IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )

dokumen-dokumen yang mirip
Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Pada bab ini penulis menyajikan lima kasus tentang pembagian harta warisan

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

Pluraliitas Hukum Waris

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK NO: 0829/ Pdt. G/ 2007/ PA. Dmk

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

Bab IV. Pesanggrahan kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan tradisi merrik lengkaan. Adapun faktor yang melatar belakangi tradisi merrik lengkaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Praktek Pembagian Harta Waris Masyarakat Suku Lio Perspektif Fikih Mawaris (studi kasus di Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur)

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

Dalam Bahasa Arab, kata keluhan dan aduan diungkap dengan Syakwa شكوى) ). Asal kata ini

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS STATUS PENISBATAN ANAK HASIL PERKAWINAN SIRRI MENURUT MASYARAKAT HADIPOLO DITINJAU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB I PENDAHULUAN. bagi rata kepada anak laki-laki dan anak perempuan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1) Nama : Yudi Hardeos, S.H.I., M.S.I. 2) Tempat/Tanggal Lahir : Curup,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda antara yang satu dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN JILU DI DESA DELING KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

PENYELESAIAN KASUS KAWIN HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA MANGKUJAYAN MENURUT KHI

Transkripsi:

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F1.2.2.12.161) I Baik hukum Islam maupun hukum Hindu telah mengatur secara rinci berbagai persoalan mengenai kewarisan, yang diantaranya meliputi sebab-sebab mendapatkan dan tidak mendapatkan harta warisan, penggolongan ahli waris dan bagiannya masing-masing beserta tata cara pembagian harta warisan. Namun dalam realitasnya, tidak semua aturanaturan tersebut selalu dipatuhi oleh masyarakat, baik masyarakat Islam maupun Hindu, khususnya yang berada di Kecamatan Krembung Sidoarjo. Kedua masyarakat tersebut lebih memilih untuk menggunakan hukum adat dibandingkan hukum agama dalam permasalahan pembagian waris di dalam keluarga mereka masing-masing. Dari persoalan di atas, maka dalam penelitian ini, penulis memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan: 1) Bagaimana pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Islam dan Hindu di Kecamatan Krembung Sidoarjo? 2) Bagaimana persamaan dan perbedaan pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Islam dan Hindu di Kecamatan Krembung Sidoarjo?. Penelitian ini sendiri berbentuk field research (studi lapangan) dengan menggunakan wawancara (depth interview) dan studi dokumen sebagai teknik pengumpulan datanya. Selanjutnya data yang sudah terkumpul tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif guna menghasilkan kesimpulan atas dilaksanakan atau tidaknya teori kewarisan hukum Islam dan Hindu dalam kehidupan Islam dan Hindu di Kecamatan Krembung Sidoarjo dan metode komparatif guna menemukan persamaan dan perbedaan pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Islam dan Hindu di Kecamatan Krembung Sidoarjo. II Dalam masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo dikenal dua macam harta dalam perkawinan yaitu bondo gawan/ harta bawaan (harta yang dimiliki sebelum menikah) dan harta gono gini (harta yang diperoleh dalam ikatan perkawinan) dengan model pewarisan kedua tersebut adalah sebagai berikut:

Harta bawaan akan dibagikan ke isteri/ suami dan anak-anaknya dengan bagian yang sama, sedangkan harta gono gini akan jatuh kepada anak setelah diambil 1/2 yang merupakan bagian istri/ suami, kalau sudah tidak ada anak, baru ke saudara dan/ anak saudara jika saudara telah meninggal terlebih dahulu. Apabila pewarisan harta gono gini pada masyarakat Islam di wilayah Krembung Kecamatan Sidoarjo ini dianalisis menggunakan teori kewarisan Islam, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Meskipun istilah gono gini/ harta warisan tidak ter-cover dalam literatur yang berkaitan dengan masalah kewarisan, namun dapat ditemukan dalam pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974 dan pasal 85 KHI. 2. Model pembagian harta bersama yang berlaku pada masyarakat di Wilayah Kecamatan Krembung telah sesuai dengan pasal 96 ayat 1 KHI, yang mana isteri/ suami akan mendapat bagian 1/2 dari harta bagian, hanya saja seharusnya dalam hal ini, selain isteri mendapat bagian tersebut, isteri juga berhak atas harta peninggalan suami (harta bawaan dan 1/2 dari harta bersama), dalam arti berhak mewaris bersama ahli waris lain, dengan kemungkinan bagian isteri adalah 1/4 jika tidak ada anak dan 1/8 jika ada anak serta bagian suami adalah 1/2 jika tidak ada anak dan 1/4 jika ada anak. 3. Selain isteri/ suami dan anak, seharusnya masih ada ahli waris lain yang berhak mendapatkan harta warisan tersebut (harta gono gini) secara bersama-sama sebelum harta warisan jatuh ke saudara dan/ anak saudara, yaitu ahli waris yang termasuk dalam golongan kerabat yang tidak dapat ter-hija>b haknya (kecuali jika ada penghalang), yaitu ayah dan ibu. Ketentuan ini seharusnya juga berlaku pada pembagian harta warisan yang berupa harta bawaan, yaitu bahwa selain menjadi hak isteri/ suami dan anak, harta bawaan yang ditinggalkan juga menjadi hak ahli waris yang termasuk dalam golongan kerabat yang tidak dapat ter-hija>b haknya (kecuali jika ada penghalang), yaitu ayah dan ibu, dengan model pewarisan bersama, sebelum jatuh ke saudara dan/ anak saudara. 4. Meskipun ketentuan penggantian anak saudara atas bagian bapaknya dan mewaris bersama saudara bapaknya tidak tercantum dalam kitab-kitab fikih, namun ketentuan tersebut diatur dalam pasal 185 ayat 1 KHI yang berbunyi: 2

Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173. Adapun bagian yang akan diterima oleh ahli waris sesuai yang berlaku pada masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo tergantung pada jenis hartanya sendiri dengan rincian sebagai berikut: 1. Untuk tanah pekarangan dan sawah, umumnya masyarakat di wilayah Kecamatan Krembung membaginya dengan bagian sama rata, dalam arti tidak ada perbedaan antar ahli waris, baik laki-laki maupun perempuan. 2. Dalam hal gogolan, semuanya hak anak tertua dan anak-anak lain hanya memiliki hak mengelola 1/3 dari gogolan tersebut. anak tertua meninggal, maka haknya jatuh ke anak ke dua, begitu seterusnya. 3. Untuk harta selain gogolan dan gogolan yang jatuh ke saudara/ anak saudara, semua ahli waris memiliki bagian yang sama. Mengenai bagian yang akan diterima oleh ahli waris sesuai yang berlaku pada masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo di atas, jika dicermati menggunakan teori kewarisan Islam, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Seharusnya tidak ada keistimewaan dalam kewarisan berdasarkan umur sebagaimana aturan di atas. 2. Seharusnya semua anak memiliki hak yang sama dalam arti adanya hak memiliki harta warisan, meskipun dengan bagian berbeda. 3. Dalam hukum kewarisan, golongan ahli waris yang sekelompok mewaris secara bersama-sama bukan bergantian dengan bagian masing-masing yang dimiliki oleh ahli waris, sehingga bagiannya tidak bisa dipukul rata. Dalam hal ini, kelima ahli waris yang termasuk dalam golongan kerabat yang tidak dapat ter-hija>b haknya (kecuali jika ada penghalang) tersebut ada yang berkedudukan sebagai as}h}a>b al-furu>d}, yaitu para ahli waris yang mempunyai bagian tertentu yang telah ditetapkan oleh syara (al-qur an), yaitu: 2/3, 1/3. 1/6, 1/2, 1/4, dan 1/8 dan/ ataupun sebagai as}abah yaitu ahli waris yang tidak mempunyai bagian tertentu, tetapi mereka menerima sisa pembagian setelah diambil oleh ahli waris as}h}a>b al-furu>d}. 3

Dalam Islam, perbedaan agama menjadi sebab hilangnya hak kewarisan karena halangan kewarisan (mah}ru>m), disamping pembunuhan dan perbudakan, namun realitasnya masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, ahli waris yang berbeda agama diposisikan sama dengan ahli waris lain, dalam arti mendapat harta warisn dengan bagian yang sama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo tersebut tidak melaksanakan aturan tentang penyebab hilangnya hak kewarisan dalam kehidupan mereka. Berbeda dengan Islam, dalam adat yang dimiliki masyarakat Hindu di Bali, yang berhak mewarisi adalah anak laki-laki, kalau anak laki-laki tidak ada maka saudara, baru kemudian adalah anak saudara, namun semakna dengan masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, dalam masyarakat Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, yang berhak mewarisi pada urutan pertama tidak hanya anak laki-laki saja, tetapi juga anak perempuan dan suami/ isteri, baru jika tidak ada maka ke saudara ataupun anak saudara dengan bagian sama rata. Adapun jika model pembagian harta pada masyarakat Hindu di wilayah Krembung Sidoarjo di atas dianalisis berdasarkan pemahaman tersurat dan tersirat dari Sloka 185 Buku IX Kitab Ma>nava Dharmas}a>stra, yang berbunyi: Na bhra>taro na pitarah} putra> r}k tha hara>h} pituh}, pita> hared putrasya rik tham bhra>tara eva ca. Bukannya saudara maupun datuk yang mewaris harta orang tua tetapi anak itulah yang mewaris. Hanya seorang ayah pewaris akan menerima bagiannya kalau tidak mempunyai terusan laki-laki. Maka dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan pemahaman tersurat, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu: a. Seharusnya suami/ isteri tidak dimasukkan sebagai ahli waris, karena keduanya bukan termasuk orang yang memiliki hak mewaris. b. Seharusnya hanya anak laki-laki saja yang berhak mewarisi. c. Seharusnya setelah anak tidak langsung saudara yang mewarisi, akan tetapi bapak terlebih dahulu jika pewaris tidak mempunyai keturunan laki-laki. 4

d. Golongan ahli waris dalam Hindu tidak mewarisi secara bersama, akan tetapi secara bergantian sesuai urutan pewarisan, yaitu: anak (keturunan laki-laki), baru ayah dan kemudian saudara. 2. Berdasarkan pemahaman tersirat, maka janda termasuk ahli waris dan akan mendapat bagian dari harta waris. Selain itu, anak-anak perempuan yang belum menikah serta ayah dan ibu berhak mewaris sebelum saudara/ putra-putra saudara dengan pewarisan secara bergantian dan berurutan pula tentunya. Dalam agama Hindu, melepaskan kewajiban agama dalam pengertian tidak mempelajari Veda saja akan menyebabkan anak sulung laki-laki kehilangan sebagian harta warisan yang sebenarnya merupakan haknya, apalagi jika berpindah agama, bisa-bisa ia akan kehilangan seluruh harta yang seharusnya ia dapatkan tersebut. Namun, ketentuan ini tidak dijalankan oleh masyarakat Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, yang mana masih memberikan bagian kepada ahli waris yang berpindah agama. Berbeda dengan Islam, golongan-golongan ahli waris dalam Hindu mewaris secara bergantian, sehingga memungkinkan adanya perolehan harta warisan yang sama, ketika dalam satu golongan ahli waris terdapat lebih dari 1 orang. Hal ini tidak berlaku dalam pewarisan anak laki-laki sulung, dimana anak laki-laki sulung memperoleh bagian yang lebih banyak dari pada saudara-saudaranya yang dalam hal ini akan berbagi sama setelah harta dikurangi untuk anak laki-laki sulung (1 1/2 : 1). Perbedaan bagian ini tidak berlaku jika anak laki-laki sulung kehilangan hak keutamaannya, dalam arti tidak layak menduduki kedudukan sebagai yang tertua dan tidak berhak atas tambahan perolehan, sehingga ia berbagi harta waris dengan saudara-saudaranya dengan bagian yang sama. III Hukum waris Islam dengan sangat terperinci mengatur siapa saja yang berhak dan tidak berhak mendapatkan harta warisan serta berapa ukuran yang harus diterima masingmasing pihak. Ketentuan-ketentuan itu tercantum dalam nash al-qur an sehingga mempunyai hukum tertinggi karena sifatnya qat} iyya al-wuru>d (turunnya ayat-ayat itu tidak diragukan lagi) dan qat} iyyah al-dila>lah (dalilnya pasti). Selain hukum waris Islam, di suatu daerah juga berlaku hukum lain yang disebut dengan urf yang merupakan adat kebiasaan yang berlaku di sebuah masyarakat, sehingga 5

itu menjadi hukum di masyarakat tersebut. Para ulama sepakat urf bisa dijadikan salah satu acuan hukum dengan berdasarkan pada suatu kaidah fikih yang berbunyi: syarat, yaitu: Sebuah adat kebiasaan itu bisa dijadikan sandaran hukum. الع اد ة مح كم ة Kebolehan pemakaian urf sebagai sandaran hukum harus memenuhi beberapa 1. Urf tersebut berlaku umum. 2. Tidak bertentangan dengan nash syar i. 3. Urf tersebut sudah berlaku sejak lama, bukan sebuah kebiasaan yang baru saja terjadi. 4. Tidak berbenturan dengan tashri>h}. Dengan adanya syarat tidak bertentangan dengan nash syar i, maka dapat disimpulkan bahwa hukum adat hanya bisa dipakai selama tidak bertentangan dengan ketentuan waris dalam Islam yang telah diatur dengan nash syar i. Isi kandungan ayat-ayat waris tersebut begitu jelas dan tidak memerlukan penafsiran lain, sehingga harus selalu dilaksanakan dengan menegasikan ketentuan-ketentuan hukum yang lain. Hal ini karena Allah telah berfirman dalam surat al-ma>idah ayat 44 yang berbunyi: و م ن لم يح ك م بم ا أ ن ز ل الل ه ف ا ول ي ك ه م ال ك اف ر ون Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Akan tetapi, disisi lain peluang pembagian harta warisan di luar ketentuan hukum waris Islam atas dasar kesepakatan dibenarkan oleh pasal 183 KHI. Adapun bunyi pasal yang dimaksud adalah: Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya. Pembagian harta warisan di luar ketentuan hukum waris Islam atas dasar kesepakatan tersebut juga sesuai dengan konsep al-s}ulh}u yang dibenarkan dalam Islam, yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai kesepakatan antara ahli waris berdasarkan musyawarah atas dasar saling ridha. Di sisi lain, kedudukan adat dalam hukum waris Hindu dapat ditemukan dalam Sloka 40 Bagian 60 Bab 7 Kitab Artas#a>stra dengan bunyi sebagai berikut: 6

Apapun yang menjadi hukum adat suatu daerah, varna, perusahaan atau desa, hanya sesuai dengan itu hendaknya diberlakukan hukum pewarisan. Dalam Sloka di atas, tergambar jelas terdapat pelegalan atas pemberlakuan hukum adat sebagai hukum kewarisan, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum waris adat dalam suatu tempat menjadi hukum kewarisan yang berlaku untuk masyarakat di desa tersebut. Adapun beberapa persamaan dan perbedaan pembagian waris pada masyarakat Islam dan Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, yaitu sebagai berikut: 1. Baik dalam masyarakat Islam maupun Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, membagi harta bawaan ke isteri/ suami dan anak-anaknya (laki-laki ataupun perempuan) dengan bagian yang sama banyaknya. 2. Harta gono gini pada masyarakat Islam di wilayah Keecamatan Krembung Sidoarjo akan dibagi setelah salah satu suami/ istri meninggal dunia, dan akan jatuh kepada anak setelah diambil 1/2 yang merupakan bagian istri/ suami, kalau sudah tidak ada anak, baru ke saudara dan/ anak saudara jika saudara telah meninggal terlebih dahulu, sedangkan harta bersama dalam masyarakat Hindu di wilayah Keecamatan Krembung Sidoarjo akan diwaris setelah kedua orang tuanya meninggal dan akan jatuh kepada anak (baik laki-laki maupun perempuan) atau saudara dan/ anak saudara. 3. Penggantian anak saudara terhadap kedudukan bapaknya yang telah meninggal dalam hal mewaris bersamaan dengan saudara bapaknya yang diatur baik dalam hukum waris Islam dan Hindu sama-sama dilaksanakan oleh masyarakat Islam dan Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo. 4. Baik dalam masyarakat Islam maupun Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo sama-sama menjadikan suami/ istri, anak, saudara dan/ anak saudara sebagai ahli waris yang akan mendapat bagian sama, dengan ketentuan suami/ istri mewaris bersama anak, jika tidak ada baru saudara dan/ anak saudara. 5. Perbedaan agama yang sebenarnya menjadi sebab hilangnya hak kewarisan dalam prakteknya tidak dipenuhi baik oleh masyarakat Islam dan Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo. 7

IV Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan yaitu: 1. Meskipun masyarakat Islam di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo tidak melaksanakan hukum waris yang telah diatur oleh Islam, namun praktek pembagian atas dasar kesepakatan yang mereka lakukan tersebut, sebenarnya dibenarkan oleh Islam, yaitu sesuai konsep al-s}ulh}u. Sedangkan untuk masyarakat Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo, meskipun sekilas terlihat bahwa mereka tidak mempraktekkan hukum waris yang diatur oleh Hindu, tetapi sesungguhnya mereka telah mempraktekkan hukum waris Hindu yang berupa hukum adat yang telah dilegalkan oleh agama untuk menjadi hukum waris pada masyarakat dimana hukum adat tersebut berada. 2. Perbedaan dan persamaan pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Islam dan Hindu di wilayah Kecamatan Krembung Sidoarjo adalah sebagai berikut: a. Dalam pembagian waris, sama-sama berpedoman pada hukum adat yang berlaku pada masyarakat setempat, dengan alasan hukum adat tersebut dirasa lebih adil dan dapat mencegah adanya perselisihan antar ahli waris. b. Dalam aturannya, ketentuan waris Islam harus dilaksanakan karena telah diatur oleh nash syar i. Dalam hal ini, urf/ adat kebiasaan tidak dapat diberlakukan jika bertentangan dengan ketentuan waris yang ada dalam nash syar i tersebut. Akan tetapi, pemberlakuan pembagian waris di luar ketentuan hukum waris dapat dilakukan atas dasar kesepakatan. Sedangkan, dalam Hindu pemberlakuan hukum adat telah dilegalkan sebagai hukum kewarisan, sehingga dapat disimpulkan hukum waris adat dalam suatu tempat menjadi hukum kewarisan yang berlaku untuk masyarakat di desa tersebut. 8