BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

WULAN NOVIANA ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat

Proses Sintesa dan Pengujian XRD. dengan Proses Terbuka

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari

STUDI XRD PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DENGAN CARA HIDROTERMAL STOIKIOMETRI DAN SINTERING 1400 C

Studi Kualitas Diamonium Hidrogen Fosfat Brataco Dengan Pengujian XRD dan AAS

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

PENGOLAHAN DAN KARAKTERISASI SERBUK HIDROSIAPATIT DARI LIMBAH TULANG SAPI UNTUK BAHAN GIGI PENGGANTI

PROSES SINTESA DAN PENGUJIAN XRD HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN BEJANA TEKAN

Proses Sintesa dan Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) Hidroksiapatit dari Bulk Gipsum Alam Cikalong dengan Bejana Tekan

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

Tujuan pengecilan ukuran :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Serba-serbi Lengkap Mesin Pemecah atau Penghancur Batu/Stone Crusher Machine

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal.

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

Antiremed Kelas 11 Fisika

PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DARI CUTTLEFISH LAUT JAWA (KENDAL) DENGAN BEJANA TEKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

sehingga dihasilkan sebuah produk yang solid dengan bentuk seperti Karakteristik yang penting dari partikel adalah: distribusi serbuk dan ukuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

Optimasi Parameter Pembuatan Serbuk Nano Biokeramik pada Mesin Ball Mill dengan Menggunakan Metode Taguchi Dan ANOVA

PERBANDINGAN ANTARA PENAMBAHAN BENTONIT DAN PENAMBAHAN CMC TERHADAP HASIL PROSES PELETASI PASIR BESI

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan. masyarakat dunia, khususnya negara berkembang.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Antiremed Kelas 11 FISIKA

BAB IV PENGENALAN BALL MILL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sintesis Nano-Komposit Hidroksiapatit/Kitosan (nha/cs)

BAB 3 METODE PENELITIAN

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Penelitian Optimasi Temperatur yang Mempengaruhi Kekerasan pada Pembuatan Grinding Ball dengan Cara Hot Rolling

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

BAB III METODE PENELITIAN

Antiremed Kelas 11 FISIKA

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

Biokeramik pada Dental Implant

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ffik at!'o7 E-p. 2CIc6 trt) Sl$3Jq

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit [Ca 10 (PO 4 ) 3 (OH)] merupakan material biokeramik yang banyak digunakan sebagai bahan pengganti tulang. Salah satu alasan penggunaan hidroksiapatit sebagai bahan pengganti tulang adalah karena komposisi kimianya yang mirip dengan fase mineral tulang manusia (Herliansyah dkk, 2011). Menurut Widyastuti dkk (2009) kandungan hidroksiapatit pada tulang manusia adalah sebesar 70%. Material hidroksiapatit merupakan keramik bioaktif yang memiliki sifat biokompabilitas dan bioaktifitas yang baik sehingga sangat baik digunakan untuk pertumbuhan tulang baru dan mampu mempercepat proses regenerasi tulang yang rusak. Hidroksiapatit bisa didapatkan dari sumber alami maupun sintesis. Para peneliti dan para ahli sendiri sudah banyak melakukan penelitian untuk dapat menghasilkan hidroksiapatit dari sumber alam yang lebih murah diantaranya tulang sapi, tulang ikan, gipsum, kalsit, cangkang kerang dan cangkang telur. Dari bahan-bahan alami tersebut salah satu yang sudah banyak diteliti adalah HA yang dibuat dari bovine bone (tulang sapi) atau yang biasa disebut bovine hidroksiapatit. Bovine bone (tulang sapi) merupakan komoditi yang bisa didapatkan secara mudah di Indonesia dan potensial untuk pembuatan bovine HA ini. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (2013), populasi sapi potong di Indonesia mencapai angka 14 juta ekor sapi. Dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah, produk bovine hidroksiapatit dapat untuk menggantikan hidroksiapatit impor dan diproduksi dalam jumlah besar sehingga kebutuhan hidroksiapatit bisa dipenuhi dengan produksi sendiri. Grafik populasi sapi potong di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.1. Tingginya populasi sapi potong di Indonesia maka tulang sapi sebagai bahan baku untuk pembuatan bovine HA juga bisa didapatkan dengan mudah dalam jumlah besar. 1

2 16,00 14,00 12,00 Populasi 10,00 Sapi Potong 8,00 (juta) 6,00 4,00 2,00 0,00 Tahun Gambar 1.1. Populasi sapi potong di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2013) Hidroksiapatit dapat digunakan dalam bentuk serbuk maupun bentuk blok untuk mengganti cacat tulang atau rongga yang terjadi karena trauma atau kanker tulang. Hidroksiapati yang berasal dari pengolahan serbuk memiliki potensi yang besar sebagai pengganti tulang karena sifatnya yang mudah terserap oleh tulang dan dapat diterima oeh tubuh (Ooi dkk, 2006) Hidroksiapatit dengan ukuran mikron memiliki luas permukaan yang kecil dan memiliki ikatan kristal yang kuat sehingga mudah diserap oleh tubuh.. Menurut Fathi dkk (2007) hidroksiapatit dengan struktur nano memiliki kerapatan, kekuatan dan sifat bioaktif yang lebih baik. Menurut Groover (2007), serbuk merupakan partikel padat yang dibagi menjadi ukuran yang kecil dan halus. Dalam pembuatan serbuk, terdapat beberapa karakteristik yang mempengaruhi yaitu ukuran partikel dan distribusi, bentuk partikel dan struktur internal, area permukaan, gesekan antar partikel dan aliran karakteristik, densitas dan porositas. Ada beberapa metode utama yang digunakan untuk memproduksi serbuk, diantaranya adalah metode atomasi, metode reduksi, penguraian termal, metode elektrolisis dan metode mekanis (Groover, 2007). Metode mekanis yang sering digunakan untuk menghaluskan ukuran serbuk partikel adalah dengan proses ball milling. Balll milling adalah salah satu metode

3 yang sederhana dan efisien untuk dapat menghasilkan parikel serbuk berukuran mikro atau nano (Zhang dkk, 2007). Proses ini biasa digunakan pada industri kimia, industri mineral dan tambang, industri material, industri bangunan dan lain sebagainya. Menurut Grover (2007), pada ball milling, material yang akan diproses menjadi serbuk dicampurkan dengan bola-bola pejal. Material tersebut akan berguling bersamaan dengan bola-bola keras di dalam wadah silinder yang berputar. Putaran tersebut menyebabkan material dan bola-bola pejal terbawa disekitar dinding wadah dan kemudian terjatuh akibat adanya gaya gravitasi sehingga terjadi proses penggilingan yang disebabkan dari tumbukan dan gesekan. Untuk dapat menghasilkan serbuk dengan kualitas terbaik, maka parameter pada proses permesinan menggunakan mesin ball mill harus diperhatikan dengan baik. Parameter yang perlu diperhatikan dari mesin ball mill tersebut meliputi kecepatan putar jar mill, arah putaran jar mill, volume jar mill, jumlah bola pejal, diameter bola pejal, jenis bahan bola pejal, waktu proses, jenis mesin ball mill yang digunakan, dan kekerasan benda yang dihancurkan. Parameter setting yang digunakan akan mempengaruhi kualitas dari serbuk yang dihasilkan. Penelitian terhadap sebagian dari parameter tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya Puspitasari (2007) dan Novastyano (2011). Puspitasari (2007), melakukan penelitian dengan menggunakan tiga jenis mesin ball milling yaitu horizontal ball milling, vertikal ball milling dan horizontal ball milling dengan magnet, sedangkan Novastyano (2012) berfokus pada parameter lama waktu proses, diameter bola pejal, jumlah bola pejal dan besar input material. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2007) dan Novastyano (2012), masih banyak parameter-parameter ball milling yang belum terdefinisi. Dengan kata lain, penelitian terhadap pengaruh parameter pada mesin ball milling masih terbuka lebar terutama untuk karakteristik material yang berbeda. Selain itu pada penelitian sebelumnya, metode penelitian juga masih bisa dikembangkan menggunakan metode design experiment lainnya.

4 Oleh karena itu pada penelitian ini akan dianalisis beberapa parameter pada proses ball milling untuk dapat menghasilkan serbuk bovine hidroksiapatit dengan kualitas serbuk yang baik sehingga bisa digunakan untuk aplikasi biomedis untuk kasus kerusakan tulang manusia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini akan difokuskan untuk mendapatkan setting parameter ball milling untuk mendapatkan hasil serbuk bovine hidroksiapatit dengan kriteria ukuran partikel yang paling kecil. 1.3 Asumsi dan Batasan Dalam penelitian ini, dibuat asumsi dan batasan agar penelitian yang dilakukan lebih fokus. Asumsi dan batasan yang digunakan antara lain: 1. Objek penelitian yang digunakan adalah serbuk bovine hidroksiapatit yang dibuat dari bahan baku tulang sapi. 2. Penelitian yang dilakukan berbasis eksperimen dengan menggunakan mesin ball mill yang ada di Laboratoriun Desain dan Pengembangan Produk, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. 3. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode desain faktrial 2 k. 4. Parameter yang digunakan antara lain lama waktu penggilingan dan jumlah bola pejal. 5. Variabel respon yang digunakan pada penelitian ini adalah ukuran partikel dari serbuk bovine hidroksiapatit. 6. Serbuk bovine hidroksiapatit terlebih dahulu dihancurkan dengan menggunakan mesin crusher hingga mencapai ukuran serbuk bovine hidroksiapatit yang lolos screen mesh 20 atau 855 µm. 7. Interval waktu penggilingan ball milling dibuat 60 menit pada level rendah sampai 120 menit pada level tinggi dan interval jumlah bola pejal yang digunakan adalah 20 buah pada level rendah sampai 40 buah pada level tinggi.

5 8. Jumlah material bovine hidroksiapatit yang digunakan untuk sekali sampel eksperimen adalah 15 gram. 9. Serbuk bovine hidroksiapatit yang dianalisis adalah serbuk yang berada pada ukuran <100 mesh dan >230 mesh. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain: 1. Mendapatkan setting parameter yang optimal untuk menghasilkan respon terbaik yaitu serbuk dengan ukuran partikel terkecil. 2. Mengetahui parameter proses ball mill yang paling berkontribusi terhadap hasil serbuk. 3. Mendapatkan persamaan matematis dari daerah rancangan eksperimen yang dilakukan 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengopersian mesin ball mill untuk dapat menghasilkan karakteristik serbuk (kasar atau halus) sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu, serbuk bovine hidroksiapatit hasil penelitian ini bisa digunakan untuk aplikasi biomedis dalam memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan tulang manusia yang rusak.