LAPORAN PENGUJIAN KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENGUKURAN KAYU

Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU BUNDAR JATI

Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi

BAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU

Kayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji

Kayu bundar daun jarum Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 14 /VI-BIKPHH/2009 Tanggal : 10 November 2009

KAYU GERGAJIAN RIMBA

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji

Kayu gergajian jenis jati Cara uji

Kayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

Kayu gergajian jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu gergajian daun lebar Bagian 2: Cara uji

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA

ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU GERGAJIAN JATI

Kayu lapis Istilah dan definisi

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: aktivitas moving dan waiting.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

BAB III METODE PENELITIAN

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)

STUDI RENDEMEN BAHAN BAKU LOG PADA IU-IPHHK RUSMANDIANSNYAH DI KECAMATAN DAMAI KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

Bab Vlll PENGUKURAN VOLUME DAN PENETAPAN KUALITAS KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

PENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

TEKNIK MENGHITUNG CEPAT VOLUME PARTAI KAYU BUNDAR ABSTRACT

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VII. VOLUME DAN SORTIMEN. A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

BAB III BAHAN DAN METODE

VENIR JATI BASAH DAN KAYU LAPIS INDAH JATI

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

M E M U T U S K A N :

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

PENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON. Oleh: INDRA NIM:

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

KAYU LAMINASI DAN PAPAN SAMBUNG

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

.:::: Powered By Ludarubma ::::. G A H A R U

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

Kayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

Kekuatan Kayu. Revandy Iskandar M. Damanik. Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

KEBIJAKAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN (PIK) By. Hanik Rustiningsih

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PE ELITIA

POLA PEMBELAHAN JATI RAKYAT DAN SIFAT FISIK SERTA MEKANIK KAYU GERGAJIANNYA

Abstract. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri

PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.

8 penghasil gaharu yang terkena infeksi penyakit hingga ke bagian tengah batang (Siran dan Turjaman 2010). Namun sering indikator ini tidak tepat dala

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

Transkripsi:

LAPORAN PENGUJIAN KAYU KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN 5. KOSMAS DAMIANUS TAO PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya penghasil kayu adalah hutan. Kayu merupakan bahan baku yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya untuk bahan bangunan (rumah), parabot rumah tangga, tiang pagar, alat musik, kertas, kayu bakar, bantalan rel kereta dan tiang listrik. Dalam kehidupan kita sehari- hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Di era perdagangan global saat ini tuntutan terhadap mutu produk kayu olahan semakin tinggi. Tuntutan tersebut bentuknya bahkan tidak lagi memerlukan pembuktian yang hanya didasarkan pada bentuk fisik barang, melainkan juga berdasarkan dokumen resmi yang menyertainya. Dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan, agar dapat diakui, harus dikeluarkan oleh laboratorium penguji yang terakreditasi. Di sinilah keberadaan laboratorium penguji terakreditasi menjadi semakin penting peranannya, karena laboratorium tersebutlah yang memiliki core competency untuk memberikan pengakuan atas mutu suatu barang berdasarkan uji yang dilakukannya. 1.2. Tujuan Bisa dapat mengetahui kualitas kayu dari dari hasil pengujian kayu yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengujian Pengujian merupakan evaluasi dan kajian teknis produk rekayasa genetik yang meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati di laboratorium, fasilitas uji terbatas dan/atau lapangan uji terbatas (Badan Standarisasi Nasional, 2001). Pengujian hasil hutan didefinisikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, ukuran, isi (volume) dan mutu (kualitas) hasil hutan. Pengujian kayu adalah suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu kayu (Badan Standarisasi Nasional, 2003). Pengukuran dan pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional (2001) diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan hasil hutan yang meliputi penetapan jenis, penetapan ukuran (volume/berat) dan penetapan kualitas hasil hutan. Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang (hasil) tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan (Assauri, 1980). Kualitas menurut Badan Standarisasi Nasional (1994) diartikan sebagai kemampuan bahan/barang (hasil) untuk tujuan tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. 2.2 Prinsip pengujian Pada prinsip pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional (2003) diartikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu kayu. Penetapan ukuran kayu bundar jati menurut SNI 01-5007.17-2001, tentang Pengukuran dan tabel isi kayu Yaitu : 1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm (centi meter) dengan kelipatan 3 (tiga) cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk sortimen AIII. 2. Satuan untuk panjang adalah meter (m) dengan kelipatan 10 cm penuh untuk panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk panjang lebih dari 10,00 meter.

3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik (m 3 ), dengan penulisan 3 (tiga) angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka dibelakang koma untuk sortimen AIII. 4. Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang (hasil) tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan (Assauri, 1980). Prinsip pengujian menurut Standar Nasional Indonesia, kayu yang akan diuji harus : 1. Dapat dibolak-balik sehingga semua permukaan kayu dapat dilihat secara keseluruhan 2. Diuji pada siang hari (di tempat terang) sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu 3. Pengambilan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi Sebelum pengujian sebaiknya bebas dari kulit kayu (kliko) sehingga tanda yang akan dituliskan pada batang tidak hilang. Karena, tanda tersebut memiliki fungsi informatif, control, dan administratif. 1. Dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap pohon yang roboh tersebut, memeriksa kelurusan batang, cacat yang ada serta kepecahan, baik dari atas maupun dari samping batang. 2. Dilakukan penandaan pembagian batang (dengan tir) pada bagian-bagian yang akan dipotong, dengan tiga garis tir antara lain satu garis panjang untuk tempat potong, 2 garis kecil sebagai penanda yang berfungsi untuk kontrol. 3. Pembagian dilakukan dari pangkal, sedangkan pemotongan dilakukan dari ujung. 4. Disamping tanda pembagian, diberikan juga tanda pada batang-batang yang perlu dikepras (benjolan-benjolan dan cacat). 5. Semua batang harus dilakukan pembagian sampai pada cabang-cabang kecil (Ø 10 sentimeter panjang 1 meter) untuk kayu perkakas dan kemudian kayu bakar. 2.3 Cacat Kayu Bearly (2001) membagi cacat kayu kedalam dua bagian, yakni pertama cacat yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan sepanjang pohon itu hidup antara lain penyimpangan bentuk pohon, serat terpilin, kayu reaksi (kayu tekan dan kayu tarik), pertumbuhan lingkar tahun yang abnormal, warna yang abnormal dan lain-lain. Kelompok cacat kedua adalah cacat yang disebabkan oleh pertumbuhan alami seperti mata kayu dan empelur.

Karlinasari (2006), menyatakan bahwa penyimpangan atau abnormalitas dari struktur normal dalam kayu tidak diperhatikan apabila kayu d ianggap sebagai bagian dari organisme hidup dan sebagai subjek yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sepanjang hidupnya. Namun ketika kayu dilihat dari sudut pandang sebagai bahan baku maka abnormalitas dalam struktur kayu sangat diperhatikan karena dapat menurunkan nilai fungsinya. Abnormalitas tersebut biasa dikenal dengan sebutan cacat kayu. Karlinasari (2006), menyatakan bahwa cacat kayu (defect) adalah penyimpangan atau kelainan pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu kayu. Berdasarkan penyebabnya cacat kayu dapat dibagi menjadi : 1. Cacat alami (natural defects), karena lingkungan dan serangan makhluk biologis. Contohnya mata kayu (knots), kantung damar (pitch poket), saluran damar (resin streaks), cacat mineral, kayu reaksi, dan fungi. 2. Selain penyebab alami / akibat pengolahan. Contohnya adalah twist, cupping, bowing, wane, compression failure, cross breaks, dan cross grain. Berdasarkan kategorinya cacat terbagi atas : 1. Cacat bentuk yaitu penyimpangan atau kelainan dalam pada kayu terhadap bentuknya yang normal. Contohnya membusur (bowing), melengkung (crooking / spring), melintang (twisting) dan lain-lain. 2. Cacat badan yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada keempat sisi kayu dan bukan merupakan cacat bentuk. Contonya adalah mata kayu (knots), retak (checks), pecah (shakes), dan lubang serangga. 3. Cacat bontos yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada bagian bontos kayu dan bukan merupakan cacat bentuk dan cacat badan. Contohnya adalah hati kayu. Persyaratan cacat adalah cara persyaratan mutu berdasarkan kepada jenis, jumlah, dan atau besarnya cacat maksimal yang diperkenankan, dengan memperhatikan lokasi dan hubungannya dengan cacat-cacat lain. Beberapa deinisi cacat yang sesuai acuan normatif Standar Nasional Indonesia (SNI 01-5007.1-2003), antara lain : 1) Alur adalah suatu lekukan pada permukaan batang kayu 2) Buncak-buncak (Bc) adalah cacat kayu berupa benjolan atau bukan benjolan 3 titik pada badan kayu bundar tetapi tidak berupa mata kayu yang mempengaruhi permukaan.

3) Gabeng (Gg) merupakan keadaan kayu yang menyerupai rapuh yang dapat dilihat pada bontos kayu. 4) Gerowong (Gr) merpakan lubang besar pada bontos kearah panjang kayu, baik tembus maupun tidak tembus tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan. 5) Gubal (Gu) adalah bagian dari kayu yang terdapat diantara kulit dan kayu teras, pada umumnya berwarna lebih terang dari kayu terasnya serta kurang awet. 6) Kebundaran adalah bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan diameter terkecil dengan diameter terbesar pada setiap bontosnya dalam persen. 7) Kesilindrisan merupakan bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan selisih dp dan du dengan panjang kayu dalam persen. 8) Kunus adalah cacat pada bontos kayu berupa cabang akibat dari kesalahan teknis menebang. 9) Lengar (Lr) adalah merupakan lekukan pada batang kayu yang umumnya disebabkan oleh kebakaran atau sebab lainnya 10) Mata kayu (Mk) adalah bekas cabang atau ranting pada permukaan kayu dengan penampang lintang berbentuk bulat atau lonjong. 11) Pakah adalah bontos kayu dipotong pada pertemuan antara 2 (dua) cabang ditandai dengan adanya 2 (dua) hati dan terpisahnya lingkaran tumbuh. 12) Pecah belah (Pe/be) adalah terpisahnya serat kayu melebar sehingga merupakan celah dengan lebar 2 mm atau lebih dan menembus teras. 13) Pecah banting (Pebt) adalah pecah yang tidak beraturan terjadi pada waktu penebangan. 14) Pecah busur (Pb) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur lingkaran setengah lingkaran. 15) Pecah gelang (Pg) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur lingkaran > setengah lingkaran. 16) Pecah hati adalah terpisahnya serat dimulai dari hati memotong terhadap lingkaran tumbuh. 17) Pecah lepas adalah akibat bagian dari badan kayu yang hilang / lepas ke arah ke arah memanjang. 18) Pecah slemper adalah pecah sejajar pada bontos yang tidak menembus badan kearah memanjang, tetapi sebagian kayunya masih menyatu.

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum dilaksanakan pada : Hari / Tanggal : Kamis, 2 Juli 2015 Pukul : 10.00-12.00 WITA Tempat : Laboratorium Perencanaan Hutan. Manajemen Sumber Daya Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Kupang 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat o Mistar o Roll Meter / pita meter o Alat tulis menulis 3.2.2 Bahan o Kayu Merah 3.3. Prosedur Kerja a) Mendengarkan arahan dan penjelasan dari dosen mata kuliah b) Membuat regu kerja / kelompok c) Menyiapkan alat dan bahan praktikum d) Melakukan pengujian kayu pada kayu yang ada e) Membuat laporan sementara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kayu Merah (Shorea acuminata) a) Alur = 1.3 + 0.4 17.75 = 9.58% 100% 100% b) Silindris = 16.85 17.75 100% ( ) ( ) = 94.93% Si 100% c) Inger inger Menghitung jumlah lubang setiap 1 meter Diketahui Panjang kayu 2.4 meter 1 meter pertama 16 lubang 1 meter kedua 10 lubang 0.4 meter 4 lubang d) Pecah hati h = 16.2 17.75 100% = 91.26% 100%

4.2. Pembahasan Pada praktikum kali ini mengenai pengujian kayu yaitu salah satu kegiatannya adalah mengidentifikasi kayu yang telah ditebang apakah batang kayu tersebut mengalami cacat atau tidak. Maksud dari pengujian kayu ini untuk dapat mengetahui kualitas kayu, karena diketahui bahwa pada industri kayu yang memproduksi suatu barang, syarat bahan baku yang harus didapatkan oleh industri kayu adalah yang sehat atau presentasi cacatnya kecil. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan pada batang kayu merah (Shorea acuminata) ditemui terdapat 4 cacat yaitu alur, kesilindrisan, inger-inger dan pecah hati. Untuk alur nilai presentasinya 9.58%, kesilindrisan nilainya 94.93 % dan termasuk dalam kristeria silindris (Si), untuk inger inger atau lubang kayu yang diakibatkan oleh serangga kayu, dari hasil hitungan yang dilakukan, jumlah lubang yang ada pada kayu dengan panjang 2.4 meter yaitu ditemui 30 lubang, untuk pecah hati hanya terdapat satu pecahan yang melewati hati kayu sehingga nilai presentasi yang didapatkan adalah 91.26%. Dari hasil identifikasi, kayu merah termasuk kategori kayu yang sehat karena nilai cacat yang didapatkan kecil. Kayu pada umumnya sebelum di produksi dan dipasarkan, terlebih dahulu akan diuji untuk mendapatkan nilai kualitas pada kayu tersebut. Pada pengujian konsep produk kayu yaitu perusahaan akan memperoleh produk atau merek yang mempunyai masa dan yang baik, produk atau konsep produk dapat disajikan baik secara simbolik maupun secara fisik. Dengan pengujian produk kayu perusahaan akan dapat memperkaya konsep produk dan memilih jenis bahan baku kayu yang terbaik.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada pengujian kayu merah (Shorea acuminata) ditemui ada 4 cacat yaitu alur, kesilindrisan, inger-inger dan pecah hati. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan kayu merah termasuk kategori kayu yang sehat karena nilai cacat yang didapatkan kecil. Kayu pada sebelum di produksi dan dipasarkan, terlebih dahulu akan diuji untuk mendapatkan nilai kualitas pada kayu.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1970 Peraturan Pengukuran Dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. (The Regulation of Measurement and Volume Tables of Indonesia Non Teak Round Wood). The Decree of Directorate General of forestry no. 224/A-2/DD/1970. Jakarta Departemen Kehutanan, 2004. Keputusan Direktur Jendral Bina Produksi Kehutanan Nomor SK>68/VI-BPPHH/2004 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia https://www.google.co.id/search?q=maksud+dari+melakukan+pengujian&html. Diakses 5 july 2015 http: // hutdopi08. blogspot. com / 2012 / 08 / pengukuran dan pengujian kayu - olahan.html. Diakses 5 july 2015 https: // www. google. com / search?q = model + pengujian + kayu + log &ie = utf -8&oe = utf 8 # q tujuan + melakukan + pengjian + kayu + untuk + industri. Diakses 5 july 2015