I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

2

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan sendiri merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di semua negara di dunia. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan tingkat kemiskinan antar waktu dan daerah, serta berguna untuk menentukan target tingkat kemiskinan tiap tahunnya dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka (BPS, 2008:1). Pembangunan ekonomi yang menyeluruh di semua provinsi di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung tidak membuat Provinsi Lampung luput dari masalah kemiskinan. Tingkat kemiskinan Provinsi Lampung pada saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kemiskinan tingkat nasional yaitu dengan presentase sebesar 16,81 persen.

2 Tabel 1. Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi September 2012 Provinsi Tingkat kemiskinan (%) Aceh 18,58 Sumatera Utara 10,41 Sumatera Barat 8,00 Riau 8,05 Jambi 8,28 Sumatera Selatan 13,48 Bengkulu 17,51 Lampung 16,81 Kepulauan Bangka Belitung 5,37 Kepulauan Riau 6,83 DKI Jakarta 3,70 Jawa Barat 9,89 Jawa Tengah 14,98 DI Yogyakarta 15,88 Jawa Timur 13,08 Banten 5,71 Bali 3,95 Nusa Tenggara Barat 18,02 Nusa Tenggara Timur 20,41 Kalimantan Barat 7,96 Kalimantan Tengah 6,19 Kalimantan Selatan 5,01 Kalimantan Timur 6,38 Sulawesi Utara 7,64 Sulawesi Tengah 14,94 Sulawesi Selatan 9,82 Sulawesi Tenggara 13,06 Gorontalo 17,22 Sulawesi Barat 13,01 Maluku 20,76 Maluku Utara 8,06 Papua Barat 27,04 Papua 30,66 Indonesia 11,66 Sumber : BPS Pusat Tahun 2012 Melihat angka tersebut di atas, Provinsi Lampung menjadi provinsi termiskin ke sembilan dari sebelumnya berada pada posisi tiga. Ini berarti Provinsi Lampung mengalami penurunan pada tingkat kemiskinan meskipun hal ini tidak bisa di katakan membanggakan karena Provinsi Lampung masih berada di sepuluh besar provinsi

3 termiskin di Indonesia. Berikut adalah tabel jumlah dan presentase penduduk miskin di Provinsi Lampung. Tabel 2. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2003-2012 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Tingkat Kemiskinan (%) 2003 1.568.000 22,63 2004 1.561.700 22,22 2005 1.572.600 21,42 2006 1.638.000 22,77 2007 1.661.700 22,19 2008 1.597.849 20,98 2009 1.496.900 20,22 2010 1.479.900 18,94 2011 1.298.700 16,93 2012 1.253.834 16,81 Sumber : BPS Lampung Tahun 2003-2012 Data di atas menunjukan jumlah dan presentase penduduk miskin di Provinsi Lampung mengalami fluktuasi pada periode 2003 sampai 2007, kemudian terus mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dengan jumlah 1.253.834 ribu penduduk. Bagi Provinisi Lampung tingkat kemiskinan merupakan salah satu dari isu strategis yang harus mendapat prioritas untuk penanganan dalam tiap tahapan pelaksanannya, ini terkait dengan target tujuan pembangunan millennium pada tahun 2015, menyikapi hal itu Provinsi Lampung harus bekerja keras untuk dapat mencapai target tersebut. Mengingat upaya penanggulangan kemiskinan bukan merupakan hal yang mudah untuk dilaksanakan. Kemiskinan sendiri memiliki beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kemiskinan yang dialami oleh seseorang atau kelompok. Indikator itu sendiri adalah

4 indikator kemiskinan yang digunakan oleh Bappenas (Eni Febriana, 2010 : 27 ). Indikator kemiskinan yang dimaksud adalah : 1. Keterbatasan pangan, merupakan ukuran yang melihat kecukupan pangan dan mutu pangan yang dikonsumsi. Ukuran indikator ini adalah stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin, dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu. 2. Keterbatasan akses kesehatan, merupakan ukuran yang melihat keterbataan akses kesehatan dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Keterbatasan akses kesehatan dilihat dari kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya layanan reproduksi, jauhnya jarak fasilitas layanan kesehatan, mahalnya biaya pengobatan dan perawatan. Kelompok miskin umumnya cenderung memanfaatkan pelayanan di puskesmas dibandingkan dengan rumah sakit. 3. Keterbatasan akses pendidikan. Indikator ini diukur dari mutu pendidikan yang tersedia, mahalnya biaya pendidikan, terbatasnya fasilitas pendidikan, rendahnya kesempatan memperoleh pendidikan. 4. Keterbatasan akses pada pekerjaan dan kurangnya pendapatan. Indikator ini diukur dari terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap asset usaha, perbedaan upah, kecilnya upah pekerja, lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan.

5 5. Keterbatasan akses terhadap air bersih. Indikator yang digunakan adalah sulitnya mendapatkan air bersih, terbatasnya penguasaan sumber air, dan rendahnya mutu sumber air. 6. Keterbatasan akses terhadap tanah. Indikator yang digunakan adalah struktur kepemilikan dan penguasaan tanah, ketidakpastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Akses terhadap tanah ini merupakan persoalan yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga petani. 7. Keterbatasan akses terhadap sumber daya alam. Indikator yang digunakan adalah buruknya kondisi lingkungan hidup, rendahnya sumber daya alam. Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari sumber daya alam, seperti daerah perdesaan, daerah pesisir, dan daerah pertambangan. 8. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidak terjaminnya keamanan dalam menjalani kehidupan baik sosial maupun ekonomi. 9. Keterbatasan akses untuk partisipasi. Indikator ini diukur melalui rendahnya keterlibatan dalam pengambilan kebijakan. 10. Besarnya beban kependudukan, indikator ini berkaitan dengan besarnya tanggungan keluarga, dan besarnya tekanan hidup. Penelitian ini akan mengambil beberapa indikator kemiskinan yang disebutkan di atas yang pertama adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengacu pada indikator pendapatan, data pertumbuhan ekonomi diambil dari jumlah PDRB Provinsi Lampung tiap tahun dimana PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan

6 bruto yang berada dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output. PDRB yang selalu meningkat maka akan meningkatkan pembangunan di daerah dan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya itu, kegiatan ekonomi juga akan meningkat dan pendapatan nasional mengalami kemajuan serta dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan yang selalu menjadi masalah di tiap-tiap wilyah/negara. Bank Dunia dalam Laporan Monitoring Global tahun 2005 menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi memainkan peran sentral dalam upaya menurunkan kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunan global. Dapat dikatakan bahwa penurunan penduduk miskin tidak mungkin dilakukan jika ekonomi tidak berkembang. Pertumbuhan ekonomi adalah syarat utama dalam mengatasi persoalan kemiskinan. Penelitian yang dilakukan Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2007), menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung pada tahun 2003 sampai tahun 2012.

7 Tabel 3. Data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2003-2012 Tahun Pertumbuhan ekonomi (%) 2003 5,30 2004 5,07 2005 4,01 2006 4,30 2007 6,63 2008 5,35 2009 5,26 2010 5,85 2011 6,39 2012 6,48 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2003-2012 Variabel selanjutnya adalah tingkat kesehatan, dimana dalam penelitian ini menggunakan angka harapan hidup yang merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Masalah tingkat kesehatan ini harus mendapat prioritas khusus dari pemerintah Provinsi Lampung karena kasus kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi masih menjadi masalah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung setiap tahunnya terlihat kasus kematian ibu maupun bayi yang selalu meningkat. Pada kasus kematian ibu di 2012 tercatat 175 kasus, hal itu meningkat cukup pesat dibanding 2011 dengan 152 kasus. Sementara di 2010 dan 2009 tercatat 142 kasus dan 144 kasus. Berikut adalah data tentang rata-rata lamanya tingkat harapan hidup masyarakat di Provinsi Lampung pada kurun waktu tahun 2003-2012.

8 Tabel 4. Angka Harapan Hidup di Provinsi Lampung Tahun 2003-2012 Tahun Angka Harapan Hidup (tahun) 2003 66,20 2004 67,60 2005 68,00 2006 68,50 2007 68,80 2008 69,00 2009 69,25 2010 69,50 2011 69,75 2012 70,05 Sumber : BPS Provinsi Lampung 2003-2012 Variabel ketiga diambil dari indikator tingkat pendidikan, dimana pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam pembangunan masa depan bangsa dan juga merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah kemiskinan, jika pendidikan suatu negara sudah tidak baik, maka kehancuran suatu negara tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter masyarakat di suatu negara. Karena itu penting bagi kita untuk memahami bahwa kebodohan merupakan faktor yang mengakibatkan kemiskinan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.

9 Sementara itu dalam UUD 1945 diamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pendidikan,pengajaran dan pemerintah mengusahakan untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing di era globalisasi bercirikan high competition, dan angka melek huruf merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam sektor pendidikan. Data angka melek huruf di Provinsi Lampung dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Angka Melek Huruf di Provinsi Lampung Tahun 2003-2012 Tahun Angka Melek Huruf (%) 2003 91,60 2004 93,10 2005 93,50 2006 93,50 2007 93,47 2008 93,63 2009 94,37 2010 94,64 2011 95,02 2012 95,65 Sumber : BPS Lampung 2003-2012 Selain itu digunakannya variabel pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan dalam penelitian ini mengacu pada usaha pemerintah dalam merespon dua indikator kemiskinan yaitu keterbatasan di sektor kesehatan dan keterbatasan di sektor pendidikan.

10 Dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah telah mengeluarkan banyak kebijakan yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan melalui sekolah dan kesehatan gratis bagi penduduk miskin. Tentunya untuk merealisasikan kebijakan tersebut pemerintah telah mengalokasikan pendanaan dalam anggaran belanjanya yang mengharuskan agar mengalokasikan 20% untuk sektor pendidikan dan 10% untuk sektor kesehatan dari total APBN maupun APBD sesuai UU No. 20 tahun 2003 Pasal 49 tentang pendidikan dan UU no.36 tahun 2009 pasal 171 tentang kesehatan. Hal ini dirasa perlu karena mengingat sampai saat ini masih banyak sekali penduduk di Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga sulit untuk mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan yang baik. Data tentang pengeluaran pemerintah daerah Provinsi Lampung pada sektor pendidikan dan kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 6. Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan dan Pendidikan di Provinsi Lampung Tahun 2003-2012 Tahun Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan (Rupiah) Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan (Rupiah) 2003 34.106.000.000 28.869.000.000 2004 67.588.371.807 51.566.000.000 2005 38.904.696.140 33.004.000.000 2006 87.698.599.771 67.622.000.000 2007 152.457.212.232 106.000.000.000 2008 173.993.645.560 119.000.000.000 2009 268.196.397.636 180.000.000.000 2010 249.423.340.347 189.433.000.000 2011 273.932.433.644 202.000.000.000 2012 281.023.203.847 222.578.521.571 Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan

11 Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan kebijakan pemerintah dalam melakukan pengalokasian dana untuk sektor kesehatan dan pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka Harapan Hidup,Angka Melek Huruf dan Pengeluaran Pemerintah (sektor kesehatan dan pendidikan) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Lampung. B. Rumusan Masalah Selama beberapa tahun jumlah dan presentase penduduk miskin di Provinsi Lampung mengalami fluktuasi, dimulai dari tahun 2003 sebesar 1.568.000 jiwa (22,63 %) dan terus mengalami lonjakan sampai dengan jumlah tertinggi pada tahun 2007 dengan tingkat kemiskinan sebesar 1.661.700 jiwa (22,19 %), tetapi kemudian jumlah tersebut terus turun dimulai pada tahun 2008 dengan tingkat kemiskinan 1.597.849 (20,98 %) jiwa, hingga pada tahun 2012 tingkat kemiskinan hanya menjadi sebesar 1.253.834 (16,81 %) jiwa. Kemiskinan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat di masukkan juga sebagai indikator untuk mengukur tingkat kemiskinan. Beberapa faktor tersebut antara lain adalah tingkat pendapatan, tingkat kesehatan dan pendidikan. Dalam penelitian ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Lampung, antara lain pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang di ambil dari data PDRB, komponen indeks pembangunan manusia berupa angka

12 harapan hidup dan angka melek huruf serta pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan. Dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan di atas muncul pertanyaanpertanyaan berikut ini: 1. Apakah Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung? 2. Apakah Angka Harapan Hidup berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung? 3. Apakah Angka Melek Huruf berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung? 4. Apakah Pengeluaran Pemerintah di Sektor Kesehatan dan Pendidikan berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor pertumbuhan ekonomi, harapan hidup, melek huruf dan pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

13 1. Sebagai tambahan informasi dan bahan kajian tentang gambaran/informasi tentang kemiskinan di Provinsi Lampung. 2. Dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan kemisikinan khususnya di Provinsi Lampung. Mengingat masih tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. D. Kerangka Pemikiran Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang berada pada standar hidup yang rendah, dimana pendapatan perkapitanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup yaitu sandang, pangan dan papan. Dari penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa PDRB, angka melek huruf dan angka harapan hidup berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan (Samsubar Saleh 2002 : 95). Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan merupakan komponen yang diperlukan dalam menekan indikator kemiskinan berupa keterbatasan sktor kesehatan dan pendidikan. Pengeluaran pemerintah pada kedua sektor ini dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu layanan kesehatan dan pendidikan. Melihat dari uraian tinjauan pustaka yaitu teori dan hasil analisis penelitian terdahulu maka dalam penelitian yang mengambil kasus di Provinsi Lampung dengan variabel-variabelnya tingkat kemiskinan yang dipengaruhi oleh Pertumbuhan ekonomi, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf dan Pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan.

14 Secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Tingkat kemiskinan Sektor Kesehatan Sektor Pendidikan Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran E. Hipotesis Menurut Kuznet (Tulus Tambunan, 2003:89) pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Menurut penelitian Hermanto Siregar dan Dwi W (2008:34) PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Salah satu strategi dalam pembangunan ekonomi adalah peningkatan mutu modal manusia melalui kesehatan, pendidikan dan rasa aman. Seperti yang telah dibuktikan oleh Samsubar Saleh (2002 : 101 ) harapan hidup dan melek huruf berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

15 peningkatan tingkat kemiskinan. Pengeluaran pada sektor kesehatan dan pendidikan dilakukan pemerintah agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna menurunkan tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. Melihat dari teori dan penelitian terdahulu, dapat ditulis hipotesa sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. 2. Angka Harapan hidup berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. 3. Angka Melek huruf berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. 4. Pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung. 5. Variabel-variabel independen (Pertumbuhan ekonomi, Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf dan Pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan.