BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

BAB IV ANALISIS KEGAGALAN KOMUNIKASI POINT TO POINT PADA PERANGKAT NEC PASOLINK V4

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

SALURAN GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

BAB IV RANCANGAN JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO DENGAN PATHLOSS 4.0

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

STUDI ANALISIS KEGAGALAN KOMUNIKASI POINT TO POINT PADA PERANGKAT TRANSMISI NEC PASOLINK V4

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

Jurnal ECOTIPE, Volume 1, No.2, Oktober 2014 ISSN

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB III LANDASAN TEORI

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

BAB II JARINGAN MICROWAVE

Radio dan Medan Elektromagnetik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh adanya penempatan BTS (Base Tranceiver Station) untuk

I. PENDAHULUAN TNI AU. LATAR BELAKANG Perkembangan Teknologi Komunikasi. Wireless : bandwidth lebih lebar. Kebutuhan Sarana Komunikasi VHF UHF SBM

LAPORAN PENELITIAN PRODUK TERAPAN OPTIMALISASI KINERJA JARINGAN TELEKOMUNIKASI UNTUK PENCAPAIAN JAKARTA SEBAGAI KOTA RAMAH LINGKUNGAN PENGUSUL

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Transmisi KONSEP PERENCANAAN LINK RADIO DIGITAL

ANALISIS UNJUK KERJA RADIO IP DALAM PENANGANAN JARINGAN AKSES MENGGUNAKAN PERANGKAT HARDWARE ALCATEL-LUCENT 9500 MICROWAVE PACKET RADIO (MPR)

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK

BAB II DASAR TEORI 2.1 Posisi Teknologi WiMAX

PERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO 13 GHz TITIK KE TITIK AREA PRAWOTO UNDAAN KUDUS Al Anwar [1], Imam Santoso. [2] Ajub Ajulian Zahra [2]

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Sistem Komunikasi Radio Microwave Antara Onshore Dan Offshore Design of Microwave Radio Communication System Between Onshore and Offshore

BAB IV LINK BUDGET ANALYSIS PADA JARINGAN KOMUNIKASI

Kata Kunci : Link Budget, Path Calculation, RSL (Receive Signal Level), Fade Margin. Abstract

PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB III RADIO MICROWAVE

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT)

Hendri 4 TA ( ) 1

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA BIQUAD YAGI DAN ANTENA BIQUAD OMNIDIRECTIONAL SEBAGAI REPEATER PASIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA TERIMA SINYAL WCDMA

BAB III PERFORMANSI AKSES BWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING

BAB III LANDASAR TEORI

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL)

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN

PENGARUH SPACE DIVERSITY TERHADAP PENINGKATAN AVAILABILITY PADA JARINGAN MICROWAVE LINTAS LAUT DAN LINTAS PEGUNUNGAN

Kualitas Sistem dan Link Budget. Sistem Transmisi

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2

ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND

Perancangan Jalur Gelombang Mikro 13 Ghz Titik Ke Titik Area Prawoto Undaan Kudus

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BESAR DAN UKURAN KINERJA TELEKOMUNIKASI

Jaringan VSat. Pertemuan X

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TRANSMISI MICROWAVE RADIO LINK DIGITAL

Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi, IT Telkom Jl. D. I. Panjaitan No. 128, Purwokerto, *

2.2 FIXED WIRELESS ACCESS (FWA)

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

Perancangan dan Pembuatan Receiver Untuk ITS-SAT pada Frekuensi MHZ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2

SATELLITE LINK Review parameter antena, thermal noise, etc Anatomi link satelit Rugi-rugi

2.1. KONSEP PENGUATAN DAYA (LOSS DAN DECIBELL)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Simulasi Performansi Payload HAPS (High Altitude Platform System) Untuk FWA (Fixed Wireless Access) Pada Sistem CDMA2000 1x

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT

Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB

Transkripsi:

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING 4.1 Analisa Profil Lintasan Transmisi Yang di Rencanakan Jaringan Transmisi Gelombang mikro yang direncanakan, untuk menghubungkan link SITE MRANGGEN 2 ke dengan SITE PUCANG GADING, dapat dilihat pada peta Google Earth (gambar 4.1) : Gambar 4.1 Peta Lokasi Perencanaan 29

Dengan analisa path profil berdasarkan peta map info, dapat diketahui kondisi wilayah tempat pengalihan jaringan transmisi microwave link yang akan direncanakan, yaitu SITE MRANGGEN 2 dihubungkan ke SITE PUCANG GADING. perencanaan ini bisa dilakukan dengan dengan baik. Berdasarkan data dilapangan maka dapat dianalisis sebagai berikut : Lokasi stasiun microwave BTS Mranggen 2 (Jalan Payung Kesuman, Mranggen, Indonesia) terletak pada posisi : 07 02 51.07 LS 110 30 49.90 BT Lokasi stasiun microwave site Pucang Gading (Jl.kebun batur RT.02/04, dusun mronggo sari, kel. Kebun batur, Kec.mranggen, Kab. Demak.) terletak pada posisi : 07 o 02 14.78 LS 110 o 29 27.60 BT Antena site A yang direncakan terletak pada ketinggian 35 meter dari tanah. Antena site B terletak pada ketinggian 35 meter dari tanah Dengan posisi antena yang sudah direncanakan, perencanaan jaringan microwave SITE MRANGGEN 2 dengan SITE PUCANG GADING bisa dilakukan dengan line of sight. Seperti yang terlihat pada path profil (gambar 4.2) : 30

Gambar 4.2. Path Profil Site Mranggen 2 ke Pucang Gading Dari gambar 4.2 path profil, daerah Fresenel zone aman dari halangan, artinya tinggi halangan berupa pohon dengan ketinggian 20 meter yang ada dijalur lintasan masih jauh berada dibawah daerah fresenel zone. Dari gambar 4.2 diatas dapat diketahui kondisi lintasan jaringan transmisi adalah line of sight (LOS). Dimana antena site A pada ketinggian 35m dari permukaan tanah dan antena site B pada ketinggian 35 m dari permukaan tanah. Berikut perhitungan nilai fresnel zone, dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan 2.1 31

- Frekuensi kerja untuk : 23000 GHz - d1 ( jarak SITE PUCANG GADING ke obstacle ) : 1,38 Km - d2 ( jarak SITE MRANGGEN 2 obstacle) : 1,38 Km - D (jarak lintasan didapat dari path profile) : 2,76 Km F 17,3 f ( d 1 xd 2 ) xd ( Ghz) ( km) F 17,3 (1.38x1.38) (23x2,76) F 17,3 (1.9044) (63,48) F = 17,3 x 0.173 = 2.99 meter Clearance = 0,6 x F = 0,6 x 2.99 meter = 1.794 meter Dengan demikian perencanaan link budget jalur jaringan transmisi radio dapat dilakukan. 4.2 Perancangan Transmisi Microwave link Perencanaan Jaringan Transmisi Gelombang mikro, untuk menghubungkan SITE MRANGGEN 2 ke SITE PUCANG GADING menggunakan frekuensi 23 GHz, dimana frekuensi kerja untuk Transmitter 22,022 GHz dengan ketinggian tower 35 meter dari tanah, Antena microwave terletak pada posisi ketinggian 35 meter dari tanah. Frekuensi kerja untuk Receiver 23,030 GHz dengan ketinggian Tower 35 meter dari tanah. Antena 32

microwave terletak pada posisi ketinggian 35 meter dari tanah. jarak link SITE MRANGGEN 2 dengan SITE PUCANG GADING 2760 m. Penentuan posisi antena ini telah di sesuaikan dengan Bracket dan space yang tersedia di Tower tersebut. Dan juga lintasan jaringan jauh diatas ujung penghalang. dengan demikian perencanaan pengalihan jaringan microwave link bisa dilakukan dengan line of sight. Berikut gambar rancangan jaringan transmisi microwave link yang direncanakan antara SITE MRANGGEN 2 ke SITE PUCANG GADING. Dapat dilihat pada Gambar 4.3 23 GHZ 2760 m Gambar 4.3 Perancangan Jaringan Transmisi Microwave 4.3 Sistem Radio Jaringan transmisi radio link yang direncanakan, menggunakan frekuensi 23 GHz dengan range frekuensi 21,200 23,600 GHz, antena type A23S06HAC. Menggunakan media transmisi Coaxial cable untuk mengirim data berupa sinyal 33

digital dari In door unit (IDU) ke out door unit (ODU) atau sebaliknya. juga berfungsi sebagai saluran daya DC untuk memberi catu daya pada ODU. Jadi semua proses radio berada didalam ODU. Radio link Frekuensi terdiri dari beberapa jenis menurut frekuensinya yaitu 7,13,15,18,23,26 sampai 38GHz, mempunyai kapasitas transmisi 4 x 2 Mbps sampai dengan 63 x 2 Mbit/s. Dengan kapasitas transmisi 16 x 2 Mbit/s, menggunakan modulasi 28M_16QAM receiver threshold level pada BER 10-6 = - 79,50 dbm, sedangkan daya output trasmitter = 20 dbm. bit rate 84 Mbps. 4.4 Transceiver Transceiver merupakan perangkat yang berfungsi sebagai sumber tenaga bagi BTS, pengatur daya pancar antena, pengolah sinyal, interface mobile station dengan BSC dan beberapa fungsi lainnya. Transceiver berfungsi sebagai transmitter ( pengirim ) maupun receiver ( penerima ). secara garis besarnya, peralatan peralatan dalam sistem komunikasi radio link dapat dibedakan menjadi dua bagian antara lain : a. Transmitter (Tx) b. Receiver (Rx) 4.4.1 Transmitter (Tx) Dalam sistem radio microwave link, Sisi transmitter merupakan sebagai sistem pemancar dalam komunikasi GSM. Dimana transmitter dibedakan menjadi dua bagian yaitu : ODU dan IDU. Maka pada sistem modulasi terjadi proses dimana sinyal informasi yang masih berbentuk analog dirubah menjadi bentuk 34

digital kemudian proses pemodulasian sinyal tersebut dengan frekuensi cerrier dengan menggunakan modulasi. sinyal informasi yang masih berupa sinyal Intermediate Frequency (IF) diubah menjadi sinyal Radio Frequency (RF) pada up-converter, kemudian ditransmisikan HPA (High Pawer Amplifier). pada sisi ODU sinyal dipancarkan melalui antenna. 4.4.2 Receiver (Rx) Seperti halnya pada sisi transmitter, sisi receiver sebagai sistem penerima dalam komunikasi GSM. Dimana receiver juga dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : IDU dan ODU. Pada sinyal informasi yang masuk LNA (Low Noise Amplifier), sinyal tersebut dirubah kembali kedalam bentuk IF pada Down Converter, kemudian pada modem terjadi pemisahan antara sinyal IF dengan Frekuensi carriernya kemudian sinyal tersebut dirubah kembali kedalam sinyal analog. 4.5 Perangkat pemancar dan penerima radio RTN950 Dalam perencanaan jaringan layanan komunikasi selular GSM, yang akan menghubungkan link antara SITE MRANGGEN 2 dengan SITE PUCANG GADING ini, menggunakan Perangkat komunikasi radio type RTN950. dibawa ini diagram perangkat pemancar dan penerima komunikasi radio type RTN950, seperti terlihat pada gambar 4.4 : 35

Gambar 4.4 Perangkat Radio RTN950 Dalam perencanaan sistem transmisi microwave link ini Peralatan dibagi menjadi tiga bagian diantaranya :Antenna, ODU dan IDU. Seperti terlihat dibawah ini : 4.5.1 In door Unit ( IDU ) Seperti terlihat pada diagram IDU gambar 4.4. IDU berfungsi sebagai pengontrol dari sistem komunikasi selular GSM. Dimana IDU sebagai pengaturan parameter yang ingin dilakukan dalam perencanaan ini. IDU juga berfungsi sebagai multiplexer dari input sistem atau demultiplexer. Bagian-bagian IDU terdiri dari : a. IF Unit adalah sebagai Interface kejaringan IDU dan ODU. b. Service Switching Unit berfungsi sebagai Time Slot Crossconnect unit atau sebagai Packet Switching Unit. c. Service interface unit berfungsi sebagai Penerjemah data dalam bentuk modulasi E1 or Modulasi dalam Bentuk paket paket IP. 36

d. Auxilary interface unit berfungsi penyedia komunikasi antara perangkat lain, alarm dan sync data. e. Clock Unit berfungsi sebagai Penyedia fungsi proses Clock dan support fungsi eksternal Clock sebagai input or output f. Control Unit berfungsi sebagai pengontrol Switching, dan Multiplexing (TDM). g. Power Unit berfungsi sebagai Catu daya ke perangkat. h. Fan berfungsi sebagai pedingin perangkat 4.5.2 Out Door Unit (ODU) bagian Receiver Gambar 4.5 memperlihatkan sistem kerja perangkat ODU bagian receiver. Pada sinyal informasi yang masuk LNA, kemudian sinyal tersebut dirubah kembali kedalam bentuk IF pada Down Converter, pada modem terjadi pemisahan antara sinyal IF dengan Frekuensi carriernya kemudian sinyal tersebut dirubah kembali kedalam sinyal analog dari output ODU Sinyal base band IF RF demodulator down- converter LNA Antena osilator Gambar 4.5. Diagram ODU receiver 37

4.5.3 Outdoor unit (ODU) Bagian Transmitter Gambar 4.6 memperlihatkan sistem kerja perangkat ODU bagian transmitter. Pada ODU sinyal base band dari IDU masuk ke modulator, dari modulator sinyal base band ditumpangkan ke sinyal cerrier dimana sinyal informasi yang masih berupa sinyal IF diubah menjadi sinyal RF pada upconverter. kemudian dikuatkan dayanya oleh HPA sinyal dipancarkan melalui antenna. Sinyal base band IF RF modulator Up- converter HPA Antena osilator Gambar 4.6. Diagaram ODU transmitter 4.6 Antena Transceiver Antena merupakan alat yang tak terpisahkan dari sistem komunikasi radio. Karena antena adalah suatu alat atau piranti yang berfungsi untuk memancarkan atau menerima gelombang radio. Selain itu juga antena diharapkan untuk mampu mengoptimalkan energi radiasi pada arah tertentu dan menekan energi radiasi pada arah lainya. Dalam perencanaan ini menggunakan antena parabola type A23S06HAC dengan diameter antenna 0,6 meter. Dapat dilihat pada gambar 4.7 38

Gambar 4.7 Antena type A23S06HAC 4.7 Analisa link budget dari SITE MRANGGEN 2 menuju SITE PUCANG GADING (up link) Pada bagian ini akan dihitung perencanaan up link budget dari SITE MRANGGEN 2 menuju SITE PUCANG GADING dengan diameter antena 0.6 m. Perencanaanya seperti gambar 4.8 berikut : 39

Uplink Frequency 22,022 GHZ 2760 m Gambar 4.8 Perencanaan Up-link hop Site Mranggen 2 Ke SITE PUCANG GADING 4.7.1 Perhitungan Gain Antena Untuk frekuensi operasi 22,022 GHz dan diameter antena 0,6 meter. Maka diperoleh penguatan antena sebagai berikut : Gain antena pemancar dan penerima dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2) : G = 20 log (f) + 20 log (d) + 17,8 = 20 log 22,022 + 20 log 0,6 + 17,8 = 26,857 + (- 4,436) + 17,8 G = 40,221 db 40

4.7.2 Effective Isotropic Radiated Power ( EIRP ) EIRP adalah daya pancar sebuah sistem transmisi yang telah mengalami redaman pada konektor serta kabel penghubung kemudian dikuatkan oleh penguat antenna. - Transmitter output range (Ptx) : 20 dbm = - Antena ( parabolic diameter) : 0,6 m - Range Frequency : 21,2 23,6 GHz - Loss feeder tx : diabaikan = 0 - Frekuensi Kerja : 22,022 GHz Maka nilai EIRP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) : EIRP = P Tx (dbm) + G Tx (db) L ftx (db) = 20 dbm + 40,221 db 0 = 60,221 dbm Jadi besar daya yang dipancarkan oleh sistem Pemancar adalah 60,221 dbm. 4.7.3 Free Space Loss (FSL) FSL adalah redaman yang terjadi diudara bebas, besarnya sendiri tergantung pada besarnya frekuensi yang digunakan dan panjangnya lintasan, untuk jarak 2.76 Km dan frekuensi 22,022 GHz, maka redaman pada ruang bebas diperoleh dengan persamaan (2.5) : 41

FSL (db) = 32,4 + 20 log f (MHz) + 20 log D (km) = 32,4 + 20 log (22022) + 20 log (2.76) = 32,4 + 86,857 + 8.818 = 128,075dB 4.7.4 Isotropic Receive Level (IRL) IRL adalah level daya penerimaan antena di SITE PUCANG GADING adalah sebagai berikut : -EIRP -FSL -IRL : 60,221 dbm : 128.075 db = EIRP FSL = 60,221dBm 128,075 db = - 67,854 dbm Jadi penerimaan daya oleh antena penerima sebesar -67,854 dbm. 4.7.5 Receive Signal Level (RSL) Besar daya yang diterima pada receiver di SITE PUCANG GADING adalah - Gain antena Rx : 40,224 db - Loss feeder : diabaikan =0 - IRL : -67.854 dbm Maka nilai RSL dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7) : RSL = IRL + GRX Lt = - 67,854 dbm + 40,224-0 = -27,63 dbm Jadi besar daya perimaan oleh sistem penerima sebesar -27,63 dbm. 42

4.7.6 Fade Margin ( FM ) Fade margin dihitung dengan mempertimbangkan receiver threshold pada suatu bit-error rate (BER) yang dikehendaki, Selama ketidak pastian lingkungan propagasi masih dalam cakupan fade margin, sistem radio masih dapat bekerja dengan baik, namun bila fade margin ini terlewati, maka sistem akan mengalami outage atau unavailable Fade margin merupakan selisih daya penerimaan terhadap treshold, untuk daya penerimaan (RSL) = -27,63 dbm dengan treshold (-79,50 dbm) maka dapat dihitung dengan persamaan (2.8) : FM = RSL Nth = -27,63 dbm (-79,5 dbm) = 51,87 db 4.8 Perhitungan (Down link) Budget dari SITE PUCANG GADING menuju Site Mranggen 2 Pada bagian ini akan dihitung perencanaan down link budget dari SITE PUCANG GADING menuju SITE MRANGGEN 2 dengan diameter antena 0,6 m. Perencanaan down link seperti gambar 4.9 berikut : 43

Downlink Frequency 23,030 GHZ 2760 m Gambar 4.9 Perencanaan Downlink hop Site Mranggen 2Ke SITE PUCANG GADING 4.8.1 Perhitungan Gain Antena Untuk frekuensi operasi 23,030 GHz dan diameter antena 0,6 meter. Maka diperoleh penguatan antena sebagai berikut : Gain antena pemancar dan penerima dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2) : G = 20 log (f (GHZ) ) + 20 log (D (m) ) + 17,8 = 20 log (23,030) + 20 log (0,6) + 17,8 = 27,245 + (-4,436) + 17,8 = 40,609 db 4.8.2 Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) 44

- Transmiter output range (Ptx) : 20dBm - Antena : 0,6 m - Frekuensi Band : 21,2-23,6 GHz - Frekuensi kerja down link : 23,030 GHz - Loss feeder : Diabaikan - Gain tx : 40,609 db Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.3) EIRP = Ptx + Gtx Lftx = 20 dbm + 40,609 db 0 = 60,609 dbm Jadi besar daya yang dipancarkan oleh sistem Pemancar adalah 60,609 dbm 4.8.3 Free Space Loss (FSL) FSL adalah redaman yang terjadi diudara bebas, besarnya sendiri tergantung pada besarnya frekuensi yang digunakan dan panjangnya lintasan, untuk jarak 2.76 Km dan frekuensi 23,030 GHz, maka redaman pada ruang bebas dapat diperoleh dengan persamaan (2.5) : FSL = 32,4 + 20 log f (GHz) + 20 log D (Km) = 32,4 + 20 log ( 23030 ) + 20 log ( 2,76 ) = 32,4 + 87,245 + 8,818 = 128.463 db 4.8.4 Isotropic Receiver Level (IRL) 45

IRL adalah level daya penerimaan antena di SITE PUCANG GADING, yakni: - EIRP = 60,609 dbm - FSL = 128,463 db Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.6) : IRL IRL = EIRP FSL = 60,609 dbm 128,463 db = -67,854 dbm Jadi penerimaan daya oleh antena sebesar penerimaan -67,854 dbw. 4.8.5 Receiver Signal Level (RSL) Besar daya yang diterima pada receiver di SITE PUCANG GADING adalah: - loss feeder : diabaikan = 0 - IRL : - 67,854 dbm - Gtx : 40,609 db Maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.7) RSL = IRL + GRx LfRx = -67,854 + 40,609-0 = -27.245 dbm Jadi besar daya perimaan oleh sistem penerima sebesar -27,245 4.8.6 Fade Margin (FM) 46

Fade margin merupakan selisih daya penerimaan terhadap treshold, untuk daya penerimaan (RSL) =-27,245 dbm dengan treshold (-79,5 dbm) maka dapat dihitung dengan persamaan (2.8) : FM = RSL Nth = -27,245 dbm (-79,5 dbm) = 52.255 db Dari perhitungan besar Fade margin didapat 52.255 db. 4.9 Hasil Analisis Link budget Setelah dihitung dengan menggunakan persamaan persamaan pada Bab II, maka hasil kalkulasi link dan kualitas penerima baik untuk Up link maupun Down link dapat dilihat pada tabel (4.1) hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil perhitungan Link budget HASIL PERHITUNGAN NO PARAMETER UP LINK (22.022 GHz) DOWN LINK (23.030 GHz) 1 GAIN ANTENA 40.221dBi 40.609 dbi 2 EIRP 60.221 dbm 60.609 dbm 3 FSL 128.075 db 128.463 db 4 IRL -67,854 dbm -67.854 dbm 5 RSL -27.63 dbm -27.245 dbm 6 FADE MARGIN 51.87 db 52.255 db 47

4.9.1 Perhitungan Link budget dengan mengatur power Transmit Setelah dihitung dengan menggunakan persamaan persamaan pada Bab II, maka hasil kalkulasi link dan kualitas penerima untuk Up link maupun Downlink dengan mengatur Power Transmit nya dapat dilihat pada tabel (4.2) hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil perhitungan Link budget dibandingan dengan Power Transmit Untuk Kualitas penerimaan Uplink (F=22,022 GHz) TX Power (dbm) EIRP (dbm) FSL (db) IRL (dbm) RSL (dbm) FM (db) 20 60.221 128.075-67.854-27.630 51.870 19 59.221 128.075-68.854-28.630 50.870 18 58.221 128.075-69.854-29.630 49.870 17 57.221 128.075-70.854-30.630 48.870 16 56.221 128.075-71.854-31.630 47.870 15 55.221 128.075-72.854-32.630 46.870 14 54.221 128.075-73.854-33.630 45.870 13 53.221 128.075-74.854-34.630 44.870 12 52.221 128.075-75.854-35.630 43.870 11 51.221 128.075-76.854-36.630 42.870 10 50.221 128.075-77.854-37.630 41.870 9 49.221 128.075-78.854-38.630 40.870 8 48.221 128.075-79.854-39.630 39.870 7 47.221 128.075-80.854-40.630 38.870 6 46.221 128.075-81.854-41.630 37.870 5 45.221 128.075-82.854-42.630 36.870 4 44.221 128.075-83.854-43.630 35.870 3 43.221 128.075-84.854-44.630 34.870 2 42.221 128.075-85.854-45.630 33.870 1 41.221 128.075-86.854-46.630 32.870 48

0 40.221 128.075-87.854-47.630 31.870 Tabel 4.3 Hasil perhitungan Link budget dibandingan dengan Power Transmit Untuk Kualitas penerimaan Downlink (23,030 GHz) TX Power (dbm) EIRP (dbm) FSL (db) IRL (dbm) RSL (dbm) FM (db) 20 60.609 128.464-67.855-27.246 52.254 19 59.609 128.464-68.855-28.246 51.254 18 58.609 128.464-69.855-29.246 50.254 17 57.609 128.464-70.855-30.246 49.254 16 56.609 128.464-71.855-31.246 48.254 15 55.609 128.464-72.855-32.246 47.254 14 54.609 128.464-73.855-33.246 46.254 13 53.609 128.464-74.855-34.246 45.254 12 52.609 128.464-75.855-35.246 44.254 11 51.609 128.464-76.855-36.246 43.254 10 50.609 128.464-77.855-37.246 42.254 9 49.609 128.464-78.855-38.246 41.254 8 48.609 128.464-79.855-39.246 40.254 7 47.609 128.464-80.855-40.246 39.254 6 46.609 128.464-81.855-41.246 38.254 5 45.609 128.464-82.855-42.246 37.254 4 44.609 128.464-83.855-43.246 36.254 3 43.609 128.464-84.855-44.246 35.254 2 42.609 128.464-85.855-45.246 34.254 1 41.609 128.464-86.855-46.246 33.254 0 40.609 128.464-87.855-47.246 32.254 49

4.10 Analisa Hasil Pengukuran Link budget dengan menggunakan data planning menggunakan Pathloss 4.0 Mranggen 2 Pucang Gading Elevation (m) 32.00 24.87 Latitude 07 02 51.07 S 07 02 14.78 S Longitude 110 30 49.90 E 110 29 27.60 E True azimuth ( ) 293.81 113.82 Vertical angle ( ) -0.16 0.14 Antenna model A23S06HAC A23S06HAC Antenna height (m) 35.00 35.00 Antenna gain (dbi) 40.40 40.40 Circ. branching loss (db) 1.70 1.70 Frequency (MHz) 23000.00 Polarization Vertical Path length (km) 2.76 Free space loss (db) 128.52 Atmospheric absorption loss (db) 0.53 Net path loss (db) 51.65 51.65 Radio model 23G_XMC2_16Q_28M_84M 23G_XMC2_16Q_28M_84M TX power (watts) 0.10 0.10 TX power (dbm) 20.00 20.00 EIRP (dbm) 58.70 58.70 Emission designator 28M0D7W 28M0D7W TX Channels 23A1L 22022.0000V 23A1H 23030.0000V RX threshold criteria BER 10-6 BER 10-6 RX threshold level (dbm) -79.50-79.50 RX signal (dbm) -31.65-31.65 Thermal fade margin (db) 47.85 47.85 Geoclimatic factor 2.32E-05 Path inclination (mr) 2.58 Fade occurrence factor (Po) 2.45E-05 Average annual temperature ( C) 10.00 Worst month - multipath (%) 100.00000 100.00000 (sec) 1.08e-03 1.08e-03 Annual - multipath (%) 100.00000 100.00000 (sec) 3.23e-03 3.23e-03 (% - sec) 100.00000-0.01 Rain region ITU Region P 0.01% rain rate (mm/hr) 145.00 Flat fade margin - rain (db) 47.85 Rain rate (mm/hr) 187.28 Rain attenuation (db) 47.85 Annual rain (%-sec) 99.99604-1249.96 Annual multipath + rain (%-sec) 99.99604-1249.97 Fri, Mar 15 2013 Reliability Method - ITU-R P.530-7/8 Rain - ITU-R P530-7 50

4.11 Hasil Pengukuran Link budget 4.11.1 Hasil Pengukuran Link budget dari Site Mranggen 2 menuju Site Pucang Gading Dari hasil pengukuran di lapangan Site Mranggen 2 to Pucang Gading dengan memasukkan data sesuai dengan Link budget yang sudah direncanakan di awal, dimana site Mranggen 2 sebagai TX low sebagai berikut : Table 4.4 Table Parameter Site Mranggen 2 to Pucang Gading No Parameter Keterangan 1 Channel Bandwidth 28 MHZ 2 Jenis Modulation 16 QAM 3 Frekuensi Kerja 22022 MHZ 4 Power Transmit 18 dbm 5 Equipment Type SDH 51

Gambar 4.10 Link Configuration Site Mranggen 2 ke Site Pucang gading Didapatkan RSL (actual RX Power) -34,3 dbm, masih masuk dalam range yang diharapkan sekitar ± 3dBm 4.11.2 Hasil Pengukuran Link budget dari Site Pucang Gading menuju Site Mranggen 2 Untuk Hasil pengukuran di lapangan Site Pucang Gading to Site Mranggen 2 dengan memasukkan data sesuai dengan Link budget yang sudah direncanakan di awal, dimana site Mranggen 2 sebagai TX High sebagai berikut : Table 4.4 Table Parameter Site Pucang Gading to Site Mranggen 2 No Parameter Keterangan 1 Channel Bandwidth 28 MHZ 2 Jenis Modulation 16 QAM 3 Frekuensi Kerja 23030 MHZ 4 Power Transmit 18 dbm 5 Equipment Type SDH 52

Gambar 4.11 Link Configuration Site Pucang gading ke Site Mranggen 2 Didapatkan RSL (actual RX Power) -37,9 dbm, Tidak masuk dalam range yang diharapkan sekitar ± 3dBm 53