BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah China, India, USA, dengan laju pertumbuhan (LPP) 1,49%. Indonesia termasuk negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk tinggi, maka setiap tahun penduduk Indonesia bertambah sekitar 3-4 juta jiwa (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam 08.00 WIB). Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang besar, dengan jumlah penduduk mencapai 259.940.857 jiwa terhitung 31 Desember 2010. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, Indonesia ikut menyumbang angka yang besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk dunia yang tinggi bisa menimbulkan banyak masalah negatif jika tidak diantisipasi (Kompas, 2015). Jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan hasil sensus penduduk 1990 sebesar 10.252.021 jiwa, sensus penduduk 2000 sebesar 11.506.808 jiwa dan berdasarkan sensus penduduk 2010 meningkat menjadi 12.982.204 jiwa. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk periode 1900-2000 adalah 2,06% setiap tahun dan periode 2000-2010 adalah 1,1% setiap tahunnya. Keadaan ini menempatkan Sumatera Utara merupakan provinsi ke-empat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. 1

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per satuan untuk wilayah. Kepadatan penduduk Sumatera Utara menurut sensus penduduk 2010 bahwa jumlah penduduk terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Tahun 2000, kepadatan penduduk Sumatera Utara sebesar 161 jiwa per Km. Selanjutnya, berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, kepadatan penduduk Sumatera Utara naik menjadi 181 jiwa per Km (Sensus penduduk, 2010). Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan, penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga bagi suatu negara dengan produktifitas yang tinggi. Namun sebaliknya penduduk yang besar namun tidak berkualitas hanya akan menjadi beban negara, karena produktifitas ditentukan oleh pendidikan, status kesehatan dan penghasilan. Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi, proporsi penduduk muda tinggi dan meningkatnya pemenuhan hak hak dasar. Penambahan jumlah penduduk di Indonesia pada beberapa dekade ini terjadi peningkatan. Masalah tingginya jumlah penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Untuk menanggulangi masalah ini, Indonesia mencanangkan program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas, dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan (BKKBN, 2014). 2

Program Keluarga Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk. Keluarga Berencana menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 adalah upaya peningkatan kependudukan dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita melalui status fekunditasnya (kemampuan melahirkan). Melalui pemakaian alat kontrasespsi wanita dapat mengatur panjang pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan. Pembicaraan mengenai pembatasan kelahiran dengan menggunakan cara-cara kontrasepsi bagi penduduk, rupa-rupanya tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki, sikap yang dimiliki, dan praktek keluarga berecana (BKKBN, 2014). Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin di Provinsi Sumatera Utara adalah 56 % untuk semua cara dan 43% untuk kontrasepsi modern. Diantara cara KB modern, cara KB suntik adalah yang paling umum dipakai baik oleh wanita pernah kawin maupun wanita berstatus kawin (masing-masing 12 % dan 18 %). Pemakaian kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara tentunya jauh di bawah angka nasional yakni sebesar 62 %. Kontribusi pemakaian alat/obat kontrasepsi terhadap penurunan fertilitas sangat dipengaruhi pula oleh jumlah PUS menurut usia dan jumlah anak 3

Pasangan Usia Subur (PUS) usia muda dengan jumlah anak sedikit atau disebut dengan Pus Muda Paritas Rendah (Puspuren) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan angka kelahiran saat ini dibandingkan dengan peserta KB dari Pus Usia Tua Paritas Tinggi atau disebut dengan Pustupati. Data menunjukkan bahwa peserta KB di Sumatera Utara masih didominasi oleh Pus Tua Paritas Tinggi yaitu (55,65 %) sedangkan peserta KB dari Pusmuparen sebesar 44,35 % (BPS Sumatera Utara). Pemakaian alat/cara KB menurut Daerah Sumatera Utara, ditemukan bahwa daerah perkotaan lebih tinggi dari pada dipedesaan (masing-masing 60 % dan 52 %). Namun demikian, jenis metode yang digunakan berbeda, wanita di perkotaan lebih mempercayai suntikan, pil dan sterilisasi wanita, sementara wanita di pedesaan lebih mempercayai menggunakan KB suntikan dan pil, dengan demikian pemakaian untuk metode yang bersifat kontap dan jangka panjang mendapatkan perhatian dan perioritas (SDKI, 2012). Dalam rapat kerja daerah Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 menyatakan Total Fertility Rate (TFR) tinggi dan Contraceptive Privalency Rate (CPR) tinggi menurut Kab./Kota terdapat di daerah Kab. Labuhan Batu, Kab. Karo, Kab. Asahan, Kab. Pak-pak Bharat, Kab. Labuhan Batu Selatan, Kab. Serdang Bedagai, Kab. Batubara, dan Kab. Langkat. Data Contraceptive Privalency Rate (CPR) di Kab. Serdang Bedagai MKJP (13.35 %) dan Non-MKJP (86.62 %) dengan pembagian MOW (4.37 %), MOP (0.00 %), IUD (1.55 %), Implant (7.30 %), Suntik (57.36 %), Pil (28.59 %), Kondom (0.67 %) dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,93. 4

Rencana Strategis (Renstra) BKKBN tahun 2015-2019 merupakan kebijakan nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Kepala BKKBN nomor 212/PER/B1/2015 tentang Rencana Strategi BKKBN Tahun 2015-2019 sebagai dokumen perencanaan dan acuan pencapaian Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Salah satu programnya adalah peningkatan penggunaan alat kontrasepsi. Target pencapaian pemakaian MKJP sebesar 21% dan untuk semua alat kontrasepsi sebesar 65% (BKKBN,2015). Berdasarkan analisa kesertaan ber KB yang sudah tinggi namun angka kelahiran juga masih tinggi ada beberapa penyebab salah satunya pemakaian alat kontrasepsi belum mengarah kepada MKJP, data diatas menunjukkan penggunaan alat kontrasepsi masih mengarah kepada pemakaian Non-MKJP. Sehingga perlu diketahui faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di setiap Kabupaten yang pengggunaan alat kontrasepsi tinggi akan tetepi kelahirannya juga tinggi (BKKBN, 2015). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjangyang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yangrendah.penggolongannya terdiri dari: alat kontrasepsi IUD, Implan, MOW dan MOP, sedangkan alat kontrasepsi bukan metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi yang tidak berjangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang rendah dengan angka kegagalannya yang tinggi. Penggolongannya terdiri dari alat kontrasepsi Suntik, Pil dan alat kontrasepsi Kondom (BKKBN,2014). 5

Kemudian berdasarkan hasil prasurvey penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKJP ) di desa mangga dua rendah karena pemikiran masyarakat yang salah dan kurang mengerti tentang pemakaian MKJP. Masyarakat takut akan pemakaian MKJP yang menurut mereka harus dioperasi dan ketakutan akan alat yang dimasukkan ke dalam rahim maupun bawah kulit, karena rasa takut dan salah persepsi tentang pemakaian MKJP itulah masyarakat Desa Mangga Dua banyak yang tidak menggunakan MKJP, kurangnya dukungan suami menambah keengganan istri dalam penggunaan MKJP berbeda dengan pengguna MKJP yang cenderung mendapat dukungan dari suami. Umur dapat menunjukkan tingkat kematangan seseorang dalam berfikir dan menangkap sebuah informasi (Hikmahdan Sulistyorin, 2014). Informasi yang cukup khususnya mengenai MKJP akan lebih meningkatkan motivasi seseorang dalam menggunakan alat tersebut. Umur akan mempegaruhi proses berfikir dan pengambilan keputusan dalam penelitian sebelumnya umur seorang ibu merupakan variabel penting, yang mempunyai pengaruh terhadap pemakaian MKJP (Putri, 2014). Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin besar probabilitas seseorang untuk menggunakan MKJP (Asih dan Oesman 2009). Berdasarkan uraian diatas, masih rendahnya wanita pasangan usia subur dalam menggunakanmetode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) membuat penulis tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian tentang hubungan umur, jumlah anak, pengetahuan dan dukungan suami terhadap pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada wanita pasangan usia subur di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin 2017. 6

1.2. Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur dalam penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai Tahun 2017. 2. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai Tahun 2017. 3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai Tahun 2017. 4. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai Tahun 2017. 7

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai Sebagai bahan masukan kepada perencanaan dan pembuatan kebijakan khususnya program yang terkait dengan KB dalam pengembangan dan peningkatan kegiatan program KB, sehingga dapat meningkatkan partisipasi PUS dalam menggunakan alat atau cara KB metode jangka panjang. 2. Bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Sebagai bahan masukan mengenai faktor yang menjadikan masyarakat tidak memilih mengggunakan MKJP di Desa Mangga Dua Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagai. 3. Bagi Bidang Penelitian Sebagai bahan meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dan memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian alamiah. 8

1.5 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan umur wanita pasangan usia subur dengan penggunaan MKJP. 2. Ada hubungan jumlah anak wanita pasangan usia subur dengan penggunaan MKJP. 3. Ada hubungan pengetahuan wanita pasangan usia subur dengan penggunaan MKJP. 4. Ada hubungan dukungan suami pasangan usia subur dengan penggunaan MKJP. 9