PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING YANG TIDAK ERGONOMIS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA GANGGUAN OTOT PADA OPERATOR A.Ardiman Saurei 1, Eva Suryani, ST., MT 2, Inna Khoilidasari, Ph. D 3 1,2,3) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Email : ariantoardiman@gmail.com, evasuryani69@gmail.com, kholidasari28@gmail.com Abstract The rapid competition in the business world presents challenges and opportunities for businesses both domestic and international businessman. CV. Dragon this is one of a family company engaged in manufacturing who must this also faces competition. In this company is the operator has the problem that arise at the production procces in this company is the operator has musculoskeletal pain disorder on their back. It is happens in the cutting work stations that still using the manual material handling system. This research attemp to develop a work facility design that in corporate aspects. Using a questionnare body map and Quick Expocure Check (QEC) method, for operators, a facility work design is develop in order to reduce musculoskeletal disorder for operators. The results of this study are, work on the facility design cuts the buffer conveyor and cutting machine to make the position permanent ergonomic Keywords: Ergonomics, QEC, anthropometric 1. Pendahuluan Pesatnya persaingan di dunia bisnis ini memunculkan tiga tantangan dan peluang utama baik bagi pebisnis dalam negeri maupun pebisnis yang bertaraf internasional: globalisasi, kemajuan teknologi, dan deregulasi. CV. CITRA DRAGON merupakan perusahaan kecil menengah yang berlokasi di Pasar Sungai Sarik Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, CV CITRA DRAGON ini memproduksi produk produk penunjang pertanian. Adapun produk seperti yang dihasilkan adalah seperti Mesin Perontok Padi, Perontok Jagung, Tresher dengan berbagai jenis fungsi, dan sebagian lagi berupa mesin mesin yang digunakan untuk penunjang kegiatan pertanian. Hasil observasi dan tanya jawab langsung dengan pekerja di CV. Citra Dragon pada stasiun kerja pemotongan menunjukkan beberapa keluhan dari para pekerja yang merasa kurang nyaman pada saat melakukan pekerjaannya. Pada stasiun pemotongan, pekerja melakukan pekerjaannya dengan kondisi kerja badan membungkuk, dimana jam kerjanya adalah
8 jam setiap harinya. Hal ini membuat para pekerja pada saat proses bekerja tidak dapat bekerja dengan nyaman, sehingga sering mengalami rasa letih dan nyeri pada punggung setiap kali selesai melakukan pekerjaan pemotongan. Adanya sikap kerja, cara kerja yang tidak ergonomis, ketidaknyamanan kerja, beban kerja yang tidak sesuai, pekerjaan terjadi berulang ulang merupakan masalah ergonomi yang muncul di setiap stasiun, secara khusus di stasiun bagian pemotongan di CV. Citra Dragon. Kondisi ini akan membawa dampak buruk terhadap keadaan fisik dari pekerja sehingga menimbulkan resiko kerja berupa keluhan pada bagian tubuh pekerja terutama bagian punggung.. Masalah ini dapat diatasi dengan dilakukannya perancangan stasiun kerja yang merupakan salah satu area studi ergonomi bidang industri. Berdasarkan penelitian, pengamatan dan wawancara langsung yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa kondisi manusia atau operator saat ini yang tidak aman dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan adanya hubungan manusia mesin yang tidak ergonomis. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan keselamatan kerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan pekerja pada musculoskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan para pekerja. 1.1 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi keluhan keluhan atau gangguan pada operator pemotongan (Cutting). 2. Merancang ulang fasilitas kerja pada bagian stasiun pemotongan (cutting) 2. Tinjauan Literartur Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang ergonomi dimana manusia fasilitas kerja dan ingkungan saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Wignjosoebroto, 2003). Ergonomi juga digunakan berbagai macam ahli atau praktisi pada bidangnya masing masing, misalnya seperti : ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk ergonomi, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik ergonomi. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebakan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia dan mesin serta peralatan peralatan dan lingkungan
kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal hal diatas yang membentuk sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu, salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ruang lingkup Ergonomi terdiri dari beberapa aspek: 1. Aspek Fisik Berupa ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan metoda pengoperasian kendali pada sebuah mobil, peralatan rumah tangga, industri dan peralatan lainnya 2. Aspek Kognitif Memahami instruksi dan informasi mengenai bentuk dialog dengan komputer dan operatornya 3. Aspek Perancangan Tempat Kerja dan Tata Letak Ruang Kerja Tata letak kantor, pabrik, dapur, hubungan antara furniture dan peralatan dan antara komponen peralatan yang berbeda 4. Lingkungan Fisik Efek dari iklim, kebisingan, getaran, pencahayaan, kontaminasi kimia dan biologi pada performance dan kesehatan manusia 2.1 Postur Kerja Keluhan muskulosletal adalah keluhan pada bagian bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Untuk penilaian kembali postur perja, diperlukan ketika terjadi perubahan spesifikasi produk atau penambahan jenis pruduk baru. Kedua hal tersebut akan memungkinkan terjadinya perubahan metoda kerja yang dilakukan pekerja dalam menghasilkan produk, dan metoda tersebut kemungkinan juga dapat menimbulkan cedera muskuloskeletal, sehingga perlu dilakukan penilaian postur kerja kembali. 2.2 Keluhan Muskuloskeletal Menurut Kroemer dalam Santoso (2004), Otot rangka ( skeletal muscles) adalah otot bergaris menempel pada tulang tulang ( bones) yang menghasilkan kekuatan gerak saat dibutuhkan untuk memikul kekuatan keluar yang tegas. Musculoskeletal merupakan cedera dan penyakit pada otot, syaraf, tendon, ligament, sendi, cartilage dan tulang belakang. Adapun contoh yang menyebabkan atau memicu terjadinya musculoskeletal akibat kerja, misalnya : 1. Kondisi lingkungan yang panas mempengaruhi sirkulasi darah, menyebabkan kram, terasa terbakar dan ketidaknyamanan.
2. Pencahayaan yang terlalu terang atau gelap menyebabkan sakit kepala, ketegangan otot, fatique (kelelahan), ketegangan mata, mudah terjatuh dan koordinasi tubuh yang rendah. 3. Kebisingan diatas 90db menyebabkan sakit kepala, tekanan darah meningkat, ketegangan, fatique otot, tempramen tinggi dan konsentrasi menurun. 4. Penggunaan otot yang berlebihan menyebabkan beban yang tinggi pada otot, tendon, dan sendi 5. Postur yang salah 6. Repetitif dari pergerakan yang sama menyeabkan ketegangan dan kelelahan otot. b Mengolah data kuesioner yang telah didapat dan dihitung nilai exposure score pada setiap anggota tubuh yang diamati. c Menghitung exposure level untuk menentukan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan dari hasilexposure score. d Memperbaiki stasiun kerja yang diteliti jika exposure level menghasilkan nilai yang tinggi karena berisiko terjadinya cedera pada operator. e Menganalisis kembali usulan perbaikan yang diberikan untuk mengetahui apakah usulan sudah baik atau belum. 3. Metodologi Penelitian 2.3 Pendekatan Metode QEC Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka ( musculoskeletal disorder) yang menitik beratkan pada tubuh bagian atas yaitu punggung, leher, lengan/bahu, dan pergelangan tangan. Adapun tahap-tahap pengerjaanya adalah sebagai berikut : a Mengumpulkan data kuesioner yang diisi oleh pengamat dan juga operator Gambar 1 Metodologi Penelitian 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data dengan Nordic Body Map
Pengumpulan data ini menggunakan metode Nordic Body Map di CV. Citra Dragon. Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomic yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja. Hasil kuesioner Nordic Body Map pada operator dapat di lihat pada gambar 2 berikut : menghitung skor penilaian untuk masing masing bagian tubuh yang dinilai dengan tabel skor penilaian sebagai skor akhir QEC untuk di wujudkan dalam lima tindakan. Berikut hasil dari pengumpulan data QEC ( Quick Exposure Check ) untuk operator Pemotongan dan Operator Tamping: Tabel 1 Rekapitulasi Awal Metode QEC Pada Operator Pemotongan Sumber :Pengumpulan Data Penulis 2014 Gambar 2 : Rekapitulasi Keluhan Pekerja 4.2 Pengumpulan Data QEC Penelitian postur kerja dengan menggunakan QEC di lakukan dari dua sisi. Penilaian pertama di dasarkan kepada penilaian pengamat ( Observer s Assesment) dengan mengisi Observer s Assesment Checklist dan penilaian kedua di dasarkan kepada penilaian pekerja (Worker s Assesment) dengan mengisi Worker s Assesment Checklist. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian punggung (back), bahu atau lengan (shoulder/arm), pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck). Selanjutnya Tabel 2 Rekapitulasi Awal Metode QEC Pada Operator Press Sumber :Pengumpulan Data Penulis 2014 Dari table 4.2 dan tabel 4.3 di atas merupakan hasil rekapitulasi awal dari metode QEC yang di isi oleh pengamat dan operator 1, selanjutnya pengamat mengaplikasikan data dari atas ke table 4.4 exposure score yang ada di bawah ini :
Tabel 3 Nilai Exposure Score Operator Pemotongan Tabel 6 Rekapitulasi Expocure Level Berdasarkan tabel 3 diatas nilai Exposure Score yang diperoleh adalah 82,72% yang berarti untuk action selanjutnya perlu penelitian dan dilakukan perubahan secepatnya. Tabel 4 Nilai Exposure Score Operator Press Berdasarkan tabel 4 diatas nilai Exposure Score yang diperoleh adalah 61,73% yang berarti untuk action selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan Tabel 5 Action Level Expocure 4.3 Tahapan Perancangan 4.3.1 Penetapan Tujuan Rancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang fasilitas kerja yang ada di stasiun kerja bagian pemotongan untuk dijadikan menjadi lebih ergonomis. Tahapan perancangan fasilitas kerja yaitu pengukuran data antropometri operator, perhitungan keseragaman data, kecukupan data, dan kenormalan data. Kemudian dilakukan perhitungan dimensi tubuh dengan persentil 5 dan persentil 95. Dengan perancangan yang dilakukan terhadap fasilitas kerja di stasiun bagian pemotongan ini diharapkan dapat meminimasi terjadinya cedera pada otot punggung operator yang mana dulunya menjadi keluhan utama di stasiun kerja tersebut. Adapun rekapitulasi nilai presentil dari masing masing dimensi tubuh adalah seperti yang tertera pada Tabel 4.13 berikut :
Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Presentil penyesuaian postur kerja operator dan mendapat posisi kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisisen. 4.3.2 Analisa Fungsi Perbaikan fasilitas kerja di stasiu kerja bagian pemotongan ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya musculoskeletal disorder terhadap operator yang melakukan pekerjaannya. Dengan perancangan ini maka akan mengurangi bahkan menghilangkan resiko cedera yang akan terjadi pada saat operator melakukan kegiatannya. 4.3.3 Penetapan Karakteristik Rancangan Ukuran ketinggian mesin dan coveyor yang sesuai antropometri akan sangat bermanfaat bagi operator demi 4.4 DATA ANTHROPOMETRI Dalam perancangan fasilitas kerja di stasiun pemotongan ini dibutuhkan data anthropometri operator. Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan antropometri adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Ukuran Tubuh Data yang diambil adalah data pekerja Indonesia sebanyak 50 buah sampel b. Uji Keseragaman Pada tahap ini akan diuji apakah data yang diambil telah seragam dan tidak ada data yang ekstrim c. Uji Kecukupan Data Pada tahapan ini kita akan mengetahui apakah data yang telah diambil sudah cukup dan mewakili populasi yang akan dihitung d. Uji Kenormalan Data Pada tahapan ini kita akan mengetahui apakah data yang kita dapatkan sudah terdistribusi secara normal. e. Uji Presentil Pada tahapan ini kita akan menghitung presentil yang akan digunakan dan menentukan ukuran
ayang akan dipakai dalam perancangan Adapun data dan masing masin fungsi yang dibutuhkan oleh dimensi tubuh terpakai dalam perancangan ini adalah : 1. Tinggi Badan Tegak (TBT) 2. Tinggi Pinggang Berdiri (TPB). 3. Panjang Lengan Bawah (PLB), 4. Jangkauan Tangan Kedepan (JTD), Adapun rekapitulasi nilai presentil dari masing masing dimensi tubuh adalah seperti yang tertera pada Tabel 7 berikut : Tabel 8 Rekapitulasi Persentil 4.5 Hasil dari Perancangan Fasilitas Kerja di Stasiun Pemotongan Setelah dilakukan perbaikan stasiun kerja sesuai dengan ukuran atropometri pekerja, maka pekerja dapat melakukan aktivitas kerjanya dengan nyaman karena stasiun kerja telah ergonomis. Hasil dari perancangan yang dilakukan dapat di lihat pada gambar 2 di bawah ini : 5 Evaluasi Hasil Rancangan Adapun tujuan dari evaluasi hasil rancangan fasilitas kerja pada stasiun pemotongan adalah untuk mengevaluasi kembali hasil rancangan fasilitas kerja apakah sudah sesuai dengan tujuan yang hendak di capai. Gambar 3 Posisi Kerja Sebelum dan Sesudah Perancangan Fasilitas Kerja di Stasiun Bagian Pemotongan (Cutting) Gambar 2 Hasil Rancangan Pada stasiun kerja bagian pemotongan sebelum perbaikan, posisi kerja operator membungkuk saat
melakukan pekerjaannya hingga memebentuk sudut 90 derajat. Sebelum dilakukannya perancangan ulang fasilitas kerja pada stasiun kerja pada bagian pemotongan, didapat skor QEC pada bagian punggung yaitu 36. Hal ini tentunya tidak baik bagi operator yang melakukan pekerjaan dengan postur tubuh yang membungkuk. Maka dengan demikian dilakukan perancangan fasilitas kerja pada stasiun pemotongan ini dengan kesesuaian anthropometri manusia. Adapun fasilitas kerja yang di lakukan perancangan ulang adalah : Conveyor dan kedudukan mesin potong yang akan di rancang ulang dengan pertimbangan aspek ergonomi. Setelah dilakukan perancangan ulang pada fasilitas kerja yang terdapat di stasiun kerja bagian pemotongan, skor analisa QEC didapatkan sebesar 24. Dengan demikian telah terjadi penurunan skor qec, dan postur tubuh kerja operator pada saat melakukan proses produksi dalam posisi tegak. Tabel 9 Rekapitulasi Perbandingan Skor QEC 5.1 Kondisi Fasilitas Kerja Kondisi fasilitas kerja yang digunakan dalam proses produksi di stasiun bagian pemotongan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 10 Perbandingan Kondisi Fasilitas Kerja Stasiun Pemotongan Sumber : Pengolahan Data CV. Citra Dragon 2014 Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat perbandingan kondisi perbedaan posisi mesin dan konveyor dimana pada kondisi sebelum perancangan dilakukan, mesin potong tersebut tidak memiliki kedudukan dan posisi mesin berada diatas lantai. Akan tetapi setelah di lakukan perancangan ulang pada fasilitas mesin maka penulis mengusulkan untuk merancang pembuatan kedudukan mesin potong agar kondisi ketinggian mesin bisa bertambah sehingga postur tubuh operator pada saat melakukan proses pemotongan tidak lagi membungkuk.
5.2 Uji Keabsahan Setelah semua tahapan perancangan selesai dilakukan, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah uji ke absahan (validasi). Tujuannya aalah untuk mengevaluasi kembali hasil rancangan apakah telah sesuai dengan tujuan perancangan atau belum sesuai. Uji keabsahan ini dilakukan dengan menyebut faktor utama yang selanjutnya di tentukan indikator dan hasil yang telah di capai dengan membandingkan fasilitas kerja hasil rancangan. 6 Kesimpulan Bertitik tolak dari hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Hasil identifikasi keluhan terhadap pekerja di temukan bahwa pekerja mengeluhkan adanya rasa sakit pada punggung. 2. Untuk mengatasi permasalahan poin 1 (satu) di atas, maka dilakukan perbaikan terhadap rancangan fasilitas kerja pada satasiun bagian pemotongan. Rancangan yang di lakukan adalah dengan mengubah ketinggian konveyor penyangga dan membuat kedudukan mesin yang telah disesuaikan dengan data anthropometri. 7 Saran 1. Dengan adanya kelemahan kelemahan yang terdapat pada fasilitas kerja di stasiun bagian pemotongan, di sarankan kepada pihak perusahaan hendaknya melakukan perbaikan terhadap sistem kerja dengan cara memeperhatikan sikap kerja dan lingkungan kerja pada semua stasiun kerja yang ada terutama di stasiun bagian pemotongan agar tidak terjadi keluhan pada operator dan mengurangi terjadinya cedera otot opnggung pada operator. 3. Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut agar diperoleh sistem kerja yang benar benar telah memenuhi kriteria ergonomi. 4. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan perhitungan terhadap aspek studi biomekanika. DAFTAR PUSTAKA Li, G. dan Buckle, P. (1998) A practical method for the assessment of workrelated musculoskeletal risk Quick Exposure Check (QEC), in
Proceeding of the human Factors and Ergonomics Society42 Annual Meeting, October 5-9, Chicago, Human Factors and Ergonomics Society : 1351-1355. Nurmianto, Eko. 1996 : Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Guna Widya Produktivitas Kerja Departemen Tenaga Kerja. Jakarta: 30 Januari. Manuaba, A. 1997. Ergonomi di Tempat Kerja, Aplikasi dan manfaat Praktis. Makalah Pertemuan Alumni Teknik Industri Ubaya. Surabaya: 10 Oktober. Willy Fernand, Yudhi. 2013 : Perancangan Area Kerja Pada Industri Keripik Balado yang Ergonomis. Jurusan Teknik Industri : Universitas Bung Hatta Wignjoesoebroto, Sritomo. 1995 : Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Surabaya : Prima Printing Wignjoesoebroto, Sritomo. 1995 : Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Surabaya : Guna Widya Kusmidari, Desi. Ch. 2013 : Analisis Kelelahan Kerja dengan Aplikasi Quick Expocure Check (QEC) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA), Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik : Universitas Bina Darma Karwoski dan Marras S. William. 2003 : Desain dan Manajemen Sistem Kerja. Prinsip dan Aplikasi Teknik. CRC Press. Manuaba, A. 1992a. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Seminar K3 di IPTN. Bandung: 20 Februari Manuaba, A. 1992b. Pengaruh Ergonomi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja. Makalah Seminar