BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

Green Building Concepts

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Global Warming. Kelompok 10

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

ANCAMAN GLOBALISASI. Ali Hanapiah Muhi Juli, komunikasi. Revolusi informasi mengarahkan kita ke dalam milenium ketiga

Iklim Perubahan iklim

LKS EFEK RUMAH KACA, FAKTA ATAU FIKSI. Lampiran A.3

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

FENOMENA GAS RUMAH KACA

BAB I PENDAHULUAN I.1

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

SERTIFIKASI GREENSHIP

Makalah Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu


TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

APA & BAGAIMANA PEMANASAN GLOBAL?

EVALUASI BAB IX EFEK RUMAH KACA DAN PEMANASAN GLOBAL : MUHAMMAD FIRDAUS F KELAS : 11 IPA 3

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

15B08063_Kelas C SYAMSUL WAHID S. GEJALA PEMANASAN GLOBAL (Kelas XI SMA) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR STRUKTUR MATERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan dampak yang luas akibat pemanasan global. Hampir seluruh negara di dunia memberikan perhatian yang besar terhadap isu ini. Lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga ikut andil dengan membentuk United Nations Framework on Climate Change (UNFCC) dan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagai badan khusus untuk perubahan iklim. Pemanasan global (global warming) merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) seperti karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrooksida (N 2 O) dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut menyebabkan energi radiasi matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh lapisan GRK tersebut. Akibatnya, energi radiasi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi dan meningkatkan suhu permukaan bumi [1]. Menurut IPCC, telah terjadi peningkatan suhu udara rata-rata 0,74 o C selama kurun waktu dari 1906 sampai 2005. Meningkatnya suhu permukaan bumi mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrim di bumi. Berbagai fenomena alam yang tidak lazim seperti durasi musim kemarau dan musim hujan yang tidak seimbang, badai el nino dan la nina, serta mencairnya lapisan es di kutub utara dianggap sebagai akibat langsung dari perubahan iklim tersebut. Beberapa fenomena yang pernah terjadi di dunia misalnya banyak terjadi gempa bumi dan aktivitas gunung berapi di Indonesia, 1

2 Islandia, Turki, dan negara lain. Peristiwa lainnya yaitu seperti timbulnya gelombang panas yang menyebabkan kebakaran hutan sehingga hampir 11.000 penduduk kota meninggal di Rusia pada tahun 2010, atau terjadinya banjir besar di Kathmandu akibat danau es yang terus mencair. Dampak lain akibat pemanasan global adalah terganggunya hutan dan ekosistem, kekeringan, pengasaman air laut, serta timbulnya wabah penyakit dan lainnya [2]. Selain itu, dalam laporan terbaru [3] digambarkan pula dampak-dampak serius dari perubahan iklim pada aspek global dan sektoral serta aspek regional. Laporan tersebut secara terperinci menjelaskan dampak perubahan iklim pada sektor industri, perumahan, kesehatan, sumber daya air, dan sebagainya, yang terjadi di wilayah Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Berbagai studi telah dilakukan untuk mengkaji dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia. Faktor dominan penyebab terjadinya pemanasan global adalah meningkatnya konsentrasi CO 2 di atmosfer [1]. Konsentrasi GRK tersebut cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa gas CO 2 memiliki porsi terbesar dalam meningkatkan konsentrasi GRK di atmosfir bumi, yaitu sekitar 76,6%. Gas CO 2 tersebut berasal dari penggunaan bahan bakar fosil (56,6%), penebangan hutan dan pembusukan biomasa (17,3%), dan sisanya berasal dari sumber lainnya. Besarnya CO 2 di atmosfer ini disebabkan oleh beberapa faktor. Secara lebih terperinci sumber-sumber penyebab emisi gas CO 2 diperlihatkan pada Gambar 1.2. Salah satu penyebab emisi GRK adalah sektor bangunan sebesar 7,9%. Sumber utama penyebab emisi GRK dari sektor bangunan disebabkan oleh konsumsi energi fosil, baik secara langsung atau pun tidak langsung melalui penggunaan energi listrik [4]. Gambar 1.3 memperlihatkan macam-macam sumber konsumsi energi dunia pada sektor bangunan. Menurut data dari [4], sejak tahun 1997 hingga 2004, emisi CO 2 (termasuk penggunaan energi listrik pada bangunan) tumbuh dengan kecepatan 2,5% per tahun untuk bangunan komersial, dan 1,7% per tahun untuk bangunan rumah tinggal. Dengan melakukan implementasi teknologi bangunan hijau pada bangunan lama (existing building) dan baru (new building) dapat mengurangi konsumsi energi mencapai

3 80% [4]. Meskipun sektor bangunan hanya menyumbang 7,9% penyebab emisi GRK, sektor ini mempunyai peluang yang cukup besar untuk mereduksi konsentrasi GRK di atmosfer melalui penghematan energi. CH 4, 14.3% N 2 O, 7.9% F-gases, 1.1% CO 2 (penebang an hutan, pembusukan biomassa, dll), 17.3% CO 2 (selain BBM), 2.8% CO 2 dari BBM, 56.6% Gambar 1.1. Emisi GRK secara global pada tahun 2004 [1] Gambar 1.2. Sektor penyebab emisi GRK tahun 2004 [1] Selain konsumsi energi listrik yang tinggi, proses konstruksi dan operasi bangunan juga memberi kontribusi pada pemanasan global melalui emisi GRK dalam bentuk gas karbon, metana, atau pun jenis gas tertentu lainnya [5]. Bangunan juga menyebabkan berkurangnya jumlah vegetasi yang berfungsi sebagai penahan radiasi matahari sekaligus penyerap karbondioksida di udara. Suhu udara di pusat kota yang relatif memiliki jumlah bangunan yang lebih

4 banyak akan berbeda jauh dibandingkan dengan suhu udara di pinggiran kota. Fenomena ini disebut sebagai urban heat island. Urban heat island dapat mengakibatkan peningkatan temperatur udara global [6]. Gambar 1.3. Konsumsi energi dunia pada sektor bangunan tahun 2010 [3] Melihat uraian di atas, bangunan memiliki potensi yang besar dalam mitigasi pemanasan global. Dewasa ini, berkembang konsep bangunan hijau (green building) yang diprediksi mampu mengurangi emisi GRK. Bangunan hijau adalah bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan atau bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memerhatikan faktorfaktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, kualitas udara dalam ruangan, hemat air, hemat energi, hemat bahan, dan mengurangi limbah [7]. Di beberapa negara, pengembangan konsep green building diikuti dengan terbentuknya sistem rating bangunan hijau untuk mengetahui apakah suatu bangunan layak mendapat sertifikat sebagai bangunan hijau atau tidak. Beberapa di antaranya adalah LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) dari USA, CASBEE (Comprehensive Assessment System for Built Environment Efficiency) dari Jepang, BREEAM (Building Research Establishment s Environment Assessment Method) dari UK, GRIHA (Green Rating for Integrated Habitat Assessment) dari India, BCA (Building and Construction Authority) Green Mark dari Singapura, Green Building Index dari

5 Malaysia, dan lain-lain. Di Indonesia, sistem rating bangunan hijau menggunakan metode GREENSHIP dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Dokumen GREENSHIP terdiri dari 3 tipe, GREENSHIP new building, existing building, dan interior space. GREENSHIP New Building telah mengalami perkembangan, mulai dari GREENSHIP New Building versi 1.0 yang diluncurkan pada Juni 2010, GREENSHIP New Building versi 1.1 yang diluncurkan pada Februari 2012, dan terakhir GREENSHIP New Building versi 1.2 yang diluncurkan pada Februari 2014. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi bangunan gedung pertemuan Grha Wiksa Praniti (GWP). Gedung GWP merupakan gedung pertemuan yang diklaim sebagai green building mulai dari tahap perencanaan, konstruksi, dan operasional milik Pusat Penelitian dan Perkembangan Permukiman (Puskim), Kementerian Pekerjaan Umum yang berlokasi di Bandung. Sejauh ini, klaim tersebut belum pernah dibuktikan melalui sertifikasi bangunan hijau. Pemeringkatan gedung GWP menggunakan GREENSHIP New Building versi 1.2 dari GBCI. Alasan penggunaan sistem pemeringkatan GREENSHIP New Building pada gedung GWP adalah karena gedung tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bangunan baru menurut beberapa pengertian sistem pemeringkatan bangunan hijau di dunia. Bangunan baru (new building) merupakan bangunan yang didirikan di atas lahan kosong, atau bangunan lama yang dibongkar dengan peruntukan sebagai perkantoran, pertokoan, dan/atau hotel [8]. Definisi lain, bangunan baru merupakan bangunan yang didirikan dengan desain dan konstruksi sebagai bangunan hijau [9] atau bangunan dengan penggunaan kurang dari 3 tahun [10]. Gedung GWP diklasifikasikan sebagai bangunan baru karena gedung tersebut belum dibangun di atas lahan bekas bangunan pemerintah pusat (gedung Puskim) dan baru diresmikan tahun 2013. Sejak sebelum pembangunan, gedung GWP telah didesain sebagai bangunan hijau dibuktikan dengan beberapa dokumen awal pembangunan sebelum proses konstruksi. Dengan demikian, penggunaan sistem pemeringkatan gedung tersebut menggunakan GREENSHIP kategori bangunan baru (new building).

6 Sistem penilaian GREENSHIP digunakan untuk menetapkan teknik-teknik yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Beberapa prinsip yang digunakan dan menjadi dasar penyusunannya adalah sederhana (simple), dapat dan mudah diimplementasikan (applicable), teknologi tersedia (available technology), serta menggunakan kriteria penilaian berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-Undang (UU), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Menteri (Permen), Keputusan Menteri (Kepmen), dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kriteria penilaian dengan perangkat rating GREENSHIP pada bangunan baru dikelompokkan menjadi 6 aspek, yaitu: Appropriate Site Development (tata guna lahan yang tepat), Energy Efficiency and Conservation (efisiensi dan konservasi energi), Water Conservation (konservasi air), Material Resource and Cycle (sumber dan siklus material), Indoor Health and Comfort (kualitas udara dan kenyamanan ruangan), dan Building Environmental Management (manajemen lingkungan bangunan). Dengan dilakukannya sertifikasi gedung pada gedung GWP berdasarkan kriteria-kriteria yang ada dalam sistem penilaian GREENSHIP, dapat diketahui predikat gedung tersebut, apakah memenuhi standar bangunan hijau atau tidak. Jika GWP memenuhi standar, maka layak menjadi gedung percontohan bagi bangunan serupa di Indonesia, serta dapat mengedukasi industri bangunan dan khalayak umum tentang kriteria apa saja yang dapat dipenuhi untuk mengimplementasikan konsep bangunan hijau. Akan tetapi, jika gedung GWP tidak memenuhi standar akan muncul rekomendasi perbaikan pada bangunan untuk mencapai predikat tersebut. I.2. Perumusan Masalah Fenomena peningkatan GRK di atmosfer penyebab terjadinya pemanasan global merupakan permasalahan yang penting untuk segera diselesaikan. Bangunan merupakan salah satu kontributor penyebab meningkatnya GRK di atmosfer. Salah satu upaya untuk mengurangi konsentrasi GRK di atmosfer adalah mengimplementasikan konsep bangunan berkelanjutan menggunakan sistem rating bangunan hijau. Sistem rating bangunan hijau adalah sistem

7 penilaian yang dilakukan oleh sebuah lembaga untuk menentukan apakah sebuah bangunan dapat disebut green building atau tidak dengan predikat tertentu. Gedung GWP merupakan bangunan yang diklaim sebagai green building mulai dari tahap perencanaan, konstruksi, dan operasional namun belum pernah dilakukan sertifikasi, sehingga keabsahan status green building gedung tersebut perlu diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan merumuskan langkah teknis untuk mengukur dan menganalisis parameter green building pada gedung pertemuan GWP. Pelaksanaan penelitian ini mengikuti rumusan dalam dokumen sistem rating GREENSHIP untuk bangunan baru yang dibuat oleh GBCI dengan 6 aspek penilaian, yaitu: Appropriate Site Development (ASD), Energy Efficiency and Conservation (EEC), Water Conservation (WAC), Material Resource and Cycle (MRC), Indoor Healt and Comfort (IHC), dan Building Environmental Management (BEM). I.3. Batasan Masalah 1. Penelitian dilakukan pada bulan Febuari-Maret 2014di musim hujan. 2. Parameter green building yang diidentifikasi mengacu pada parameter yang terdapat dalam GREENSHIP New Building 2010 versi 1.2. 3. Parameter yang dapat dibahas disesuaikan dengan data yang dapat diperoleh di lapangan. 4. Keberhasilan penilaian gedung GWP dibatasi oleh kondisi lapangan, ketersediaan data sekunder, dan ketersediaan alat yang dibutuhkan untuk pengukuran. I.4. Tujuan Penelitian 1. Mengimplementasikan metode penilaian bangunan hijau GREENSHIP New Building versi 1.2 GBCI pada bangunan gedung GWP Puskim, Kementerian Pekerjaan Umum. 2. Mengevaluasi dan menilai kinerja bangunan gedung GWP Puskim Kementerian Pekerjaan Umum dengan menggunakan metode GREENSHIP GBCI.

8 3. Mengevaluasi implementasi metode GREENSHIP GBCI pada studi kasus gedung GWP Puskim Kementerian Pekerjaan Umum. I.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian dapat memberi rekomendasi perbaikan jika gedung mendapat predikat tidak green (poin rendah). 2. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam penerapan konsep green building pada bangunan serupa di Indonesia. 3. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi pada sistem pemeringkatan bangunan hijau GREENSHIP-GBCI.