MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LIMPASAN LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE NAKAYASU, SCS, DAN ITB STUDI KASUS SUB DAS PROGO HULU

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan

ANALISIS LIMPASAN LANGSUNG DENGAN MODEL DISTRIBUSI DAN KOMPOSIT

SKRIPSI SUYANTI X. Oleh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

SURAT KETERANGAN PEMBIMBING

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

Tahun Penelitian 2005

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

DOSEN PENGAMPU : Ir. Nurhayati Aritonang, M.T. TS-A 2015 Kelompok 14

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ESTIMASI DEBIT PUNCAK BERDASARKAN BEBERAPA METODE PENENTUAN KOEFISIEN LIMPASAN DI SUB DAS KEDUNG GONG, KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan antara karakteristik hujan dan karakteristik daerah aliran sungai

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

HIDROLOGI TERAPAN. Bambang Triatmodjo. Beta Offset

PENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA)

Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN HIDROLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN DENGAN SOFTWARE HEC-HMS TUGAS AKHIR

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sampai 2013, kecuali tahun 2012 karena data tidak ditemukan. Jumlah ketersediaan

BAB IV ANALISA DATA. = reduced mean yang besarnya tergantung pada jumlah tahun pengamatan. = Standard deviation dari data pengamatan σ =

KAJIAN KARAKTERISTIK DAS (Studi Kasus DAS Tempe Sungai Bila Kota Makassar)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

Perbandingan Perhitungan Debit Banjir Rancangan Di Das Betara. Jurusan Survei dan Pemetaan, Fakultas Teknik, Universitas IGM 1.

PENGARUH HUJAN EKSTRIM DAN KONDISI DAS TERHADAP ALIRAN

UNIVERSITAS INDONESIA

Kajian Model Hidrograf Banjir Rencana Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... I HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PERSEMBAHAN... III PERNYATAAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

SKRIPSI. Oleh WINDU PRAPUTRA SETIA SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

ANALISIS POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF) DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN MENGGUNAKAN METODE SCS

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

PENGENDALIAN VOLUME LIMPASAN AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DENGAN KONSEP V = 0 DI DAS KALI KEDURUS HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

REKAYASA HIDROLOGI II

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS LESTI

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN EPA Storm Water Management Model (SWMM) di Sub DAS Kampar Kiri (Studi Kasus: Desa Lipat Kain, Kampar Kiri) ABSTRACT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perbandingan Peta Topografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

KALIBRASI PARAMETER TERHADAP DEBIT BANJIR DI SUB DAS SIAK BAGIAN HULU

PERUBAHAN KONDISI TATAGUNA LAHAN TERHADAP VOLUME SEDIMENTASI PADA EMBUNG BIMOKU DI LASIANA KOTA KUPANG. Wilhelmus Bunganaen *)

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

TRANSFORMASI HUJAN HARIAN KE HUJAN JAM-JAMAN MENGGUNAKAN METODE MONONOBE DAN PENGALIHRAGAMAN HUJAN ALIRAN (Studi Kasus di DAS Tirtomoyo)

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

Bab V Analisa dan Diskusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai yang terletak

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT BANJIR PADA DAS BATANG ARAU PADANG

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO DI DESA LINDANGAN, KEC.TOMPASO BARU, KAB. MINAHASA SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian terletak di Bandar Lampung dengan objek penelitian DAS Way

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

METODOLOGI PENELITIAN

3.4.1 Analisis Data Debit Aliran Analisis Lengkung Aliran Analisis Hidrograf Aliran Analisis Aliran Langsung

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

STUDY OF RAINFALL AND FLOOD DISCHARGE MODEL FOR MANAGEMENT OF WATER RESOURCES (Case Studies in Bedadung Watershed Jember)

III. FENOMENA ALIRAN SUNGAI

Transkripsi:

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI Puji Harsanto 1, Jaza ul Ikhsan 2, Barep Alamsyah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta * Email: puji_hr@umy.ac.id Abstrak Ketersediaan data hidrograf banjir pada suatu sungai sampai saat ini masih menjadi permasalahan dalam bidang keairan. Sungai Progo merupakan sungai terbesar di DIY. Data hidrograf banjir yang ada di sungai ini juga terbatas dibanding dengan data hujan yang ada di DAS dan sekitarnya. Pentingnya data hidrograf dalam pengelolaan sumber daya air sungai, maka perlu membuat suatu model transformasi hujan menjadi debit sungai. Dalam penelitian ini diaplikasikan metode hujan limpasan SCS CN yang dimodifikasi. Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan untuk membangkitkan hidrograf banjir jam-jaman pada suatu sungai yang tidak terdapat pengukuran debitnya. Hasil dari penelitian ini metode SCS CN dapat diaplikasikan di Indonesia dengan nilai koefisien abstraksi sebesar 0.13. Hasil penelitian menunjukan kebenaran model dengan data pengukuran adalah 0.87. Kata kunci: DAS Progo, hidrograf, hujan jam-jaman,curve number, metode NRCS-CN 1. PENDAHULUAN Permasalahan mengenai ketersediaan data debit aliran sungai merupakan masalah yang sering ditemui dalam analisis hidrologi. Menurut Smadi (1998) perancangan berbagai macam bangunan air seperti bendungan, tanggul, dan gorong-gorong membutuhkan dua parameter dari data hidrograf yaitu debit puncak dan waktu puncak hidrograf. Jika data curah hujan lebih lengkap dibandingkan dengan data debit aliran sungai, maka data debit aliran sungai tiruan dapat dihasilkan menggunakan sebuah model hubungan antara curah hujan dengan limpasan langsung dari data curah hujan yang tersedia. Salah satu metode dalam mengubah data curah hujan menjadi debit limpasan langsung melalui sistem DAS adalah metode Natural Resources Conservation Service-Curve Number (NRCS-CN) (Smadi, 1998). Curve number (CN) adalah sebuah indek yang berbasis parameter kondisi suatu DAS (SCS, 1972). Penelitian ini memberikan hasil analisis limpasan langsung pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo Hulu menggunakan metode NRCS-CN. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengkaji model hidrologi NRCS-CN dalam memberikan hasil debit limpasan langsung di DAS Progo Hulu dan mengkaji metode Kirpich dalam menghasilkan nilai Time of Concentration (Tc) jika diterapkan di DAS Progo Hulu. 2. METODOLOGI 2.1 Pengumpulan Data Debit dan Hujan Penelitian ini meninjau lokasi DAS Progo Hulu yang merupakan sub-das Progo dengan lokasi stasiun Automatic Water Level Recorder (AWLR) di Stasiun AWLR Borobudur dengan menggunakan data pada bulan Januari 2012 yang meliputi data hujan harian, data debit harian, data muka air harian, dan data tataguna lahan. DAS Progo Hulu dibatasi melalui igir-igir yang mengelilingi Sungai Progo dimulai dari Stasiun AWLR Borobudur hingga garis batas DAS Progo Hulu terhubung dengan garis batas DAS Progo. Ruas sungai yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah ruas Sungai Progo sepanjang ± 68 km dari hulu dengan hilir sungai berada di daerah Stasiun AWLR Borobudur. Peta lokasi DAS Progo Hulu dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1. Data curah hujan diperoleh dari Kementrian Pekerjaan Umum-Balai Besar Wilayah Sungai (KPU-BBWS) Serayu-Opak. Gambar 2 menunjukkan peta sebaran lokasi stasiun pengukuran hujan di lokasi penelitian yang berpengaruh di DAS Progo Hulu dan memiliki kelengkapan data curah hujan di DAS Progo Hulu pada bulan Januari 2012. Penelitian ini menggunakan data pengukuran debit aliran sungai di AWLR Borobudur yang diperoleh dari Kementrian Pekerjaan Umum-Balai Besar Wilayah Sungai (KPU-BBWS) Serayu-Opak. Lokasi Stasiun AWLR Borobudur ini sebagai

ujung hilir DAS Progo Hulu atau outlet di DAS Progo Hulu. Data debit aliran sungai yang digunakan adalah data debit aliran sungai yang tercatat pada tanggal 8 Januari 2012 di stasiun AWLR Borobudur. Hidrograf debit aliran sungai jam-jaman di Stasiun AWLR Borobudur pada tanggal 8 Januari 2012 ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 1. Peta lokasi penelitian di DAS Progo Hulu (Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak) Gambar 2. Peta sebaran lokasi stasiun pengukuran hujan di DAS Progo Hulu S-67

Gambar 3. Hidrograf debit aliran sungai jam-jaman di Stasiun AWLR Borobudur pada tanggal 8 Januari 2012 (Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak) 2.2 Hujan Kawasan DAS Progo Hulu Analisis hidrologi pada penelitian ini mengubah hujan titik menjadi hujan kawasan menggunakan Thiessen Polygon Method. Grafik kedalaman hujan kawasan di DAS Progo Hulu pada bulan Januari tahun 2012 ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik kedalaman hujan kawasan di DAS Progo Hulu pada bulan Januari tahun 2012 2.3 Time of Concentration (Tc) Time of Concentration (Tc) adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik terjauh di dalam DAS sampai titik yang ditinjau (Triatmodjo, 2014). Nilai Tc pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan persamaan Tc metode Kirpich. Data masukan yang digunakan dalam persamaan Tc metode Kirpich adalah panjang sungai dan kemiringan sungai dengan persamaan sebagai berikut :

0,06628 L0,77 Tc = S 0,385 (1) dengan : Tc = Time of Concentration (jam) L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau (km) S = Kemiringan lahan antara elevasi maksimum dan minimum (Sumber : Triatmodjo, 2014) 2.4 IDF (Intensitas Durasi Frekuensi) Analisis Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dilakukan untuk memperkirakan debit aliran puncak berdasarkan data hujan titik (satu stasiun pencatat hujan) (Triatmodjo, 2014). Grafik IDF (Intensitas Durasi Frekuensi) pada penelitian ini menggunakan metode Mononobe. Data yang digunakan adalah data hujan kawasan dengan durasi jam-jaman selama 24 jam, maka diperoleh grafik IDF selama durasi 24 jam dengan persamaan sebagai berikut : I t = R 2 24 24 24 t 3 dengan : I t = Intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam) R 24 = Curah hujan maksimum selama 24 jam (mm) t = Lamanya curah hujan (jam) (Sumber : Triatmodjo, 2014) (2) Kurva IDF metode Mononobe selama durasi waktu 24 jam di DAS Progo Hulu pada tanggal 8 Januari 2012 ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Kurva IDF metode Mononobe selama durasi waktu 24 jam di DAS Progo hulu pada tanggal 8 Januari 2012 2.5 Aliran Dasar Sungai Progo di DAS Progo Hulu Proses pemisahan hidrograf debit aliran dasar dari hidrograf debit aliran sungai jam-jaman pengukuran AWLR menggunakan pendekatan grafik (graphical approach) yakni membuat garis pemisah dengan titik awal dari garis pemisah merupakan titik debit terendah pada awal grafik debit mulai meningkat, sedangkan titik akhir dari garis pemisah merupakan titik dimana grafik sisi turun mulai berubah atau berbelok. Hidrograf debit aliran dasar (baseflow) jam-jaman pada tanggal 8 Januari 2012 ditunjukkan pada Gambar 6. S-67

Gambar 6. Hidrograf debit aliran dasar (baseflow) jam-jaman pada tanggal 8 Januari 2012 2.6 Penentuan Nilai CN DAS Progo Hulu Proses penentuan nilai CN dilakukan dengan menggunakan peta tataguna lahan dan peta DAS Progo Hulu sebagai data masukan. Analysis Tools Clip pada software ArcMap V.10 digunakan dalam proses membuat irisan dari peta tataguna lahan dan peta DAS Progo Hulu. Data tekstur tanah untuk seluruh wilayah di DAS Progo Hulu dikelompokkan dalam satu jenis tanah yaitu kelompok B dalam Hydrologic Soil Groups, maka luasan dan nilai CN di DAS Progo Hulu identik dengan tataguna lahan saja. Hasil nilai Curve Number simulasi di DAS Progo Hulu pada tanggal 8 Januari 2012 ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Curve Number simulasi di DAS Progo Hulu pada tanggal 8 Januari 2012 No Tataguna Lahan Luas (m 2 ) Persentase (%) Faktor Pembobot CN-II CN-III CN-III Komposit 1 SAWAH TADAH HUJAN 339557214.1 22.614 0.2261 73.0 86.1 19.48 2 PEMUKIMAN 230624947.5 15.360 0.1536 85.0 92.9 14.27 3 KEBUN 433467591.8 28.869 0.2887 65.0 81.0 23.39 4 SAWAH 228748200.5 15.235 0.1523 73.0 86.1 13.12 5 TANAH LADANG 174159647.4 11.599 0.1160 86.0 93.4 10.83 6 AIR TAWAR 6419061.9 0.428 0.0043 100.0 100.0 0.43 7 RUMPUT 20984197.9 1.398 0.0140 69.0 83.7 1.17 8 BELUKAR 61963495.5 4.127 0.0413 72.0 85.5 3.53 9 GEDUNG 857211.6 0.057 0.0006 92.0 96.4 0.06 10 TANAH BERBATU 455296.9 0.030 0.0003 77.0 88.5 0.03 11 HUTAN 4265215.1 0.284 0.0028 60.0 77.5 0.22 Jumlah 1501502080.2 100.0 1.0 86.52 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini merupakan simulasi limpasan langsung dengan model komposit metode NRCS-CN di DAS Progo Hulu. Debit puncak limpasan langsung metode NRCS-CN yang diperoleh dari simulasi adalah sebesar 174,09 m 3 /s dengan nilai Tc adalah 9 jam, sedangkan debit puncak limpasan langsung hasil pengamatan AWLR adalah sebesar 158,3 m 3 /s dengan nilai Tc adalah 5 jam. Hidrograf limpasan langsung analisis metode NRCS-CN dan hidrograf limpasan langsung pengamatan AWLR ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Hidrograf limpasan langsung analisis NRCS-CN dan hidrograf limpasan langsung pengamatan AWLR Penyimpangan yang cukup besar antara kedua hidrograf ini dapat dipahami karena memang metode Kirpich mengandung beberapa koefisien empirik yang dikembangkan di daerah yang kurang sesuai dengan keadaan di DAS Progo Hulu terutama di Indonesia. Harto (1993) melakukan pengujian hidrograf satuan sintetik metode Snyder pada beberapa sungai di Pulau Jawa, ternyata bahwa persamaan-persamaan Snyder menunjukkan penyimpangan yang besar. Penyimpangan hidrograf terjadi karena metode Snyder mengandung beberapa koefisien empirik yang dikembangkan di daerah Appalachian di Amerika yang kurang sesuai dengan keadaan di Indonesia. Proses kalibrasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil hidrograf analisis yang mendekati dengan hidrograf pengamatan AWLR. Kalibrasi dilakukan terhadap nilai λ dan nilai Tc. Hasil kalibrasi data menghasilkan nilai λ adalah sebesar 0,1403 dan nilai Tc disesuaikan dengan nilai Tc dari hidrograf limpasan langsung pengamatan AWLR yakni sebesar 5 jam dan menghasilkan kedalaman hujan, P adalah sebesar 1,84 mm yang diperoleh dari grafik IDF metode Mononobe. Hasil perbandingan hidrograf limpasan langsung metode NRCS-CN kalibrasi dan hidrograf limpasan langsung pengamatan AWLR ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Hasil hidrograf limpasan langsung metode NRCS-CN kalibrasi dan hidrograf limpasan langsung pengamatan AWLR S-67

Kedekatan hasil simulasi limpasan langsung metode NRCS-CN kalibrasi dan limpasan langsung pengamatan AWLR dapat dilihat dari ploting data hasil simulasi limpasan langsung metode NRCS-CN kalibrasi dan limpasan langsung pengamatan AWLR seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Melihat grafik coefficient of determination (R 2 ) dimana plot data antara data debit limpasan langsung metode NRCS-CN kalibrasi dan debit limpasan langsung pengamatan AWLR sebagian besar mendekati garis linier trendline. Hasil simulasi menghasilkan nilai R 2 yang mendekati angka 1 yaitu sebesar 0,8757. Hasil dari nilai coefficient of determination (R 2 ) menunjukkan bahwa model hidrologi metode NRCS-CN menghasilkan data keluaran yang mendekati data pengamatan AWLR dan dapat diterapkan di DAS Progo Hulu. Gambar 9. Coefficient of determination simulasi dan pengamatan pada tanggal 8 Januari 2012 4. KESIMPULAN Hasil penelitian analisis limpasan langsung dengan model komposit menggunakan metode Natural Resources Conservation Service-Curve Number (NRCS-CN) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo Hulu, memperoleh beberapa kesimpulan, antara lain : Model hidrologi hasil analisis NRCS-CN memberikan hasil yang mendekati dengan debit limpasan langsung pengamatan Automatic Water Level Recorder (AWLR), hal ini dapat dilihat dari nilai coefficient of determination (R 2 ) yaitu sebesar 0,8757. Hasil simulasi menghasilkan nilai R 2 mendekati angka 1 yang berarti bahwa model hidrologi metode NRCS- CN menghasilkan data debit limpasan langsung yang mendekati hasil data pengamatan AWLR dan metode NRCS-CN dapat diterapkan di DAS Progo hulu. Metode Kirpich tidak sesuai jika diterapkan di DAS Progo hulu, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai Tc dengan menggunakan metode Kirpich adalah 9 jam, hasil ini menyimpang dari nilai Tc dari pengamatan di Stasiun AWLR Borobudur yakni sebesar 5 jam. Penyimpangan ini diakibatkan oleh beberapa koefisien empirik dalam metode Kirpich dikembangkan di daerah yang kurang sesuai dengan keadaan di DAS Progo hulu. DAFTAR PUSTAKA Harto, Br.S. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Smadi, M. (1998). Incorporating Spatial and Temporal Variation of Watershed Response in a Gis- Based Hydrologic Model. Tesis. Master of Science In Biological Systems Engineering Virginia Polytechnic Institute and State University, Blacksburg, VA Triatmodjo, B. (2014). Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset USDA Soil Conservation Service. (1972). National Engineering Handbook Section 4 : Hydrology. U.S.A.