IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

1.1 Latar Belakang Pada saat ini Pemrintah Daerah diberikan kewenangan untuk menyusun sendiri

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada sampai dengan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II PERKEMBANGAN INVESTASI ASING DI WILAYAH JAWA TENGAH SEBELUM GANJAR PRANOWO

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

SISTEM PELAYANAN TERPADU: STRATEGI PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DI DAERAH (Oleh : Asropi )

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara

Bidang Promosi Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

STRATEGI JANGKA MENENGAH DPMPTSP KABUPATEN BUOL RENSTRA BAB IV TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA ARAT NOMOR 30 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

Diterbitkan di Manajemen Pembangunan No. 59/III/Tahun XVI, 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU. dengan sebutan Badan atau Kantor dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. umum.amanat tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI GORONTALO

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PTSP PENANAMAN MODAL DI PROPINSI DKI JAKARTA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

BAB II EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan bisnis, pusat negara perwakilan. Jakarta juga merupakan pusat distribusi barang dan orang di Indonesia melalui pelabuhan dan bandara terbesar yang dimilikinya. Jakarta sebagai ibukota negara dengan segala infrastruktur yang dimilikinya masih merupakan daya tarik yang kuat bagi masuknya investasi dalam negeri maupun asing. Dengan pertumbuhan ekonomi disekitar rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, kegiatan investasi sudah mulai kembali berperan setelah mengalami penurunan sejak krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1998. maupun Secara umum Pemerintah Propinsi DKI Jakarta terdiri dari : 4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi DKI Jakarta secara geografis terletak pada posisi 6 o 12 Lintang Selatan dan 106 o 48 Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989 Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km 2 terdiri dari daratan seluas 661,52 km 2, termasuk 110 Pulau di Kepulauan Seribu, dan Lautan seluas 6.997,50 km 2, terbagi menjadi lima Wilayah Kotamadya dan satu Kabupaten Administratif yaitu : Jakarta Pusat Luas Wilayahnya 47,90 km 2 Jakarta Utara dengan Luas Wilayah 142,20 km 2 Jakarta Barat dengan Luas Wilayah 126,15 km 2 Jakarta Selatan dengan luas Wilayah 145,37 km 2 Jakarta Timur dengan Luas Wilayah 187,732 km 2 serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan Luas Wilayah 11,81 km 2. Disebelah Utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan dua buah kanal. Disebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah Barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta disebelah Utara dengan Laut Jawa. 57

Jumlah penduduk DKI Jakarta pada periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami penururnan. Tahun 2002 Jumlah Penduduk sekitar 8,50 juta jiwa, dan dalam lima tahun kedepan jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan Penduduk pada tahun 2002 mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per km 2 dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 13.756 penduduk per km 2. 4.1.2 Perekonomian Dalam lima tahun terakhir PDRB atas dasar harga berlaku secara nominal mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari Rp 299,97 trilyun pada tahun 2002 menjadi Rp 500,76 trilyun pada tahun 2006. Dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa lainnya dalam perekonomian Jakarta belum tergoyahkan disamping sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Sebagai tulang punggung perekonomian kota, peran sektor perdagangan dan jasa dalam pembentukan PDRB mencapai lebih dari 70%. Sektor perdagangan dan jasa meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sekitar 20%, sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sekitar 31% dan sisanya dari sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun rata-rata mencapai 6% per tahun. Jika pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi hanya 4,89% maka pada tahun 2005 mencapai 6,01% dan pada tahun 2006 mencapai 5,90%. 4.1.3 Penanaman Modal Penanaman modal itu sendiri adalah kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri (PMDN) maupun penanam modal asing (PMA) untuk melakukan usaha di wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yang dilakukan oleh penanam modal asing seluruhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Perkembangan penanaman modal dalam kurun waktu 2002-2006 dapat dilihat dari jumlah proyek dan nilai investasi yang telah disetujui. Pada tahun 2002 jumlah proyek PMA yang disetujui sebanyak 561 proyek dengan nilai investasi sebesar 1,22 58

milyar USD sedangkan PMDN yang disetujui 44 proyek dengan nilai investasi Rp 2,32 trilyun. Sementara itu pada tahun 2006 proyek PMA yang disetujui sebanyak 801 proyek dengan nilai investasi Rp 981,71 milyar. 4.2 BPM dan PKUD BPM dan PKUD selaku penyelenggara PTSP penanaman modal mempunyai tugas menerima permohonan berkas pelayanan, memproses permohonan pelayanan sesuai dengan kewenangannya, mengurus penyelesaian perizinan yang menjadi kewenangan unit/instansi terkait, mengkoordinasikan pelaksanakan pelayanan perizinan unit/instansi terkait dan menyerahkan dokumen perizinan yang telah selesai kepada penanam modal/investor. PTSP Penanaman Modal merupakan bentuk penyederhanaan, baik penyederhanaan persyaratan, penyederhanaan waktu proses pelayanan, kepastian biaya pelayanan, dan pemberian hak kepada investor untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan khususnya pelayanan yang berkaitan dengan penanaman modal. Dalam rangka untuk memberikan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan kepada investor/calon investor sebagai upaya untuk dapat meningkatkan investasi di Propinsi DKI Jakarta, maka BPM dan PKUD sebagai instansi yang menangani penanaman modal menetapkan visi dan misi yang merupakan arah dan panduan dalam melaksanakan tugas. BPM dan PKUD dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 52 Tahun 2002 sebagai implementasi dari pelaksanaan Undang- Undang Otonomi Daerah (UU No. 22 Tahun 1999 Jo. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah) dimana sebelumnya bernama Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi DKI Jakarta. Dengan perubahan nama tersebut BPM dan PKUD mendapat penambahan tugas tidak hanya mengurus investasi tetapi juga melakukan pendayagunaan aset-aset daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau pengembang serta melakukan pembinaan terhadap 30 BUMD yang ada di DKI Jakarta. Struktur Organisasi BPM dan PKUD dapat dilihat pada lampiran. 4.2.1 Visi dan Misi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta. 1) Visi Visi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta adalah menjadi lembaga yang mampu berperan sebagai lembaga lembaga Incorporate yang terintegrasi dan menghasilkan bagi Propinsi DKI Jakarta serta dapat memberikan kontribusi yang optimal. 59

2) Misi Untuk menjabarkan visi yang telah ditetapkan, maka BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta mempunyai misi yaitu : a Mengelola Investasi secara maksimal dan mengoptimalkan nilai dan jenis asset Pemerintah DKI Jakarta b Mengembangkan BUMD secara sinergi untuk peningkatan pendapatan Propinsi DKI Jakarta. 4.2.2 Pembentukan PTSP Penanaman Modal Upaya perbaikan pelayanan perijinan investasi terus diupayakan oleh Pemerintah dengan mengeluarkan berbagai produk hukum, diantaranya adalah terbitnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket kebijakan perbaikan iklim investasi yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan sebagaimana yang dituangkan dalam Permendagri tersebut adalah berupa : 1. Pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh PTSP; 2. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah; 3. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah; 4. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya; 5. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perizinan; 6. Pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; 7. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan. Sebagai tindak lanjut atas keluarnya kebijakan dari pemerintah pusat maka pemerintah daerah DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu penanaman modal. Satu tahun kemudian terbit Peraturan Gubernur Nomor 53 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PTSP penanaman modal. 60

Tujuan Pembentukan PTSP Penanaman Modal DKI Jakarta adalah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekoinomi melalui peningkatan investasi di Provinsi DKI Jakarta dengan meningkatkan kualitas layanan publik dan pemberian akses yang lebih mudah kepada masyarakat dan investor. Pada prinsipnya dalam penyelenggaraan pelayanan PTSP dilakukan penyederhanaan pelayanan berupa : 1) Penyederhanaan persyaratan, 2) percepatan waktu proses pelayanan paling lama 38 hari, 3) kejelasan prosedur pelayanan, 4) kepastian biaya pelayanan, 5) pemberian hak kepada investor untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan. 61