FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

Oleh : Suyanti ABSTRAK

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). Kegiatan posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Jurnal Kesehatan Kartika 50

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA KADER POSYANDU BALITA DI KELURAHAN BAWEN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Nelly Malahayati 1. STIKes Bina Nusantara ABSTRAK. : Posyandu, Peran Kader,Dukungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014 Erris 1*, lidya 2 1 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan 2 STIKes Prima Prodi DIV Bidan Pendidik Korespondensi penulis:nazra_ugm@yahoo.com ABSTRAK Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita di Indonesia adalah melalui posyandu baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Menurut data kementerian perencanaan pembangunan nasional/ badan perencanaan pembangunan nasional tahun 2010 angka kematian balita (AKABA) di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 44/1000 kelahiran hidup. Terget yang diharapkan dicapai pada tahun 2015 untuk kematian balita menjadi 32/1000 kelahiran hidup.tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penimbangan balita diposyandu di Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada ibu yang mempunyai balita. Penelitian ini di Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin. Pengumpulan data melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita yaitu sebanyak 53 orang.pengambilan sampel secara total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil analisis secara univariat terdapat 41 (77,4%) pendidikan masih rendah. 42 (79,2%) adalah bekerja. 38 (71,7%) dukungan suami kurang baik. 44 (83,0%) peran petugas kurang baik. 31 (58,5%) tidak melakukan penimbangan balita. Uji bivariat menunjukkan dari variabel pendidikan, Pekerjaan,Dukungan Suami, peran petugas kesehatan, penimbangan balita mempunyai hubungan yang bermakna dengan penimbangan bayi yaitu dengan nilai p-value <0,05). Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu balita dengan dengan pemanfaatan posyandu pada ibu yang memiliki balita di Desa Baru Kecamatan Sungan Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu balita dengan pemanfaatan posyandu pada ibu yang memiliki balita di Desa Baru Kecamatan Sungan Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014Ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemanfaatan posyandu pada ibu yang memiliki balita di Desa Baru Kecamatan Sungan Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu pada ibu yang memiliki balita di Desa Baru Kecamatan Sungan Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014 Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami, Peran Petugas Kesehatan, Penimbangan Balita. PENDAHULUAN Pembangunan bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya di dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini di gunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaannya secara operasional di bentuklah pos pelayanan terpadu atau di singkat posyandu (Kemenkes RI, 2011). 52

Upaya yang dilakukan baik yang bersifat preventif maupun kuratif adalah posyandu yang merupakan tempat atau media yang paling dekat dengan masyarakat dalam pemantauan gizi pada balita. Masyarakat dapat secara langsung memantau pertumbuhan dan perkembangan status gizi balitanya. Oleh karena itu dalam rangka menurunkan angka kematian anak adalah pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti pos pelayanan terpadu (posyandu), penanggulangan energi protein, pendidikan gizi, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit melalui survilans dan imunisasi (Kemenkes RI, 2011). Kelangsungan hidup anak ditunjukkan dengan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA). Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi di Negara ASEAN lainnya. Hal ini perlu dipahami dan ditindak lanjuti oleh Bidan dan petugas kesehatan lainnya, mengingat Indonesia memiliki beban yang berat karena wilayah yang sangat luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat heterogen. Sebagai anggota organisasi profesi di bidang kesehatan, bidan juga harus berperan aktif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan milenium atau Milenium Development Goals (MDGs) nomor 4 (empat), yaitu menurunkan angka kematian anak sampai dua pertiganya pada tahun 2015 (Kemenkes, 2011). Untuk menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Indonesia maka perlu ditingkatkan peran pos pelayanan terpadu (posyandu) serta penempatan bidan-bidan desa di Pos Persalinan Desa (Polindes), mengingat beban wilayah Indonesia yang sangat luas. Untuk itu, program pemerintah dalam memperbanyak bidan desa merupakan hal yang sangat urgent untuk memantau dan membantu kesehatan bayi dan balita yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini akan membaik tetapi juga harus diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan, termasuk bidan di tingkat desa yang dapat menjangkau masyarakat luas (Depkes RI, 2010) Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan Pos Pelayanan Terpadu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu merupakan proses keadaan ketika individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan keluarga atau kesehatan masyarakat lingkungannya. Namun berbagai hambatan dalam memelihara kesehatan diri dan keluarganya perlu mendapatkan perhatian (Depkes RI, 2010). Sebagai Indikator pencapaian dalam program Posyandu yang yang kekuatannya terletak pada pelayanan kesehatan dasar, kerjasama lintas sektoral dan peran serta masyarakat. Pada masa krisis ekonomi keberadaannya kurang mengembirakan, hal ini ditandai dengan rendahnya cakupan kegiatan Posyandu. Adapun kegiatan pokok posyandu yang diantaranya KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan Penanggulangan diare. Secara kuantitas jumlah posyandu di Indonesia membanggakan, mencapai 270.000 tetapi hampir setengahnya tidak aktif, kalaupun aktif kualitasnya masih banyak yang perlu di tingkatkan. Menurut data kunjungan posyandu setiap bulannya rata-rata hanya 60 % balita yang rutin datang ke posyandu ( Haluan, 2012) Menurut laporan hasil kegiatan tahunan program KIA-KB kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita D/S perkabupaten di Provinsi Jambi menunjukkan cakupan tertinggi adalah Kabupaten 53

Sarolangun (97,4%), diikuti oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur (81,5%) dan Kota Sungai Penuh (80,6%). Sedangkan untuk cakupan terendah Kabupaten Merangin (59,8%), Kabupaten Kerinci (59,9%), dan Kota Jambi (61,7%) (Profil Kesehatan Provinsi Jambi,2013) Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin tahun 2013 menunjukkan bahwa distribusi cakupan D/S dalam kegiatan posyandu di Puskesmas Bangko Kabupaten Merangin tahun 2013 memiliki D/S tertinggi (79,00%). Sedangkan salah satu D/S terendah adalah puskesmas Sungai Tenang (37,00%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin,2013). Sedangkan distribusi Cakupan D/S dalam kegiatan Posyandu diwilayah kerja Puskesmas Sungai Tenang tahun 2013 terlihat bahwa desa Rantau Suli memiliki cakupan D/S tertinggi (80,48 %). Sedangkan cakupan D/S terendah adalah Desa baru (19,36 %) (Puskesmas Rantau Suli, 2014). Kunjungan ibu balita ke Posyandu erat kaitannya dengan perilaku kesehatan, perilaku kesehatan hakikatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan balitanya. Kesehatan seseorang dipengaruhi atau terbentuk dari beberapa faktor. Berdasarkan teori motivasi menurut herzberg di katakan bahwa motivasi sesorang di pengaruhi oleh dua faktor, faktor higiene terdiri dari faktor exstrinsik: dukungan sosial,supervisi tehnik,hubungan antar pribadi. faktor instrinsik : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan (Hasibuan, 2006). Berdasarkan buku laporan kegiatan posyandu balita di desa baru pada bulan Desember tahun 2013 dari 66 orang ibu yang mempunyai balita ada 34 orang ibu yang melakukan kegiatan posyandu, sedangkan pada bulan Januari 2014 dari 66 orang ibu yang mempunyai balita, ada 23 orang ibu balita yang melakukan kegiatan posyandu, ini berarti terjadi penurunan kunjungan ibu balita dalam memanfaatkan posyandu. Hal ini akan berdampak pada peningkatan angka kematian ibu dan bayi. Karena posyandu merupakan salah satu bentuk kesehatan bersumber daya manusia guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang pada akhirnya mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. METODE PENELITIAN Masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya angka kematian balita di Indonesia yakni 44/1000kelahiran hidup dibandingkan dengan target 2015 diharapkan 32/1000 kelahiran hidup(penelitian ini hanya fokus pada penimbangan balita, dikarenakan penimbangan balita cakupan yang paling rendah pada beberapa kegiatan posyandu), Penelitian ini di lakukan pada ibu yang mempunyai balita, kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. dimana populasi pada penelitian ini yaitu seluruh ibu yang mempunyai balita yang berada di Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin yang berjumlah 53 orang dan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh ibuibu yang mempunyai balita (53 orang). Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat, dan penelitiandilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014. 54

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Hubungan Pendidikan Ibu Balita Terhadap Penimbangan Balita di Posyandu di Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014 Pendidikan Penimbangan Balita Total p-value Tidak menimbang Menimban g n % n % N % 0,017 Rendah 28 68,3 13 31,7 41 100 Tinggi 3 25,0 9 75,0 12 100 Jumlah 31 58,5 22 41,5 53 100 Hubungan antara pendidikan ibu terhadap penimbangan balita di posyandu desa baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin tahun 2014 dengan Hasil uji statistik yang digunakan adalah metode Chi- Square diperoleh p-value = 0,017 (p<0,05). Hasil uji ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan penimbangan balita.hal ini sesuai dengan penelitian Imelda (2010) yang meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu yang mempunyai balita ke posyandu di puskesmas perumnas Kota Lubuk Linggau dengan hasil uji statistic didapatkan nilai p-value = 0,028 (p<0,05). Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembalajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalahmasalah), dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk dalam pemanfaatan posyandu. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan (Notoadmodjo, 2005). Tingkat pendidikan sangat erat hubungannya dengan derajat kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi kesadaran tentang hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan sehingga akan meningkatkan tuntutan hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan atau pengobatan, tingkat pendidikan yang tinggi dalam rumah tangga akan mempermudah sebuah keluarga dalam mengenali gejala awal dan mencegah suatu penyakit sehingga mereka akan merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya. Untuk meningkatkan penimbangan balita adalah dengan cara memberikan penyuluhan dan informasi mengenai pentingnya penimbangan balita melalui tenaga kesehatan baik di posyandu ataupun Puskesmas serta pelayanan kesehatan lainnya. Penyampaian informasi ini dapat disampaikan saat posyandu dilaksanakan atau pun saat ibu yang mempunyai balita berkunjung ke puskesmas dalam rangka mendapatkan pelayanan kesehatan 55

Tabel.2 Hubungan Pekerjaan Ibu Balita Terhadap Penimbangan Balita di Posyandu di Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014. Pekerjaan Penimbangan Balita Tidak Menimban menimban g g Total n % N % N % Bekerja 28 66,7 14 33,3 42 100 Tidak 3 27,3 8 72,7 11 100 Bekerja Jumlah 31 58,5 22 41,5 53 100 p-value 0,036 Hasil uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square diperoleh p-value 0,036 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian penimbangan balita antara ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ibu yang bekerja yang memiliki balita dalam melakukan penimbangan balita. Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehar-hari yang dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap pekerjaan apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku. Kemampuan kerja pada umumnya diukur dari keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relative mudah (Notoadmodjo, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aprinda (2007) yang mendapatkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan perilaku ibu untuk mendapatkan imunisasi campak pada anaknya. Ibu yang bekerja hanya (29,0%) yang melakukan imunisasi campak, sedangkan yang tidak bekerja (71,0%) yang melakukan imunisasi campak. Menurut peneliti rendahnya ibu yang melakukan penimbangan pada balita disebabkan karena ibu yang sibuk bekerja, karena sebagian besar ibu balita adalah bekerja sebagai petani dan ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, sedangkan posyandu dilaksanakan pada siang hari sementara ibu bekerja mulai dari pagi dan juga ada sebagian ibu yang menginap di ladang sehingga ibu tidak mengetahui jadwal posyandu dan juga ibu beralasan tidak sempat membawa anaknya ke posyandu dan juga faktor jarak tempuh ke posyandu yang jauh, sebagian ibu yang tidak bisa membawa kendaraan dan juga tidak memiliki kendaraan serta suami yang tidak sempat untuk mengantarkan ibu ke posyandu. 56

Tabel 3 Hubungan Dukungan Suami Terhadap Penimbangan Balita di Posyandudi Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014. Dukungan suami Penimbangan Balita Tidak Menimban Menimban g g Total n % n % N % p-value Kurang 26 68,4 12 31,6 38 100 0,043 baik Baik 5 33,3 10 66,7 15 100 Total 31 58,5 22 41,5 53 100 Hasil uji statistik yang digunakan adalah metode Chi-Square diperoleh p-value 0,043. Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara Dukungan suami terhadap penimbangan balita Dorongan keluarga/suami mempunyai pengaruh lebih baik untuk menginformasikan arti penting kunjungan ke Posyandu. Dengan adanya dorongan keluarga/ teman sebagai stimulus terhadap masyarakat sasaran untuk berperan aktif yang dilaksanakan di Posyandu, tempat masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan secara terpadu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Partisipasi masyarakat sasaran tidak sekedar memberikan sumbangan tenaga secara bergotong royong, tetapi dalam segala sesuatu yang ada dalam dirinya, meliputi tenaga,uang, material dan pikiran. Keempat komponen ini dapat dilibatkan dalam upaya meningkatkan kesehatan diri, keluarga ataupun masyarakat dan lingkungannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Firdaus (2008) bahwa diketahuinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku ibu untuk mendapatkan imunisasi campak. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa dari 27 responden yang mengatakan dukungan keluarga kurang baik hanya 25,9% yang berperilaku baik dalam pemberian imunisasi campak, sedangkan dari 24 responden yang mengatakan dukungan keluarga baik sebanyak 65,2% yang berperilaku baik dalam pemberian imunisasi campak. Menurut peneliti, dalam hal ini kita bisa memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga yang tidak saja terbatas dengan ibu balita, dengan ini diharapkan anggota keluarga dapat mengetahui tujuan pemanfaatan posyandu khususnya penimbangan balita sehingga secara adekuat memberikan akses dukungan penuh terhadap keputusan ibu dalam memberikan atau melakukan penimbangan pada balitanya secara rutin tiap bulannya. 57

Tabel 4 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Penimbangan Balita di Posyandudi Desa Baru Kecamatan Sungai Tenang Kabupaten Merangin Tahun 2014. Penimbangan Balita Peran petugas kesehatan Tidak Menimbang Menimbang Total n % n % N % KurangBaik 29 65,9 15 34,1 44 100 Baik 2 22,2 7 77,8 9 100 p-value 0.025 Jumlah 31 58,5 22 41,5 53 100 Hasil uji statistik yang digunakan adalah dengan metode Chi-Square diperoleh p-value 0,025 (p<0,05). Hasilini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan terhadap penimbangan balita. Peran petugas kesehatan yang propessional bisa menjadi faktor dalam memberikan penyuluhan kesehatan, yang dalam hal ini khusus pemanfaatan posyandu, peran petugas kesehatan berkaitan dengan nasehat kepada masyarakat, keberhasilan ibu dalam memanfaatkan posyandu tidak terlepas dari peran petugas kesehatan profesional dan melibatkan ibu atau masyarakat untuk merubah persepsi yang salah dalam bidang kesehatan khususnya dalam pemanfaatan posyandu (Taveras, 2004). Dengan banyak memberikan penjelasan dan penyuluhan yang bersifat langsung kepada ibu yang mempunyai balita tentang pentingnya pemanfaatan posyandu dan khusunya penimbangan balita akan secara langsung mampu merubah prilaku kesehatan ibu dan balitanya dan meningkatkan pengetahuan. Dari penggalian informasi dilapangan banyak para ibu yang menganggap sepele pentingnya penimbangan balita mereka. Padahal penimbangan balita sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian balita. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Fitriyani (2013) tentang hubungan peran petugas dalam ketepatan waktu pemberian imunisasi Campak di wilayah kerja Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari, didapatkan hasil peran petugas baik sebanyak (35%), sedangkan peran petugas yang kurang baik sebanyak (65%). Menurut peneliti rendahnya peran petugas kesehatan disebabkan karena tenaga kesehatan yang jarang berada ditempat dan juga kurang aktif dalam mempromosikan kegiatan tentang pemanfaatan posyandu, dan juga petugas kesehatan tidak pernah memberikan penyuluhan kepada ibu balita atau keluarga, serta tidak pernah melakukan kunjungan kerumah ibu balita untuk memberitahukan atau memberikan pelayanan penimbangan balita. SIMPULAN Tidak melakukan penimbangan (58,5%) Orang, dan sebagian kecil responden (41,5%) melakukan penimbangan balita.pendidikan masih rendah (77,4%), dan responden (22,6%) pendidikannya tinggi.bekerja 42 (79,2%), dan (20,8%) tidak bekerja (71,7%) dukungan suami yang kurang baik, dan (28,3) dukungan suami baik. (83,0%) peran petugas kesehatan yang kurang baik, (17,0%) peran petugas kesehatan baik. 58

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI 2011.Kebijakan dibidang kesehatan. Jakarta Dinkes Provinsi Jambi 2013. Profil kesehatan Provinsi Jambi Dinkes Kabupaten Merangin, 2013. Profil kesehatan Kabupaten Merangin 2013 Esliwidari D, dkk. 2008. Peran fungsi bidan. Rineka cipta. Jakarta Haluan, 2012. Indikator dan pengelolaan posyandu. Rineka cipta, Jakarta Hasibuan, 2006. Organisasi dan motivasi. PT. Bumi aksara. Jakarta Kemenkes RI. 2011. Pembangunan dibidang kesehatan. Jakarta Laporan Tahunan Puskesmas Rantau Suli 2014. Profil kesehatan wilayah kerja puskesmas rantau suli Notoadmodjo, 2005. Pengantar pendidikan dan ilmu perilaku kesehatan. Andi ofset Yogyakarta Notoadmodjo, 2007. Promosi kesehatan teory dan aplikasi. PT. Rineka cipta. Jakarta Notoadmodjo, 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. PT. Rineka cipta. Jakarta 59