kuesioner terhadap supir Daya tempuh ban Secara umum, daya tahan ban tergantung jenis ban itu sendiri. Ada beberapa jenis ban yang beredar di pasaran saat ini antara lain Dunlop, Bridgestone, Swallow, dan lain-lain. Tingkat keausan setiap jenis ban berbeda dan dipengaruhi oleh gaya gesek jalan yang tentunya berbeda setiap ruas jalan Bitung- Manado. Hal ini menyulitkan memperhitungkan daya tahan ban yang sesungguhnya. Berdasarkan ketentuan DirJen Perhubungan Pengemudi dan kondektur Dalam perhitungan biaya operasional, jumlah pengemudi yang dihitung tetap sama karena jumlahnya yang tidak mungkin berubah Servis kecil dan servis besar Dalam perhitungan antar servis kecil dilakukan setiap beberapa km-tempuh tergantung jenis kendaraan yang pada kenyataannya selalu tidak tetap karena satu dan lain kebutuhan yang menyebabkan servis kecil kendaraan harus dilakukan lebih awal atau lebih lama dari yang telah ditentukan. b. Trayek Bitung-Manado = Rp. 18.256/pnp + 10% = Rp. 18.256/pnp bermotor diantaranya masa guna mesin, suku cadang, dan sebagainya yang pada usia ± 5 tahun akan mengalami penurunan nilai manfaat akibat penggunaan, penggantian komponen, kerusakan, operasi kendaraan dan lain-lain. Nilai masa penyusutan ini digunakan pada kedua perhitungan BOK. jarak tempuh yang cukup dekat, ditambah lagi dengan jumlah armada yang cukup banyak mengakibatkan jumlah rit/hari tiap MPUnya kecil, sehingga jarak tempuh perhari tidak mencapai 100 km. Ini berakibat pada membesarnya biaya yang harus ditanggung oleh pemilik angkutan umum. angkutan umum, rata-rata MPU di kota Bitung hanya mampu menjangkau ± 7 km untuk 1 liter bensin. Ada banyak hal yang mempengaruhinya antara lain, kondisi jalan yang cukup buruk, kemacetan, pada ruas jalan tertentu kendaraan harus menanjak, umur kendaraan, dan sebagainya. Darat tahun 2002, daya tahan ban jenis kendaraan MPU yakni ± 25000 km. Dibandingkan dengan hasil di lapangan berdasarkan kuesioner terhadap supir BUS kendaraan, didapat daya tahan ban kendaraan jenis MPU hanya ± 10.000 km (nilai rata-rata). Hal ini dikarenakan penggunaan ban tampal atau ban bekas yang didaur ulang yang menyebabkan daya tahan ban lebih cepat rusak. yakni hanya 1 orang supir saja sedangkan kondektur untuk kendaraan MPU 1 orang. Biasanya servis kecil dilakukan dengan pemeriksaan atau penambahan oli mesin, oli rem yang sedikit membutuhkan biaya dan upah mekanik jika dilakukan diluar. Menurut ketetapan DirJen Perhubungan Darat, setiap servis kecil dilakukan jika kendaraan jenis MPU telah melalui jarak 4000 km. Berdasarkan fakta 91
di lapangan melalui survei kuesioner, diketahui bahwa jarak antar servis kecil biasanya dilakukan setiap ± 1.368 km. Demikian pula dengan servis besar, umumnya dilakukan setelah beberapa kali kendaraan dilakukan servis kecil. Umumnya servis besar dilakukan untuk penambahan oli mesin, oli rem, penggantian kanvas rem, filter, busi, dan beberapa suku cadang lainnya yang perlu dilakukan penggantian, dan upah mekanik jika dilakukan diluar. Menurut ketetapan DirJen Hari operasi kendaraan Berdasarkan DirJen Perhubungan Darat, setiap kendaraan MPU mengoperasikan maksimum 365 hari setiap tahunnya. Berbeda halnya dengan kenyataan lapangan, umumnya Sumber: Hasil Penenelitian Dari hasil perhitungan BOK SK 687/AJ.206/DRJD/2002 Direktur Jenderal Perhubungan Darat tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan sehingga perlunya Perhubungan Darat, jarak antar servis besar dilakukan adalah 12000 km. Fakta di lapangan menyatakan bahwa, supir bus di kota Bitung melakukan servis besar pada saat kendaraan telah melalui jarak ± 2.736 km. Perbedaanperbedaan ini dikarenakan kenyataan di lapangan bahwa umumnya setiap supir kendaraan ingin melakukan penghematan biaya dengan memperpanjang jarak antar servis kecil dan servis besar agar mengurangi/menekan pengeluaran biaya. setiap MPUnya mengoperasikan kendaraannya selama 324 hari saja setahun atau sekitar 27 hari sebulan. diadakan yang diharapkan sesuai dengan kondisi tiap-tiap wilayah perhubungan darat di Indonesia. Kesimpulan Penentuan besaran tarif angkutan umum yang sesuai dengan pengeluaran biaya pokok operasional kendaraan yang dikeluarkan oleh pemilik angkutan umum, dengan Rp. 18.256/pnp ( load factor 70%). menggunakan SK Dirjen perhubungan Darat No. 678/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Biaya Operasional Kendaraan diperoleh tarif Rp. Saran Tarif yang berlaku saat ini tidak sesuai dengan biaya pokok operasional angkutan umum yang dikeluarkan oleh pemilik angkutan umum. Hal ini yang menyebabkan tarif yang berlaku sering kali tidak sesuai dengan tariff yang diberlakukan oleh pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Departemen Perhubungan RI DirJen Perhubungan Darat, 2002. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur (SK 687/AJ.206/DRJD/2002), Warpani, S.P., 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penerbit ITB. Bandung. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di jalan Dengan Kendaraan Umum. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Untuk Konsumen Pengguna Tertentu. Berdasarkan Artikel Jurnal Evaluasi Tarif Angkutan Umum Yang Melayani Trayek Pinggiran Pusat Kota Semarang Nugroho Mulyantoro (2005). Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan www.skyscrapercity.com 92
93 Buletin Sariputra, Februari 2016 Vol. 6 (1)