BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang di pahami dan di mengerti dengan benar. Ernawati (2003;8) mengemukakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PROSIDING ISBN :

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Bangun Datar Dan Bangun Ruang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MAKE A MATCH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Kemampuan Siswa melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MOTIVASI SISWA MEMILIH JURUSAN IPS PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 1 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI. siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN KELAS 7C

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakekat Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN. adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn koopratif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan bangsa,

BAB II LANDASAN TEORI. melalui interaksi dengan lingkungannya. Kingsley dalam Abu Ahmadi dam

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpa belajar manusia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tuntutan hidup, kehidupan dan penghidupan yang senantiasa berubah. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya. Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar terjadilah proses interaksi antara orang yang melakukan kegiatan belajar dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator yaitu tutor atau pamong atau dapat berupa buku, siaran radio dan televisi, alam semesta dan masalah yang dihadapi. Menurut Thorndike, (dalam Budiningsih, 2012 : 21) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang

dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan / tindakan. Sedangkan menurut Gagne, (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 10) yang mengemukakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan kompleks yang timbul dari kegiatan belajar yang berwujud konkrit yang dapat diamati sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. a. Tipe-tipe Belajar Menurut Gagne (dalam Uno dan Lamatenggo, 2010:34) belajar mempunyai 8 tipe dan setiap tipenya memiliki hirearkinya masing-masing. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar sesudahnya. Kedelapan tipe itu adalah sebagai berikut: 1) Belajar isyarat 2) Belajar stimulus respon 3) Belajar rangkaian 4) Asosiasi verbal 5) Belajar diskriminasi 6) Belajar konsep 7) Belajar aturan 8) Belajar pemecahan masalah.

Kedelapan tipe belajar di atas, telah disepakati oleh para ahli sebagai tipe belajar yang memiliki hireaerki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar selanjutnya. Sebaliknya setiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar ditingkat bawahnya. Ketika seorang murid belajar memecahkan masalah maka dia seharusnya menguasai aturan yang relevan. b. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa biasanya akan diketahui setelah guru melakukan penilaian dengan menggunakan tes baik tes dalam bentuk pertanyaan lisan maupun tulisan. Menurut Gagne (dalam Uno dan Lamatenggo, 2009: 5) hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsipprinsip keilmuan. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

(4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Secara umum, istilah model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Seperti globe adalah model dari bumi. Akan tetapi, secara khusus istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan belajar. Menurut Joyce dan Weil, (dalam Rusman, 2011: 132) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana, (2009: 41) bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Dari definisi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun sebagai tutorial.

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Menurut Slavin, (dalam Isjoni, 2012: 15) yang mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Hal ini didukung pulapendapat dari Nurulhayati, (dalam Rusman, 2011: 203) menurutnya pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang dibentuk oleh tenaga pendidik dalam memberikan materi pelajaran agar lebih mudah dipahami dan dimengerti serta mempermudah proses belajar mengajar dalam kelas. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kalaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, mengingat

kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks. Apalagi tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan (Isjoni, 2012 : 109). c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Penjelasan materi Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 2. Belajar kelompok Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3. Penilaian Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. 4. Pengakuan Tim Adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan

harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi (Rusman, 2011: 212-213). d. Pengertian Make a Match Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin (Rusman, 2011 : 223). e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match Menurut Hanafiah dan Suhana, (2009: 46) bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu. 3. Setiap peserta didik memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)

5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi point. 6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Kesimpulan f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Menurut Suprijono (diunduh : http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model make-match.html) pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut: 1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan 2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa 3. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses 4. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. 5. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa. Tak ada gading yang tak retak, begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu: 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. 4. Pada kelas yang (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan. g. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe make a match Menurut Suprijono, ada enam fase penerapan model pembelajaran tipe make a match (diunduh http://www.slideshare.net./interest_matematika_2011/ajengburbaiti-ulfah-0903677-12326532) yaitu: 1. Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. 2. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. 3. Fase ketiga, guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat.

4. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Guru harus memberikan berupa arahan dan petunjuk pada peserta didik. 5. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. 6. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward/ penghargaan yang akan diberikan kepada peserta didik. 2.1.4 Tinjauan Tentang Materi Keliling dan Luas Bangun Datar a. Segitiga C b a A c B Segitiga (dalam Buchori, 2007 : 132-134) merupakan yang mempunyai tiga sisi. Pada segitiga ABC diatas AB,BC dan AC disebut sisi segitiga ABC. Ketiga sisi segitiga saling berpotongan dan berbentuk sudut. Titik A, B, dan C disebut titik sudut. 1. Keliling Segitiga Jika K menyatakan keliling segitiga, sedangkan a, b, dan c menyatakan panjang sisi-sisi segitiga, maka keliling segitiga dapat dinyatakan : 2. Luas Segitiga K = a + b + c

Luas segitiga adalah luas daerah segitiga. D C t A a (i) B (i) Luas segitiga siku-siku Luas ABD = Luas ABCD = a x t E A D B P C (ii) (ii) Luas Segitiga Sembarang Luas ABC = Luas BPA + Luas CPA = Luas BPAE + Luas CPAD = Luas BCDE = a x t b. Persegi

1. Keliling dan Luas Persegi D C A B Jika s adalah panjang sisi-sisi persegi, maka : - Keliling persegi, K = s + s + s + s K = 4s - Luas daerah persegi yang panjang sisi-sisinya 1 cm adalah 1 cm, berarti luas daerah persegi = sisi x sisi atau L = s x s Luas daerah persegi yang besarnya 1 cm disebut persegi satuan. Jika K menyatakan keliling persegi dan s menyatakan panjang sisi persegi, maka K = 4s Jika L menyatakan luas persegi dan s menyatakan panjang sisi persegi, maka L = s 2 2.2 Kerangka Berfikir Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran matematika khususnya materi keliling dan luas bangun datar terasa monoton menggunakan metode pembelajaran konvesional, sedangkan prestasi belajar juga rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Caranya adalah dengan melatih guru Matematika, kemudian mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti. Hasilnya, diharapkan

proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Guna mencapai hal tersebut guru perlu melakukan refleksi proses pembelajaran pada materi keliling dan luas bangun yang selama ini dilaksanakan. Refleksi tersebut terutama diarahkan pada kegiatan pembelajaran yang digunakan hendaknya menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan atau pendekatan yang berorientasi pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi secara keseluruhan. 2.3 Indikator Kinerja Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini, dirumuskan kriteria sebagai berikut: 1) Kegiatan belajar mengajar yang dinilai melalui lembar observasi sekurangkurangnya 85% mencapai kategori baik 2) Evaluasi hasil belajar dapat mencapai 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 6,7 ke atas. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teoretis sebelumnya, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini berbunyi: Jika Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi keliling dan luas bangun datar di kelas VII SMP 2 SATAP Kabila Bone akan meningkat.