Saputri, et al, Studi Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi...

dokumen-dokumen yang mirip
Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Stara I pada K

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

Diajukan oleh RA Oetari

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(1): ISSN: March 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

STUDI PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2012 SKRIPSI

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

Wawang Anwarudin 1, Dedin Syarifuddin 2 * Akademi Farmasi Muhammadiyah Kuningan *

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

EVALUASI KERASIONALAN PENGOBATAN DIABETES MELITUS TIPE II PADA PASIEN RAWAT INAP DI KLINIK SARI MEDIKA PERIODE JANUARI-MEI 2016 ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

Evaluasi Adverse Drug Reaction Antidiabetes... ( Woro Supadmi, dkk) 205

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

PREVALENSI DIABETES MELLITUS

EVALUASI KERASIONALAN PENGOBATAN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2013

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

Transkripsi:

Studi Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso Periode Tahun 2014 (Study of Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus with Hypertension in Outpatient Departement of dr. H. Koesnadi General Hospital Bondowoso in the Period of 2014) Sendika Widi Saputri, Antonius Nugraha Widhi Pratama, Diana Holidah Fakultas Farmasi Universitas Jember Jln. Kalimantan No. 37, Jember 68121 e-mail korespondensi: Sendika1158@gmail.com Abstract Diabetes mellitus (DM) is a chronic disorder characterized by hyperglycemia caused by disruption of glucose metabolism in the body. Non-insulin dependent DM or type 2 DM can progress into macrovascular complication such as hypertension. The aim of this study was to examine treatment profile of patients with type 2 DM and hypertension. This consecutive cross sectional research used the data taken from medical records of ambulatory patients visiting dr. H. Koesnadi Bondowoso during January to December 2014. A number of 205 patients were included in the study consisting of 125 (60.1%) females and (39.0%) males. Most patients (1 patients, 78.2%) were aged 50-69 years. One hundred and eighty-seven patients received antidiabetic and antihypertensive therapy, 4 patients were without antidiabetic therapy and 14 patients without antihypertensive therapy. Inappropiate combination of medications occured among 71 patients. Moreover,12 patients were found under dosed. Keywords: diabetes mellitus, hypertension, antidiabetic, antihypertensive, outpatient Abstrak Diabetes melitus (DM) adalah suatu gangguan kronis yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia karena terganggunya metabolisme glukosa di dalam tubuh. DM tipe 2 tidak tergantung insulin dapat menyebabkan komplikasi makrovaskular seperti hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana profil pasien dan profil pengobatan pasien DM dengan komplikasi hipertensi. Pengambilan sampel secara konsekutif cross sectional dari rekam medik pasien rawat jalan dilakukan selama periode Januari-Desember 2014 di RSU. dr. H. Koesnadi Bondowoso. Sebanyak 205 sampel meliputi 125 pasien (61.0%) perempuan dan pasien (39.0%) laki-laki. Jumlah kelompok usia terbanyak (160 pasien atau 78.2%) adalah 50-69 tahun. Seratus delapan puluh tujuh pasien mendapatkan terapi antidiabetes dan antihipertensi, 4 pasien tanpa terapi antidiabetes dan 14 pasien tanpa terapi antihipertensi. Ketidaksesuaian pengobatan meliputi 71 pasien dikarenakan belum tepatnya pemilihan kombinasi obat. Selanjutnya terdapat 12 pasien dikarenakan mendapatkan obat dengan dosis kurang. Kata kunci: diabetes melitus, hipertensi, antidiabetes, antihipertensi, rawat jalan Pendahuluan DM atau sering disebut kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia (meningkatnya glukosa darah) karena terganggunya metabolisme glukosa di dalam tubuh. Penyakit DM ini akan mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang merupakan masalah yang e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 479

sangat serius bila tidak segera ditangani yakni meningkatkan risiko penyakit hipertensi dan infark jantung [1]. Prevalensi kejadian DM di dunia berkembang dari 135 juta pada tahun 1995 menjadi 300 juta pada tahun 2025 [2].Hipertensi merupakan risiko serius dalam komplikasi DM karena efek hiperglikemia yang menyebabkan komplikasi makrovaskuler yang mana penderita DM tipe 2 memiliki risiko komplikasi hipertensi lebih besar dibanding penderita DM tipe 1. Pengelolaan hipertensi pada pasien DM adalah dengan mengontrol tekanan darahnya yakni kurang dari 130/ mmhg. Pengendalian hipertensi ini sangat penting dalam mencegah infark miokard, stroke, dan gagal ginjal [3]. Berdasarkan tingginya angka kejadian serta pentingnya penanganan secara tepat terhadap DM dan komplikasi yang ditimbulkannya, maka terapi yang diberikan harus dilakukan secara tepat. Penanganan yang tepat terhadap DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi akan bermanfaat dalam menghindari atau mencegah dampak komplikasi yang lebih serius. Hal ini juga bertujuan untuk harapan dapat memperpanjang masa hidup pasien. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian rancangan deskriptif non eksperimental dengan rancangan potong lintang yakni dengan pengambilan data rekam medis terakhir yang diresepkan pada tahun 2014 tanpa melihat pengaruh dari resep sebelumnya yang diambil secara retrospektif. Populasi penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di instalasi rawat jalan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso selama bulan Januari- Desember 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi berupa data pasien rawat jalan dengan diagnosa DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso yang mendapatkan terapi antidiabetes dan atau terapi antihipertensi, terdapat data pendukung/data laboratorium (glukosa darah dan tekanan darah). Data rekam medik akan dieksklusikan apabila pasein memiliki diagnosis pasti DM tipe 2 dengan komplikasi penyakit lain selain hipertensi dan data rekam medik yang tidak terbaca jelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling. Data dikumpulkan dari rekam medik pasien meliputi identitas pasien seperti nama, nomor rekam medik, usia, jenis kelamin, tanggal perawatan rumah sakit, diagnosa, data laboratorium (glukosa darah dan tekanan darah), keluhan, waktu pakai beserta dosis penggunaan obat dicatat dalam lembar pengumpul data. Analisis penggunaan obat antihipertensi dan antidiabetes beserta dosis dianalisis sesuai guidelines yang dapat dilihat dari Management of type 2 diabetes mellitus guideline dan JNC 8. Hasil Penelitian Jumlah sampel Diperoleh perhitungan pengambilan atau inklusi minimal sejumlah sampel yakni sebesar 202 sampel dari 410 data rekam medik dalam kurun waktu satu tahun yakni tahun 2014. Jumlah pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dan usia Jumlah pasien yang menderita DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yakni 125 pasien (61,0%) perempuan dan pasien (39,0%) laki-laki. Dilihat dari segi usia terbanyak berada di rentang usia 50-69 tahun (160 pasien). Jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia Profil Jumlah Persentase Kategori pasien (n=26) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 125 39,0 61,0 Usia 30-39 40-49 50-59 60-69 70 1 25 19 0,5 12,2 39,1 39,1 9,3 Profil pengobatan pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi Profil pengobatan pasien DM dengan komplikasi hipertensi dianalisis berdasarkan golongan antihipertensi dan antidiabetes yang digunakan. Golongan antidiabetes yang paling banyak digunakan adalah golongan sulfonilurea dan biguanid, sedangkan golongan antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah golongan ARB dan ACEI. golongan antidiabetes yang digunakan ditunjukkan oleh Tabel 2 dan terapi antihipertensi ditunjukkan oleh Tabel 3. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 4

Tabel 2. golongan antidiabetes yang digunakan menerima terapi Tunggal Kombinasi Jumlah, n= 205-4 (2,0) Sulfonilurea Insulin Sulfonilurea + Insulin + Sulfonilurea Sulfonilurea + Inhibitor α- glukosidase Insulin + Sulfonilurea + + Insulin + Insulin + + + Inhibitor α- glukosidase 53 (25,9) 18 (8,8) 73 (35,6) 14 (6,8) 11 (5,4) 10 (4,9) 7 (3,4) 5 (2,4) 3 (1,5) Tabel 3. golongan antihipertensi yang digunakan. menerima terapi Tunggal Kombinasi Jumlah, n= 205-14 (6,8) ARB ACEI CCB Loop diuretic Aldosteron i ACEI + CCB ARB + CCB ARB + ACEI ARB + ACEI + CCB ACEI + Loop diuretic ARB + Loop diuretic ACEI + Adrenoreseptor ARB + Aldosteron ARB + Adrenoreseptor 46 (22,4) 44 (21,5) 36 (17,6) 16 (7,8) 15 (7,3) 13 (6,3) 8 (3,9) 4 (2,0) 3 (1,5) Profil kesesuaian tata laksana Dilihat dari kesesuaian tata laksana pengobatan pasien DM dengan komplkikasi hipertensi dapat diketahui bahwa terdapat 12 pasien yang mendapat ketidaktepatan terapi menurut JNC VIII. Penggunaan obat antihipertensi tunggal dan kombinasi ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Kesesuaian tata laksana pengobatan menurut guideline Parameter Indikasi Obat Dosis Pembahasan Kesesuaian dengan guideline Management of Type 2 Diabetes Mellitus Guideline Sesuai 201 (98,1) 168 (81,9) - sesuai 4 (1,9) 37 (18,1) Sesuai 191 (93,2) 193 (94,1) JNC VIII sesuai 14 (6,8) 12 (5,9) Penelitian tentang studi penggunaan obat antidiabetes dan antihipertensi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di instalasi rawat jalan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso selama bulan Januari-Desember 2014 bertujuan untuk mengetahui profil pasien dan profil pengobatan pasien. Jumlah sampel Diperoleh pengambilan atau inklusi sejumlah 205 sampel dari 410 data rekam medik dalam kurun waktu satu tahun yakni tahun 2014. Profil pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi Profil pasien DM dengan komplikasi hipertensi lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dengan jumlah 125 pasien (61,0%) dan pasien (39,0%) adalah pasien laki-laki. Jumlah penderita DM lebih dominan berjenis kelamin perempuan dikarenakan secara umum aktivitas perempuan lebih sedikit dibanding dengan aktivitas laki-laki. Besarnya aktivitas laki-laki membuat ambilan glukosa dalam darah lebih besar, sehingga kemungkinan terjadinya hiperglikemia semakin berkurang [5]. Berdasarkan profil usia pasien, jumlah pasien meningkat pada kelompok usia 40 tahun dengan jumlah penderita terbanyak berada pada kelompok usia 50-69 sebanyak 160 pasien. Peningkatan risiko diabetes seiring e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 481

dengan bertambahnya usia, khususnya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan intoleransi glukosa akibat berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin [6]. Profil pengobatan pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi Pasien DM dengan komplikasi hipertensi menunjukkan bahwa 71 pasien DM memperoleh terapi golongan obat paling banyak yakni golongan sulfonilurea sebanyak 53 pasien (25,9%) dan biguanid sebanyak 18 pasien (8,8%) sebagai terapi tunggal. Golongan sulfonilurea paling banyak digunakan karena merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, selain itu bertujuan untuk meningkatkan produksi insulin [7]. Penggunaan metformin (golongan biguanid) sebagai terapi awal untuk DM tipe 2 disesuaikan dengan kondisi pasien tertentu terutama pada pasien obesitas dengan berat rata-rata pasien sebesar 70kg 85kg [8]. Pasien DM dengan komplikasi hipertensi sebanyak 129 pasien (62,9%) mendapat terapi kombinasi dua antidiabetes oral atau kombinasi antidiabetes oral dengan insulin karena pasien memiliki kadar gula darah puasa 150mg/dL. Kombinasi dua antidiabetes oral yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi sulfonilurea-biguanid yakni sebanyak 73 pasien (35,6%) yang merupakan kombinasi yang umum digunakan karena sulfonilurea akan merangsang sekresi pankreas yang dapat memberikan kesempatan untuk senyawa biguanid bekerja efektif, sehingga mempunyai efek saling menunjang [9]. Kombinasi sulfonilurea dengan inhibitor α- glukosidase juga sering digunakan dan diperoleh sebanyak 11 pasien (5,9%). Inhibitor α-glukosidase bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan, selain itu obat ini tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia [7]. Kombinasi obat antidiabetes oral dan insulin ini dilakukan untuk meningkatkan kontrol glikemik apabila belum mencapai sasaran [8]. Pasien yang mendapatkan terapi antidiabetes oral beserta insulin yakni insulin beserta sulfonilurea sebesar 14 pasien (6,8%) dan insulin beserta biguanid sebesar 10 pasien (4,9%). Insulin yang paling sering digunakan yakni Lantus yang mengandung analog glargine (insulin long acting). dengan penggunaan insulin biasanya digunakan untuk pasien yang memiliki kadar gula darah puasa melebihi rentang 200 mg/dl. dengan insulin dapat mencegah kerusakan endotel, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis, dan memperbaiki profil lipid. Penggunaan kombinasi obat golongan biguanid berupa metformin secara bersamaan dengan insulin memberi manfaat bagi pasien dengan resistensi insulin dan dapat mengurangi jadwal pemberian insulin [4]. Pasien diabetes dengan komplikasi hipertensi lebih banyak mendapatkan terapi golongan ACEI, ARB dan CCB sebagai terapi tunggal yakni sebanyak 129 pasien (62,9%). Obat golongan ACEI merupakan obat pilihan pertama untuk penderita DM tipe 2 [10]. Hal ini dikarenakan obat golongan ACEI dapat mengurangi resistensi insulin, sehingga sangat menguntungkan untuk penderita DM tipe 2 yang disertai hipertensi [4]. Penggunaan ARB sebagai terapi tunggal juga sesuai karena golongan ini mempunyai efek samping paling rendah dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya [10]. Golongan ARB ini bekerja dengan menghalangi efek angiotensin II, merelaksasi otot polos dan vasodilatasi, menurunkan volume plasma dan mencegah kerusakan lainnya seperti resistensi insulin dan disfungsi endotel [3]. Terdapat 23 pasien mendapat terapi kombinasi golongan obat yang efektif digunakan antara lain kombinasi ARB-CCB dan ACEI-CCB masingmasing sebanyak 15 pasien dan 16 pasien [11]. Kesesuaian tata laksana pengobatan pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi Parameter kesesuaian tata laksana pengobatan pasien DM dengan komplikasi hipertensi meliputi ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, dan ketepatan dosis. Hasil pengamatan diperoleh 98,1% pasien memperoleh ketepatan indikasi dengan kadar gula puasa >126 mg/dl dan 93,2% dengan tekanan darah >130/ mmhg [12]. Terdapat 37 pasien tidak mendapat first line therapy yakni ACEI atau ARB [13]. Terdapat 21 pasien (11,2%) yang mendapat ketidaktepatan pemilihan obat karena pasien menerima terapi kombinasi antihipertensi golongan ARB dan ACEI. Kombinasi golongan obat tersebut kurang sesuai untuk digunakan secara bersamaan karena penggunaan kombinasi keduanya dapat meningkatkan efek gagal ginjal dan stroke [14]. Terdapat 11 pasien menerima terapi dua obat antihipertensi dari golongan yang sama yakni e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 482

dari golongan ACEI dan ARB. Kombinasi juga kurang tepat apabila digunakan dua obat dengan golongan yang sama secara bersamaan karena akan meningkatkan efek samping yang lebih serius, selain itu terdapat 2 pasien mendapat terapi yang bukan merupakan drug of choice untuk DM dengan komplikasi hipertensi yakni spironolakton [15]. Terkait dengan penggunaan dosis penggunaan golongan antihipertensi, diperoleh 12 pasien (5,9%) kurang sesuai dikarenakan dosis yang diberikan dibawah dosis minimum. Terdapat beberapa obat yang kurang sesuai dosis penggunaannya seperti pemberian obat antihipertensi golongan ACEI yakni lisinopril yang hanya diresepkan 5 mg untuk satu kali sehari, selain itu juga penggunaan kaptopril yang diresepkan 12,5 mg untuk satu kali sehari [10]. Hal ini dimungkinkan untuk menghindari efek samping yang terjadi dari penggunaan golongan obat ACEI, selain itu juga dari profil pasien terkait dengan berat badan pasien, tinggi pasien dan kondisi pasien. Simpulan dan Saran Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang mengalami DM dengan komplikasi hipertensi ialah pasien perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dan kelompok usia terbanyak ialah usia 50-69 tahun sebanyak 160 pasien. Penggunaan terapi antidiabetes dan antihipertensi terbanyak ialah sulfonilurea, biguanid, ARB dan ACEI. Ketidaktepatan terapi obat antihipertensi meliputi 71 pasien ketidaktepatan pemilihan pengobatan dan 12 pasien penggunaan dosis kurang. Penelitian serupa dengan mengevaluasi lebih lanjut terhadap alasan pemilihan kombinasi obat antihipertensi yang kurang sesuai tetap diberikan kepada pasien terkait dengan informasi profil pasien. Daftar Pustaka [1] Katzung BG. 2002. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: Salemba Medika; 2002. [2] Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. IDF. 2004; 27 (5): 1047-1052. [3] Rodbard HW. Medical guidelines for clinical practice for the management of diabetes mellitus. Chico: Diabetes Eduational Services; 2007. [4] Hongdiyanto A, Yamlean PVY, Supriati HS. Evaluasi kerasionalan pengobatan diabetes mellitus tipe 2 pada pasien rawat inap di RSUP Prof. dr. R. D. Kandao Manado tahun 2013. Pharmacon. 2013; 3(2): 77-86. [5] Yulianti SR, Mukaddas A, Faustine I. Profil pengobatan pasien diabetes mellitus tipe 2 di instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun 2012. OJONS. 2014; 3 (1): 40-46. [6] PB PAPDI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: FINASIM; 2006. [7] Paduka D, Bebakar WMW. Management of type 2 diabetes mellitus 4 th edition. Malaysia: Clinical Practice Guidelines; 2009. [8] Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Kinik. Phamaceutical care untuk penyakit diabetes mellitus. Jakarta: Depkes RI; 2005. [9] American Diabetes Association. Standarts of medical care in diabetes. Washington DC: ADA; 2014. [10] United State Department Of Health And Human Services. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. US: NIH Publication; 2003. [11] Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Jakarta: Depkes RI; 2006. [12] Tyashapsari WE. Zulkarnain AK. Penggunaan obat pada pasien hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit umum pusat dr. Kariadi Semarang. Majalah Farmaseutik. 2012; 8(2): 145-151. [13] Standiford CJ, Vijan S, Choe HM, Harrison RV, Richardson CR, Wyckoff JA. Management of type 2 diabetes mellitus guideline. Michigan: UMMG Clinical Value and Innovation University of Michigan; 2014. [14] Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redo J, Zanchetti A, Bohm M, et al. ESH/ESC guidelines for the management of arterial hypertension. Jhy hypertension. 2013; 31 (7): 1281-1357. [15] Mutmainah N, Ernawati S. Sutrisna, E.M. 2008. Identification potential drug related oproblems (drps) in wrong drug category to hypertension patient with diabetes mellitus on ward installation of X hospital Jepara at 2007. Pharmacon. 2008; 9(1): 14-20. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 483