Teknik Radiografi Sinus Paranasal

dokumen-dokumen yang mirip
4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

Samsun, Legia Prananto, Asep Awan Gunawan, Novita Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

MAKALAH TENTANG THORAX

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN SKRIPSI HEDIANA SIHOMBING NIM :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

CERVICAL SPINE TESIS

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

Kuantisasi dan analisis citra computed radiography pada pemeriksaan sinus paranasal pasien pediatrik dengan metode line profile

Rhinosinusitis. Bey Putra Binekas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K)

BUKU PETUNJUK REINFORCEMENT / SKILL'S LAB (BPRSL) BLOK 3 RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( RKG 1 )

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. yang mengenai teritori MCA yang dirawat di RSU Kariadi. akut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Oleh: Siti Rosidah, Intan Andriani, Asih Puji Utami Dosen Program Studi DIII Teknik Rontgen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORELASI VARIASI ANATOMI HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS BERDASARKAN GAMBARAN CT SCAN TERHADAP KEJADIAN RINOSINUSITIS KRONIK

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI BENTUK)

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE SKRIPSI BERTI MONO ADEVENTI GAJAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kompleksitas dari anatomi sinus paranasalis dan fungsinya menjadi topik

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

X-foto articulatio genu sinistra Tampak soft tissue swelling dengan gambaran osifikasi di articulatio genu bagian medial. Tampak reaksi periost

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (USRDS) menunjukkan prevalens rate penderita penyakit ginjal di Amerika

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

II.1.1 PESAWAT SINAR-X KONVENSIONAL. a. Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Patella merupakan tulang sesamoid terbesar yang ada di tubuh, menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal. Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien. Gawat Darurat di RSUD Tangerang

BUKU PANDUAN SKILL S LAB PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL 1

SEFALOMETRI. Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia FKG UGM

Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama, ST,MT

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

TINGKAT PENGGUNAAN CT-SCAN PADA PEMERIKSAAN FRAKTUR MAKSILLA DI RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan gejala dan tanda rinosinusitis kronik dengan gambaran CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay

INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN DERAJAT SUDUT DEVIASI SEPTUM NASI DENGAN CONCHA BULLOSA PNEUMATISASI INDEX PADA PASIEN YANG MENJALANI PEMERIKSAAN CT SCAN SINUS PARANASALIS

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

Gambaran Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun The Picture Of Chronic Rhinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in Year 2011.

Magnetic Resonance Image. By Arman

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL RADIOGRAFER DAN ANGKA KREDITNYA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI. Ghita Hadi Hollanda, drg

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Panduan Pengukuran Antropometri

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral

(Assessment of The Ear)

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. citra dilakukan analisis pada kontras. Kerangka konsep ditunjukkan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

Keakuratan pencitraan radiograf CT-Scan sebagai pengukur ketebalan tulang pada pemasangan implan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

Transkripsi:

Teknik Radiografi Sinus Paranasal Menurut Biglioli dan Chiapasco (2014) teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan untuk kasus sinusitis pada sinus maksilaris ada 2: 1. Proyeksi Parietoacantial (Water s Method) POSISI PASIEN : Pasien duduk menghadap bucky stand, kedua tangan berpegangan dibucky. POSISI OBJEK : kaset kaset MSP kepala harus perpendicular terhadap kaset; Aturlah kepala (ekstensikan) sehingga MML tegak lurus terhadap OML membentuk sudut 37 derajat terhadap kaset Dagu diletakkan pada kaset, dan accantion berada dipertengahan CENTRAL POINT : pada Parietooccipital menembus Accantion CENTRAL RAY : perpendicular kaset. dengan FFD 100 cm KRITERIA GAMBARAN : NOTE : Sinus Maxilaris dan Fossa Nasalis tampak Orbita dan sinus maxilaris simetris Jarak antara batas lateral tengkorak dan batas lateral orbita sama Petrous bagian inferior terproyeksi dibawah sinus maxilaris Tampak marker R/L Kolimasinya sesuai dengan objek yang diperiksa Jangan lupa memakai grid agar kontrasnya bagus Jangan lupa memberi marker Pemeriksaan dilakukan dengan cepat karena pasien akan merasa lelah Pasien tahan nafas saat eksposi

GAMBARAN RADIOGRAFI 2. Proyeksi Lateral POSISI PASIEN : Pasien duduk menghadap bucky stand, kedua tangan berpegangan dibucky Kemudian Oblique kan badan untuk kenyamanan pasien dan kepala pada posisi lateral menempel ke kaset POSISI OBJEK : MSP kepala harus sejajar terhadap kaset; Aturlah dagu supaya IOML sejajar dengan bidang film IPL tegak lurus bidang film CENTRAL POINT : 2,5 cm posterior outer chantus (letakkan dipertengahan film) CENTRAL RAY : perpendicular kaset. dengan FFD 100 cm KRITERIA GAMBARAN :

Tampak proyeksi Lateral dari sinus paranasal sella tursica tanpa rotasi marker harus tampak tergambarnya semua sinus terutama sinus sfenoid NOTE : Jangan lupa memakai grid agar kontrasnya bagus Jangan lupa memberi marker Pemeriksaan dilakukan dengan cepat karena pasien akan merasa lelah Pasien tahan nafas saat eksposi GAMBARAN RADIOGRAFI :

Teknik Pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal A. Pengertian Teknik pemeriksaan CT-Scan SPN merupakan pemeriksaan radiologi untuk mendapatkan gambaran irisan dari sinus paranasal baik secara aksial maupun coronal. CT-Scan SPN memberikan tampilan yang memuaskan atas sinus dan dapat menilai opasitas, penyebab, dan jenis kelainan dari sinus. CT-Scan SPN baik dalam memperlihatkan dekstruksi tulang dan mempunyai peranan penting dalam perencanaan terapi serta menilai respon terhadap radioterapi. Hal-hal tersebut merupakan kelebihan CT-Scan SPN dibandingkan dengan foto polos SPN biasa (Ariji dkk., 1996). B. Indikasi Pemeriksaan Sespect mass, lesi atau tumor Infeksi atau alergi o Udara dalam sinus digantikan oleh cairan/ mukosa yang menebal hebat atau kombinasi keduanya. Mukokel o Merupakan sinus yang mengalami obstruksi. CT-Scan SPN jelas memperlihatkan ukuran dan luas mukokel. Karsinoma sinus atau rongga hidung o CT-Scan SPN baik dalam menampakkan dekstruksi tulang akibat tumor, luas dan invasi tumor. C. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan SPN a. Persiapan Pasien Persiapan pasien untuk pemeriksaan CT-Scan SPN adalah sebagai berikut : 1. Semua benda metalik harus disingkirkan dari daerah yang diperiksa, termasuk anting, kalung, dan jepit rambut.

2. Pasien harus diinstruksikan agar mengosongkan vesika urinarianya sebelum pemeriksaan dilakukan, karena jika menggunakan media kontras intra vena menyebabkan vesika urinaria cepat terisi penuh sehingga pemeriksaan tidak akan terganggu oleh jeda waktu ke kamar kecil. 3. Jika menggunakan media kontras, alasan penggunaannya harus dijelaskan kepada pasien. 4. Komunikasikan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan sejelas-jelasnya (inform consern) agar pasien nyaman dan mengurangi pergerakan sehingga dihasilkan kualitas gambar yang baik. b. Persiapan Alat dan Bahan Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus mass misalnya, antara lain : 1. Pesawat CT-Scan 2. Alat-alat fiksasi kepala c. Teknik Pemeriksaan Pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus mass menggunakan dua jenis potongan, yaitu potongan axial dan potongan coronal. (Calhoun, 1991). 1. Potongan Axial Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan. Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke bawah dan kepala berada di atas headrest (bantalan kepala ). Posisi pasien diatur senyaman mungkin. b) Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry, mid sagital plane segaris tengah meja. Mid axial kepala tepat pada sumber terowongan gantry (Calhoun dkk., 1991).

2. Potongan Coronal Potongan coronal merupakan teknik khusus. Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja pemeriksaan dengan bahu diganjal bantal. Kepala digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dengan membidik menuju vertikal. Gantry sejajar dengan tulang-tulang wajah. Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dan diberi alat fiksasi agar tidak bergerak (McAlister, 1989). d. Scan Parameter Scanogram : cranium lateral Slice thickness o axial : 5 mm o coronal : 3 mm Anatomi Coverage o axial : 5 mm di bawah sinus maksilaris sampai sinus frontalis o coronal : 5 mm posterior sinus sphenoideus sampai sinus frontalis Standar algorithma

o o axial : algorithma tulang coronal : algorithma standar kv : 130 mas : 60 ( Kirmeier dkk., 2011) Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan sinus paranasal adalah sebagai berikut:

Biglioli, F., & Chiapasco, M. (2014). An easy access to retrieve dental implants displaced into the maxillary sinus: the bony window technique. Clinical oral implants research, 25(12), 1344-1351.t Kirmeier, R., Arnetzl, C., Robl, T., Payer, M., Lorenzoni, M., & Jakse, N. (2011). Reproducibility of volumetric measurements on maxillary sinuses. International journal of oral and maxillofacial surgery, 40(2), 195-199. Calhoun, K. H., Waggenspack, G. A., Simpson, C. B., Hokanson, J. A., & Bailey, B. J. (1991). CT evaluation of the paranasal sinuses in symptomatic and asymptomatic populations. Otolaryngology--Head and Neck Surgery, 104(4), 480-483. McAlister, W. H., Lusk, R., & Muntz, H. R. (1989). Comparison of plain radiographs and coronal CT scans in infants and children with recurrent sinusitis. American Journal of Roentgenology, 153(6), 1259-1264.