BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan lembaga keuangan syariah di tengah masyarakat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Islam Perspektif Maqasyid Al-Syariah,Cetakan Pertama,Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,2014.h.8.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat, canggih, dan dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Koperasi merupakan soko guru perekonomian negara. Disebut demikian

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB I PENDAHULUAN. usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga dipengaruhi oleh masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB II KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. membantu masyarakat dalam pengembangan usahanya. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat universal dan

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (Haniffa dan Hudaib, 2007). Perbankan syariah sejak awal kemunculannya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kesenjangan. Pengalaman dengan dominasi sistem bunga selama ratusan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. yang baik Good Corporate Governance (GCG), sedangakan di luar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak memberikan kontribusi positif kepada aspek sosial dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan, konsep baitul maal yang sederhanapun berubah, tidak sebatas menerima dan menyalurkan harta tetapi juga mengelolahnya secara lebih produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Penerimaan juga tidak terbatas pada zakat, infaq dan shadaqah juga tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari peperangan. Lagi pula peran pemberdayaan perekonomian tidak hanya dikerjakan oleh negara. Beberapa organisasi, istansi atau perorangan yang menaruh perhatian pada sejarah Islam kemudian mengambil konsep baitul maalini dan memperluasnya dengan menambah baitul tamwil yang berarti rumah untuk menguangkan uang. Menjadilah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Perkembangan usaha keuangan dewasa ini tumbuh sangat pesat. Terbukti dalam makro perekonomian, pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor finansial. Pesatnya pertumbuhan dunia moneter dalam mendorong perekonomian salah satunya ditandai dengan banyaknya lembaga keuangan yang muncul ke permukaan, baik itu Bank, Koperasi, BPR, dan lain sebagainya. Sampai saat ini, sudah terdapat sekitar tiga juta nasabah mikro yang memperoleh pembiayaan dari BMT. Aset yang dikelola BMT mencapai angka Rp. 3 Triliun. Saat ini sudah ada 1

sekitar 4.000 BMT yang tersebar diseluruh Indonesia. Pada awal berdirinya BMT, tahun 2005 asetnya mencapai sekitar Rp. 364 Miliar, tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi Rp. 458 Miliar, tahun berikutnya menjadi Rp.695 Miliar, pada tahun 2008 dan 2009 aset para anggota berkembang mencapai Rp. 1 Triliun dan Rp. 1,6 Triliun. Data terakhir, pada tahun 2010 mencapai 50 persen dari seluruh total aset seluruh BMT yang ada di Indonesia. (www.blogspot.com, Anggun diakses 10 Januari 2013). BMT di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, mengingat lebih dari 80% penduduk Indonesia beragama Islam. Salah satu usaha untuk menyelenggarakan lembaga keuangan yang baik (Good Corporate Governance) sesuai dengan prinsip syariah adalah memenuhi prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas dapat dikatakan sebagai suatu pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan karena akuntabilitas merupakan suatu bentuk perwujudan kewajiban dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi suatu organisasi yang bersangkutan. Lembaga keuangan syariah harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak pihak berkepentingan. Lembaga keuangan syariah yang berdiri berdasarkan nilai-nilai Islam mengartikan dimensi akuntabilitas secara lebih luas yaitu pada pertanggungjawaban yang menekannkan kepada pertanggungjawaban kepada Allah SWT, dengan demikian tujuan akuntansi tidak lagi hanya pada pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban dunia, tetapi jauh kedepan menembus batas 2

kehidupan jasadi yaitu kelak pertanggungjawaban manusia pada Tuhannya. Dalam surat An-Nisa ayat 58:..... Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya........ Ayat ini dapat diinterpretasikan dalam konteks akuntansi yaitu Allah SWT memerintahkan agar kita senantiasa dapat menjalankan amanat untuk setiap pihak terkait yaitu bagi pengguna informasi (stakeholders) dan dalam hal ini kaitannya adalah memenuhi hak untuk mendapatkan informasi dari laporan keuangan. Dan dalam kata lain mendeskripsikan mengenai prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas dalam perspektif syariah merupakan hubungan horisontal dan transendental sebagaimana dalam sural Al-Anfal ayat 27: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Melalui ayat ini dapat kita ketahui bahwa sebagai konsekuensinya harus mentaati Allah dan Rasul-Nya, Juga harus memberikan kepercayaan dengan memenuhi amanah-amanah yang telah diberikan. Salah satu implikasi dari memberikan kepercayaan yaitu dapat mempertanggungjawabkan (acountability) terhadap amanah yang telah diberikan. Satu ayat ini memuat tiga aspek yaitu Allah, Rasul dan orang yang memberikan kepercayaan. Maka dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedudukan akuntabilitas di dalam ajaran Islam 3

berkenaan dengan hubungan interaksi trasedental dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Triyuwono (2006:24) menyatakan: Akuntansi Syariah tidak saja sebagai bentuk akuntabilitas manajemen terhadap pemilik perusahaan (stockholder), tetapi juga sebagai akuntabilitas kepada stackeholder dan Tuhan. BMT MMU Sidogiri sebagai salah satu lembaga keuangan syariah yang terpercaya dan cukup dekat dengan masyarakat dituntut untuk menjalankan fungsi akuntabilitas yang berkelanjutan, agar kepercayaan publik terhadap BMT MMU Sidogiri tetap terjaga. BMT MMU Sidogiri harus membuktikan bahwa dia adalah lembaga keuangan syariah yang menjunjung tinggi azas transparansi dan kejujuran dalam proses operasional perusahaan. Selain itu, BMT MMU Sidogiri juga harus membuktikan bahwa lembaga tersebut lebih baik dari lembaga keuangan syariah yang lainnya, karena selain lebih dekat dengan masyarakat, dalam penerapan prinsip-prinsip syariah, BMT MMU Sidogiri terkenal jauh lebih baik. Perlu diketahui bersama bahwa akuntabilitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam perusahaan, yang secara inheren tidak dapat terlepaskan dari pelaksanaan Coorporate Social Responsibility (CSR) secara utuh. Bersanding bersama prinsip-prinsip lainnya, transparansi dan akuntabilitas merupakan bagian dari prinsip pengelolaan BMT yang sering kali menjadi tolak ukur tingkat integritas dari sebuah lembaga keuangan syariah bernama BMT. Prinsip ini mengacu pada pemahaman bahwa organisasi usaha memiliki kultur untuk secara 4

terbuka menjawab berbagai pertanyaan dan mempublikasikan berbagai kinerjanya kepada seluruh pemangku kepentingan. Permasalahan yang ada dalam aspek pengelolaan keuangan perusahaan oleh manajemen adalah adanya akuntabilitas kepada stakeholder. Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dibidang keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Akuntabilitas merupakan hal yang penting yang harus dicapai dan dipenuhi oleh perusahaan (Hernisah, 2005). Akuntabilitas sebagai persyaratan yang mendasar untuk mencegah penyalahgunaan wewenang yang didelegasikan dan menjamin kewenangan yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan perusahaan dengan yang diharapkan, sehingga nilai akhir dari penerapan Good Corporate Governance adalah meningkatnya kinerja serta membaikknya citra perusahaan (Isgiyarta dan Tristiarini, 2005). Dalam era reformasi dan globalisasi, masyarakat (publik) memerlukan akuntabilitas atas laporan keuangan perusahaan, terutama untuk perusahaan yang go public. Terdapat tiga kendala yang sering dihadapi perusahaan terkait dengan pelaporan keuangan. Pertama, laporan keuangan belum dapat diterbitkan tepat waktu. Kedua, transparansi laporan keuangan belum memadai. Ketiga, data laporan keuangan belum up date (Daniri, 2005:134). Pedoman akuntansi perbankan syariah harus mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59 tentang akuntansi perbankan syariah. Selanjutnya, pedoman ini dijelaskan dengan adanya Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) 2003 yang diterbitkan Bank Indonesia. Pedoman ini 5

berisi semua hal terkait akuntansi perbankan syariah. Sedangkan karena BMT berbadan hukum koperasi, maka pedoman akuntansinya mengacu pada PSAK No. 27 tentang akuntansi perkoperasian. Pedoman ini berisi prinsip-prinsip akuntansi yang perlu diterapkan dalam penyajian laporan keuangan. Baitul Mal wa Tamwil Maslahah Mursalah Lill Ummah (BMT MMU) Sidogiri adalah salah satu dari sekian banyak BMT yang ada. Seperti disebutkan diatas bahwa BMT saat ini diarahkan untuk berbadan hukum koperasi, BMT MMU Sidogiri juga berbadan hukum koperasi dan laporan keuangannya mengacu pada PSAK No. 27 tahun 2007. Namun karena dalam operasionalnya memakai pencatatan dan pelaporan tambahan bisnis keuangan syariah, maka dalam praktek laporan keuangannya banyak mengacu pada PSAK No. 59 tahun 2007. Meskipun sudah terdapat pembaharuan mengenai PSAK yang mengatur kegiatan operasional transaksi syariah yaitu PSAK No. 101- No. 108, akan tetapi pihak BMT MMU Sidogiri tetap menggunakan PSAK No. 27 dan No. 59 tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti lebih jauh bagaimana BMT MMU Sidogiri menerapkan kedua PSAK tersebut yang nantinya dapat meningkatkan akuntabilitas suatu laporan keuangan secara syariah. Dengan demikian judul penelitian yang akan dilakukan adalah Akuntabilitas BMT Perspektif Syariah (study kasus di Baitul Mal wa Tamwil Maslahah Mursalah Lill Ummah (BMT MMU) Sidogiri). 1.2 Rumusan Masalah 6

Berdasarkan deskripsi diatas, maka dapat diambil sebuah rumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Baitul Maal wat Tamwil Maslahah Mursalah Lill Ummah (BMT MMU) Sidogiri menerapkan PSAK No. 27 dan PSAK No. 59 tahun 2007 dalam laporan keuangan? 2. Bagaimana rancangan laporan keuangan BMT MMU Sidogiri yang disesuaikan dengan PSAK yang terbaru? 3. Bagaimana akuntabilitas Baitul Maal wat Tamwil Maslahah Mursalah Lill Ummah (BMT MMU) Sidogiri Perspektif Syariah? 1.3 Pembatasan Masalah Dalam Penelitian ini, peneliti menfokuskan pada laporan keuangan tahun 2011-2012 dalam mengukur akuntabilitas Baitul Maal wat Tamwil Maslahah Mursalah Lill Ummah (BMT MMU) Sidogiri perspektif syariah. BMT MMU Sidogiri menerapkan PSAK No. 27 dan PSAK No. 59 tahun 2007 dalam menyusun laporan keuangan, sehingga peneliti hanya merekomenddasikan PSAK No 101 sebagai pedoman untuk menyajikan laporan keuangan berdasarkan transaksi syariah. 1.4 Tujuan Penelitian 7

Dalam penelitian ini, tentunya penulis mempunyai tujuan yang jelas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Baitul Maal wat Tamwil Maslahah Mursalah Lill Ummah (BMT MMU) Sidogiri menerapkan PSAK 27 dan PSAK 59 dalam laporan keuangan. 2. Untuk Mengetahui Rancangan laporan keuangan BMT yang sesuai dengan PSAK terbaru. 3. Untuk mengetahui akuntabilitas Baitul Baitul Maal wat Tamwi lmaslahah Mursalah Lill Ummah( BMT MMU) Sidogiri Perspektif Syariah. 1.5 Manfaat Penelitian a. Bagi pengambil kebijakan, khususnya Bank Indonesia dan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengambil kebijakan dan evaluasi terkait pengembangan BMT dimasa mendatang dan memastikan akuntabilitas seluruh lembaga keuangan yang ada. b. Bagi BMT MMU Sidogiri, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan masukan terkait dengan kesadaran tiap anggota manajemen BMT MMU Sidogiri untuk benar-benar komitmen dalam menjalankan fungsi akuntabilitas perusahaan, agar kepercayaan masyarakat tetap terjaga dan BMT MMU Sidogiri tetap eksis bersama masyarakat. c. Bagi Akademisi dan Mahasiswa, dimaksudkan untuk lebih memacu keinginan dalam mempelajari dan mengembangkan lembaga keuangan 8

yang berbasiskan syariah khususnya BMT MMU Sidogiri, baik secara teoritis maupun praktis, khususnya dalam hal pelaksanaan fungsi akuntabilitasnya. d. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan dan pemahaman baru yang digunakan sebagai modal untuk mengontrol dan mengevaluasi kinerja BMT MMU Sidogiri melalui informasi akuntansi yang disediakan. Apabila informasi akuntansi tersebut tidak diberikan, masyarakat dapat melakukan kritik yang membangun untuk akuntabilitas BMT di masa mendatang. 9