BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

Gambar 1. Tanaman gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengujian rendemen dari ekstrak kental mempunyai nilai

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume

I. PENDAHULUAN. berkurang disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan metabolik. Selain

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil perhitungan frekuensi atau jumlah diare rata-rata terhadap. a. Kelompok I (kontrol normal) : 0 ± 0

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN... DEKLARASI. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN DARI REBUSAN AKAR TANAMAN AKAR KUCING (Acalypha Indica Linn)

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

Gambar 1. Ekstrak daun sukun

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L.)

BAB III METODE PENELITIAN

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

Lampiran 1. Identifikasi sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

EFEK ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) Scheff. Boerl.) PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus)

Lampiran 1. Ethical Clearanc

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A RANGKUMAN RUMUS ANAVA. JK(Py) = jumlah kuadrat perlakuan antar kelompok =

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Lampiran 1. Tabel konversi dosis hewan percobaan dengan manusia. (Laurence, Kucing 1,5 kg. Kelin ci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci : hiperurisemia, kalium oksonat, jus hati ayam, ekstrak etanol biji salak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan. Farmakologi Depatemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan pecut kuda (Stachytharpheta jamaicensis L.Vahl)

LAMPIRAN A RANGKUMAN RUMUS ANAVA. JK(Py) = jumlah kuadrat perlakuan antar kelompok =

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (EEDS) PADA TIKUS INDUKSI KALIUM OKSONAT

BAB III METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan Pretest Posttest with Control Group Design menggunakan hewan.

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental

BAB IV METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Parameter Nonspesifik Ekstrak Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan manis, rasa pahit. Rendeman ekstrak yang diperoleh berkisar antara 20,0% sampai 25,1%. Hasil rendemen selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4. Hasil susut pengeringan yang diperoleh berkisar antara 15,0617% sampai 15,2640%. Hasil susut pengeringan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. Hasil penetapan kadar abu yang diperoleh berkisar antara 21,7154% sampai 21,9330%. Hasil penetapan kadar abu selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6. 2. Penentuan Nilai LD 50 Hasil penentuan nilai LD 50 berdasarkan metode Weil diperoleh LD 50 sebesar 8,1329 g/kg bb. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air herba Akar Kucing bersifat toksik ringan. Penentuan nilai LD 50 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 5. 35

3. Uji Khasiat Hasil pengukuran kadar asam urat menunjukkan bahwa kadar asam urat rata-rata untuk kelompok I (dosis I) adalah 2,70 ± 0,47 mg/dl; kelompok II (dosis II): 2,07 ± 0,32 mg/dl; kelompok III (dosis III): 1,56 ± 0,52 mg/dl; kelompok IV (kontrol pembanding): 0,96 ± 0,30 mg/dl; kelompok V (kontrol perlakuan): 3,16 ± 0,59 mg/dl; kelompok VI (kontrol normal): 0,88 ± 0,32 mg/dl. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7. B. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dipilih metode ekstraksi dekok. Hal ini karena air merupakan pelarut polar yang paling umum digunakan. Selain itu zat-zat yang diketahui mempunyai efek hipourisemia dalam akar kucing antara lain flavonoid dan tanin ( 11, 12 ) merupakan zat yang terlarut dalam larutan polar. Pada penetapan parameter nonspesifik ekstrak didapatkan rendeman yang bervariasi antara 20,0%-25,1% (Tabel 4). Rendeman yang didapat hampir sama dengan penelitian sebelumnya, yakni 20% ( 14 ). Hasil rendeman ini akan digunakan sebagai faktor konversi untuk menghitung dosis ekstrak yang digunakan pada uji khasiat. Kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan logam-logam dan silikat dalam ekstrak. Tinggi rendahnya kadar abu yang didapat dipengaruhi oleh tingginya kandungan mineral dalam tanaman( 35 ). Dalam penelitian ini, 36

didapatkan kadar abu yang tinggi yaitu 21,7154% sampai 21,9330%. Hal ini dapat terjadi akibat proses pencucian yang belum bersih. Kemungkinan masih ada debu atau sebagian tanah yang belum tercuci dari herba tanaman sehingga kadar logam dan mineralnya terlihat tinggi. untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam ekstrak. Dalam penelitian ini, susut pengeringan ekstrak herba akar kucing yang didapatkan hampir seragam, yaitu 15,2640%, 15,0617%, dan 15,2292% ( Tabel 5 ). Penetapan susut pengeringan dilakukan untuk menambah data parameter nonspesifik ekstrak yang digunakan. Dalam penentuan nilai LD 50, hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan yang sehat dengan umur dan berat badan yang relatif sama. Pemilihan hewan uji mencit jantan terkait dengan pemilihan hewan uji untuk uji khasiat yang hanya menggunakan tikus jantan. Selama percobaan, semua kelompok perlakuan dikondisikan dengan kondisi yang sama, seperti pemberian makanan standar, pemberian minuman, luas kandang, dan pencahayaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi faktor luar yang mempengaruhi hasil percobaan ( 40 ). Berdasarkan uji pendahuluan, konsentrasi ekstrak air herba Akar Kucing paling kental yang masih dapat disonde adalah 50 g/kg bb. Konsentrasi ini akan menjadi dosis tertinggi yang digunakan. Akan tetapi, setelah perlakuan, jumlah mencit yang mati pada dosis I lebih dari setengah jumlah mencit yang digunakan sehingga tidak dapat ditentukan nilai LD 50 nya. Akhirnya dosis tertinggi yang digunakan diturunkan menjadi ½ x dosis 37

tertinggi awal yakni 25 g/kg bb. Untuk dosis III, II dan I digunakan ½, ¼ dan 1/8 dari dosis tertinggi (Tabel 2 ) (Lampiran 5 ). Dari hasil penelitian, jumlah mencit yang mati pada jam ke-24 mulai dari dosis I sampai dosis IV adalah 0,0,5,5. Jumlah ini tidak mengalami perubahan pada jam ke-48. Berdasarkan tabel Weil, didapat nilai f = 0,5 dan nilai δf= 0 ( 19 ). Nilai ini dimasukkan dalam perhitungan sehingga didapat nilai LD 50 sebesar 8,1329 g/kg bb. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air herba akar kucing bersifat toksik ringan (Tabel 1). Dalam penelitian mengenai uji khasiat hipourisemia, digunakan hewan uji berupa tikus jantan yang sehat dengan umur dan berat badan yang relatif sama. Selama percobaan, berbagai kelompok perlakuan dikondisikan dengan kondisi yang sama, seperti pemberian makanan standar, pemberian minuman, luas kandang, dan pencahayaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi faktor luar yang mempengaruhi hasil percobaan ( 39 ). Sebelum percobaan dimulai, tikus jantan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu agar dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Kemudian tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu dosis I (kelompok I), dosis II (kelompok II), dosis III (kelompok III), kontrol pembanding (kelompok IV), kontrol perlakuan (kelompok V), dan kontrol normal (kelompok VI). Hanya tikus yang sehat yang dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok perlakuan tersebut. Beberapa ciri tikus sehat yaitu mata yang jernih, bulu bersih, tingkah laku normal, dan berat badan yang terus bertambah. Sedangkan yang tampak sakit ditandai dengan aktivitas yang 38

berkurang, lebih banyak diam, bulu-bulunya berdiri dan mata tidak jernih ( 39 ). Untuk mengetahui efikasi suatu obat, perlu dibuktikan dengan metode perbandingan terhadap kontrol. Kontrol normal dimaksudkan untuk mengetahui kadar asam urat normal pada keadaan normal. Kontrol perlakuan dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kadar asam urat dari keadaan normal (kontrol negatif). Kontrol pembanding dimaksudkan untuk mengetahui penurunan kadar asam urat yang dapat dilakukan oleh obat yang telah terbukti berkhasiat menurunkan hiperurisemia. Zat yang digunakan untuk menginduksi hiperurisemia pada tikus normal adalah kalium oksonat. Kalium oksonat merupakan inhibitor urikase yang kuat dan umum digunakan dalam penelitian dengan model hewan coba tikus, kelinci, anjing, mencit, dan babi agar mengalami hiperurisemia ( 30, 31 ). Kalium oksonat bersifat inhibitor kompetitif dengan asam urat pada sisi aktif enzim urikase. Sehingga asam urat tidak diubah menjadi alantoin pada tikus. Akibatnya kadar asam urat pada tikus akan meningkat. Peningkatan kadar asam urat ini akan maksimal pada jam ke-2 setelah pemberian kalium oksonat dan setelah itu kadar asam urat pada tikus akan terus menurun sampai kembali normal pada jam ke-24. Obat yang digunakan sebagai pembanding pada kelompok kontrol pembanding adalah alopurinol. Alopurinol merupakan obat yang umum digunakan sebagai urikostatik dengan mekanisme inhibisi kompetitif. Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah 39

hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Obat ini dapat menurunkan hiperurisemia secara bermakna pada dosis 200 mg ( 29 ). Dosis sediaan yang diberikan kepada hewan percobaan dihitung berdasarkan penggunaan empiris, yaitu 9-15 g per hari. Dosis tersebut dikonversi ke dalam dosis untuk tikus dan dikalikan dengan faktor farmakokinetik. Pengujian khasiat herba akar kucing ini dilakukan dengan tiga variasi dosis pada tiga kelompok uji yakni 1,35 g/200 g bb/hari, 2,7 g/200 g bb/hari, dan 5,4 g/200 g bb/hari (lampiran 4). Tujuan pemberian herba akar kucing diberikan dalam berbagai dosis adalah untuk mengetahui hubungan efek obat dengan besarnya dosis. Herba akar kucing yang digunakan dikonversi terlebih dahulu berdasarkan rendeman yang didapat dari ekstraksi. Larutan uji dibuat dengan menggunakan pelarut CMC 0,5% karena ekstraknya lebih stabil (tidak mudah mengendap) dibandingkan dengan pelarut air sehingga larutannya lebih homogen. Pemberian larutan uji dilakukan secara oral. Selain itu, pemberian dosis dihitung berdasarkan berat badan. Oleh karena itu, dilakukan penimbangan berat badan hewan selama perlakuan. Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan metode kolorimetri enzimatik dengan menggunkana reagen kit. Perhitungan kadar asam urat dilakukan dengan membandingkan serapan sampel dengan serapan standar asam urat yang tersedia dalam reagen kit. Pada pengukuran dengan metode kororimetri enzimatik, tidak dilakukan pembuatan kurva kalibrasi karena komponen utama yang berperan dalam pengukuran asam urat adalah enzim 40

urikase dan peroksidase. Enzim ini hanya dapat bekerja pada cairan buffer yang tersedia dalam reagen kit yang mempunyai nilai ph mendekati nilai ph darah (ph 7,4). Reagen yang digunakan untuk pengukuran hanya dapat digunakan sampai menit ke-30 setelah pembuatan reagen ( 34 ). Data hasil percobaan berupa kadar asam urat secara statistik. Awalnya dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan varian untuk menentukan metode statistik yang digunakan. Jika distribusi normal dan memiliki kesamaan varian, maka digunakan metode anova satu arah. Metode anova satu arah adalah metode analisis varian satu arah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna untuk lebih dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan ( 40 ). Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak herba akar kucing dilakukan perbandingan hasil percobaan antara kelompok I, II, dan III (kelompok dosis) dengan kelompok kontrol. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna (α<0,05) kadar asam urat plasma rata-rata antara kelompok II, III dengan kelompok VI (kontrol normal), kelompok IV (kontrol pembanding) dan kelompok V (kontrol perlakuan). Sedang untuk kelompok I dengan kelompok V menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dan ada perbedaan bermakna dengan kelompok IV maupun kelompok V. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air herba akar kucing dengan dosis 1,35 g/200 g bb belum dapat menurunkan kadar asam urat plasma secara bermakna, tetapi dosis 2,7 g/200 g bb dan 5,4 g/200 g bb per hari memiliki efek menurunkan kadar asam urat plasma secara bermakna. 41

Data-data yang diperoleh memiliki standar deviasi standar yang besar, sehingga beberapa data seperti data kadar asam urat plasma kelompok I, walaupun berbeda cukup jauh, namun tidak memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok V. Hal ini mungkin terjadi karena variasi biologis yang ada dalam hewan uji. Beberapa faktor tersebut tidak dapat dikondisikan sepenuhnya sehingga memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian. Efektifitas penurunan asam urat rata-rata kelompok perlakuan III (dosis tertinggi) hanya memiliki efektivitas penurunan 70,46%. Cukup berbeda dibandingkan dengan efektivitas penurunan asam urat rata-rata alopurinol sebesar 98,18%. Hal ini menunjukkan besarnya peran herba akar kucing dalam penurunan kadar asam urat rata-rata plasma bila digunakan dalam campuran bersama herba yang lain. 42