BAB I PENDAHULUAN. maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak usia TK merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa usia-usia awal merupakan tahapan penting karena di masa inilah banyak aspek

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia karakteristik orang


I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian konsep dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. perilaku terpuji seorang anak dalam berinteraksi sosial pada kehidupan sehari-hari. Lembaga

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali,

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pertama, terdapat kecenderungan semakin tinggi motivasi belajar, aktivitas belajar

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERITA MELALUI TEKNIK FADING PADA ANAK TK PELITA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa paling tepat dalam memberikan dorongan atau upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa,

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

SILABUS TEMATIK KELAS I

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan. pendidikan nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di Taman

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Usia ini merupakan masa emas atau Golden Age, dimana seluruh. aspek pertumbuhan dan perkembangan sangatlah pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Bahkan dikatakan sebaai lompatan perkembangan. Karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia sebelumnya. Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar aktif. Anak dibiasakan untuk mempelajari berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan melalui berbagai aktivitas mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengemukakan sendiri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar. Proses pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu pada aktivitas belajar anak secara aktif. Menurut Montessori (dalam Yuliani, 2009:91) bahwa anak tidak perlu dilatih terus menerus menulis suatu kata, karena sambil bermain aktif membuat huruf dan mengarsir huruf itu, pada suatu saat anak tiba-tiba mengetahui bahwa anak dapat menulis, peristiwa itu dinamakan letusan menulis atau eksploitasi menulis. Anak dapat belajar sejak dini hal ini dikarenakan agar anak dapat bersosialisasi dan termotivasi mempelajari keterampilan melalui teman-temannya. Metode yang diberikan kepada anak berbentuk pemecahan masalah dan penyampaian penemuan mereka. Contoh: anak membuat kerajinan tangan sesuai dengan inspirasi (daya khayal) mereka sendiri, anak mengarang dan membuat puisi sendiri, mengamati suatu tanaman dan mencari tahu apa nama tanamannya, menemukan manfaatnya lalu mendiskusikan dan menyimpulkannya, membuat soal cerita penjumlahan kemudian dijawab teman-temannya.

Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangannya yang dilihatnya, didengar, dirasa, penciuman dan aneka rasa melalui lidahnya. Oleh karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya. Anak belajar melalui sensori dan panca indra menurut pandangan Montessori yang meyakini bahwa panca indera adalah pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak). Karena perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya. Dalam konsep ini anak mengeksploitasikan semua inderanya baik penciuman, peraba, penglihatan dan pendengaran. Anak dapat belajar dari apa yang dilihat, idengar, dirasakan. Menurut Pestalozzi (dalam Suejono, 2008:32) pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan (bantuan) pada anak agar anak mampu menolong dirinya sendiri yang dikenal hifle zur selbsthilfe. Pestalozzi berpandangan, pengamatan anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian, bahkan pengertian tanpa pengamatan merupakan sesuatu pengertian yang kosong. Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan sebagai pribadi yang unik. Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup. Konsep ini diberikan agar anak dirangsang untuk menambah pengetahuan yang telah diberikan agar anak dirangsang untuk menambah pengetahuan yang telah diberikan melalui materi-materi yang disampaikan oleh guru dengan caranya sendiri. Anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk membangun sendiri. Anak diajak untuk berpikir, percaya diri dan kreatif dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan yang mereka ingin dapatkan. Pendidik dan orang tua hanya berfungsi sebagai fasilitator atau tempat anak bertanya. Setiap anak diharapkan dapat menambah dan membangun

pengetahuannya sendiri melalui media cetak dengan suatu literature (kunjungan ke perpustakaan), dan media elektronik baik browsing internet maupun menonton VCD pengetahuan. Implikasi dalam optimalisasi perkembangan anak adalah semua aspek perkembangan individu, antara lain fisik, kognitif, emosi, sosial, moral dan minat perlu diperhatikan dan dikembangkan karena semuanya penting dan saling mempengaruhi. Hambatan yang terjadi pada salah satu aspek tersebut selanjutnya, juga menghambat perkembangan aspek lain. Hurlock (dalam Soetjiningsih, 2012:10) menjelaskan pola-pola perilaku yang terbentuk di tahun-tahun pertama kehidupan dan cenderung mapan tersebut, bukan berarti tidak bisa berubah. Ada tiga kondisi yang memungkinkan perubahan cenderung terjadi, yaitu: a) Individu memperoleh bantuan atau bimbingan untuk berubah; b) Orang-orang yang berarti bagi individu memper-lakukan individu dengan cara-cara yang baru atau berbeda; c) Individu memiliki motivasi yang kuat untuk berubah. Perhatian merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Pada pendidikan anak usia dini, perhatian perlu dimotivasi, dibimbing oleh guru, terutama kondisi yang memungkinkan anak untuk memiliki perhatian. Dengan adanya perhatian, anak akan mudah memahami, mengerti, dan berdampak positif pada kegiatannya di sekolah. Rohani (2004:20) mengemukakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, seharusnya guru berupaya agar peserta didik memusatkan perhatiannya (konsentrasi). Perhatian sebagai modus, tempat berlangsungnya aktivitas. Adapun ciri-ciri anak yang memiliki perhatian antara lain dikemukakan oleh Rohani (2005:21) sebagai berikut: a) anak memiliki minat pada proses pembelajaran; b) mendorong anak

selalu aktif dalam hal mengamati, rasa ingin tahu terhadap objek yang dipelajari; c) materi atau pun tema yang dipelajari tidak mudah hilang, bahkan dengan mudah untuk direproduksikan. Khususnya di TK Iloheluma Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, pada anak kelompok A dari jumlah 16 orang anak, terdapat 10 orang anak atau 63% kurang memiliki perhatian dalam pembelajaran. Adapun perilaku yang nampak, antara lain pada saat diberikan tugas, tidak menyelesaikan dengan tepat, kurang berminat pada kegiatan mewarnai, menggambar, menempel, bernyanyi, atau pun pada kegiatan pembelajaran lainnya, seperti mengucap syair, bermain peran. Pada anak-anak yang kurang memiliki perhatian, lebih senang memilih kegiatannya sendiri, atau bermain di luar kelas. Guru selama ini telah berupaya dengan strategi dan metode yang digunakan di TK, tetapi hasilnya belum maksimal. Untuk itu dalam penelitian tindakan kelas, digunakan teknik behavior contract, sebagai salah satu teknik pengubahan perilaku. Danim dan Khairil (2011:120) mengemukakan belajar terjadi bila muncul perubahan perilaku pada diri anak, baik dalam makna kognitif, afektif maupun psikomotor. Perubahan perilaku itu sangat mungkin, bahkan pasti demikian, secara tidak langsung dapat diamati. Perubahan perilaku sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran itu merupakan hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya. Walker (dalam Purwanta, 2012:149) mengemukakan behavior contract adalah suatu cara atau teknik untuk pengukuhan tingkah laku yang ditujukan seseorang anak yang sesuai dengan target yang telah disepakati, dengan menggunakan hadiah untuk penguatan secara simbolik. Penggunaan teknik behavior contract hendaknya disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia dini. Yang dimaksud dengan penggunaan teknik behavior contract pada penelitian tindakan kelas, adalah: a) guru mengadakan kontrak lisan dengan anak. Kontrak tersebut apabila anak dapat mengumpulkan tanda bintang sejumlah 4 buah bintang dapat

ditukarkan dengan hadiah. Tanda bintang tersebut, akan diberikan guru apabila anak dapat mengerjakan tugas dengan baik, melaksanakan tugas dengan tepat; b) guru mengamati tugas yang dilakukan anak, apakah sesuai dengan penjelasan dan contoh yang diberikan guru. Hal ini untuk mengamati apakah anak sudah memiliki perhatian atau belum; c) bagi anak yang sudah mengumpulkan 4 bintang, diberi hadiah oleh guru; d) bagi anak yang belum dapat mengumpulkan bintang, diberi bimbingan secara individual dan kelompok. Berdasar pada hal-hal yang telah dijelaskan, maka judul dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan Perhatian Anak pada Pembelajaran Melalui Teknik Behavior Contract di TK Iloheluma Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi, sebagai berikut: a. Perhatian anak dalam pembelajaran belum maksimal. b. Terdapat 12 orang atau 60% dari 20 orang anak yang kurang memiliki perhatian dalam pembelajaran. Adapun indikator dari kurangnya perhatian antara lain: tidak menyelesaikan tugas dengan tepat, tidak menyelesaikan tugas dengan baik. 1.3 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah perhatian anak pada pembelajaran di TK Iloheluma Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan melalui teknik behavior contract?. 1.4 Cara Pemecahan Masalah

Untuk meningkatkan perhatian anak pada pembelajaran di TK Iloheluma Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango melalui teknik behavior contract, digunakan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a. Guru memfasilitasi kondisi pembelajaran b. Guru menjelaskan tema pembelajaran c. Guru mengadakan kontrak dengan anak tentang tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. d. Guru menjelaskan kontrak tersebut, apabila anak memperoleh tanda bintang sejumlah empat buah, maka bintang tersebut dapat ditukar dengan hadiah. e. Anak melakukan aktivitas pembelajaran, meliputi: mengerjakan tugas dengan baik, melaksanakan tugas dengan tepat, untuk memperoleh tanda bintang. f. Anak tekun dalam proses pembelajaran. g. Setiap anak berupaya memperoleh tanda bintang h. Guru memberi hadiah pada anak yang telah berhasil mengumpulkan bintang sejumlah empat buah. i. Bagi anak yang belum dapat mengumpulkan bintang, diberi bimbingan secara individual dan kelompok. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian anak pada pembelajaran melalui teknik behavior contract di TK Iloheluma Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi guru Melalui penelitian ini diharapkan guru lebih memahami cara meningkatkan perhatian anak melalui teknik behavior contract. b. Bagi anak Hasil penelitian ini diharapkan akan sangat berguna bagi anak, khususnya dalam meningkatkan perhatian dalam pembelajaran melalui teknik behavior contract sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. c. Bagi sekolah Dengan penelitian tindakan kelas akan memberikan sumbangsih yang berarti terhadap sekolah itu sendiri, sehingga menghasilkan insan-insan yang berilmu pengetahuan. d. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan pengalaman, terutama dalam merealisasikan profesi sebagai guru bimbingan dan konseling.