BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpikir, makhluk yang instability (Subadi, 2008: 83). Manusia sebagai makhluk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DAN DEMOKRASI PADA PERTEMUAN RUTIN WARGA (Studi Kasus di Dukuh Morodipan Desa Gonilan, Kartasura)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara optimal dalam pendidikan. Menurut Setiawan (2011:356), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DESA KLARI KECAMATAN KLARI KABUPATEN KARAWANG NOMOR. TAHUN Tentang : LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, makhluk yang berpikir, makhluk yang instability (Subadi, 2008: 83). Manusia sebagai makhluk individu tidak pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu terjadi perubahan baik kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Perubahan setiap orang tidak sama, baik waktu, kecepatan maupun polanya. Perkembangan orang sangat tergantung pada kemampuan bawaan, lingkungan dan aktivitas yang dijalaninya. Oleh karena itu setiap individu berbeda. Semakin bertambahnya usia perbedaan itu semakin bertambah. Orang tua jauh lebih kompleks dibanding dengan masa anak-anak, bahkan mereka berbeda satu dari lainnya (Suwarno dkk., 2008: 2-3). Manusia sebagai makhluk sosial sejak lahir sampai dengan kematiannya, tidak pernah hidup sendiri tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial yang berbeda-beda satu sama lain (Widjaja, 1986: 89). Dapat dikatakan manusia tidak terlepas dari lingkungan masyarakat di mana dia hidup bersama dan berinteraksi dengan individu yang lain. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial (Subadi, 2008: 83). Kebutuhan itu dapat dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan materi maupun nonmateri dalam memenuhi kehidupannya di masyarakat. 1

2 Masyarakat merupakan bagian dari integrasi yang menghubungkan individu dengan individu lainnya (Abdulsyani, 2002: 38). Masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tentunya berbeda-beda baik di tingkat desa maupun kota. Masyarakat desa kebersamaannya sangat erat, sedangkan masyarakat kota lebih mengutamakan kepentingan individualnya daripada kepentingan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan di masyarakat. Dalam masyarakat desa, misalnya ada kegiatan sambatan membangun rumah, gotong royong dalam upacara kematian, menanam padi bersama di ladang, bantumembantu dalam upacara perkawinan dan sebagainya, sedangkan dalam masyarakat kota sering mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan kesuksesan hidup, misalnya kegiatan entrepreneurship (Abdulsyani, 2002: 106). Setiap kegiatan ini memiliki nilai-nilai positif dalam pelaksanaannya, baik nilai moral, kekeluargaan, sosial, politik, estetika, pendidikan, persatuan, maupun demokrasi. Dengan adanya kegiatan-kegiatan di masyarakat maka dapat membantu mereka untuk lebih terintegrasi dalam suatu kelompok sosial. Secara sosiologis istilah kelompok diartikan sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, sehingga dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama (Abdulsyani, 2002: 98). Dalam kelompok sosial, ada kelompok yang berstruktur dan kelompok yang tidak berstrukur (kolektivitas). Kelompok yang berstruktur yaitu kelompok yang mempunyai rencana kerja dan kepengurusan, sedangkan kelompok yang tidak terstrukur yaitu kelompok yang hanya sekedar berkumpul tanpa memiliki kepengurusan (Abdulsyani, 2002: 102). Dalam kelompok sosial yang berstruktur, ada sebuah rencana

3 kerja atau rencana kegiatan yang akan dilakukan di masyarakat. Rencana kerja atau rencana kegiatan yang sering diadakan kelompok sosial, yaitu kumpul tani, arisan, pertemuan rutin, pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), perlombaan untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan, pawai obor, senam pagi, kerja bakti, dan sebagainya. Pertemuan rutin salah satu kegiatan yang dapat menjadi sarana ukhuwah (pemersatu) kerukunan tetangga (http://pelangiberita.blogspot.com). Dalam sebuah organisasi, sebuah pertemuan sangat penting karena dapat membantu memecahkan masalah, menggali potensi, sebagai media pertanggungjawaban atau laporan pengurus dan sebagai media pengambilan keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Beng, 2005). Bentuk-bentuk pertemuan ada bermacammacam, antara lain sidang, forum, kongres, konferensi, diskusi panel, caucus, seminar, musyawarah, simposium, workshop, diskusi, dan lobbying (Pramudi, 2008). Pertemuan yang sering dilakukan masyarakat kecil yaitu musyawarah. Musyawarah adalah pertemuan yang dilakukan untuk mencapai suatu kepentingan atau kesepakatan bersama (Rianto, 2010). Pertemuan yang berwujud musyawarah dapat dilakukan secara rutin oleh organisasi-organisasi masyarakat. Kegiatan pertemuan rutin merupakan kegiatan yang penting karena dapat membantu menyelesaikan masalah, menggali potensi, sebagai media pertanggungjawaban/ laporan pengurus dan sekaligus sebagai media pengambilan berbagai keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Tujuan dari diadakannya pertemuan yaitu untuk membahas dan menyelesaikan suatu topik permasalahan atau dalam rangka untuk mengambil keputusan atau menghasilkan kesepakatan

4 dan juga dalam rangka merumuskan kebijakan atau untuk menyusun rencana kerja (Beng, 2005). Pentingnya pertemuan dalam sebuah kelompok sosial salah satunya dapat dilihat pada penelitian mengenai pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua dan masyarakat di dalam Ikatan Orang tua Murid (IOM), pada pertemuan ini teridentifikasi harapan, keinginan, kebutuhan, maupun potensi-potensi bersama dan kesepakatan-kesepakatan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat untuk mendukung program sekolah dalam rangka MBS (Sundari, 2001: 30). Penelitian lain menemukan adanya bentuk solidaritas serta faktor penguat solidaritas yang dihasilkan dari penelitian mengenai solidaritas anak jalanan. Solidaritas anak jalanan terbentuk karena adanya kegiatan yang diadakan oleh penduduk Wonokromo Wetan yang melibatkan anak jalanan, sehingga setempat, termasuk sesama anak jalanan, menjadi guyub, rukun, juga seringnya berkumpul menyebabkan rasa kesetiakawanan yang erat. Disamping itu faktor penguat ikatan solidaritas anak jalanan adalah kondisi dan nasib yang sama, serta seringnya mendapat perlakuan yang keras (Mahfudhoh, 2009). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada kegiatan pertemuan rutin penduduk Dukuh Morodipan RT.03 RW.01, Desa Gonilan, Kartasura, tanggal 7 Januari 2012, dengan acara inti, laporan keuangan, dan arisan, memperlihatkan adanya solidaritas warga sangat erat, hal ini juga dapat dilihat dari kebersamaan warga dalam menghadiri kegiatan tersebut. Munculnya usulan dari peserta mencerminkan kehidupan demokrasi.

5 Di dalam kurikulum PKn terkandung makna sosialisasi, diseminasi, dan aktualisasi konsep, sistem, budaya, serta praktik demokrasi dan keadaban. Penerapan kurikulum PKn tersebut dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan tradisi demokrasi yang harus diajarkan, disosialisasikan, dan diaktualisasikan kepada generasi muda dan masyarakat (Chamim dkk., 2006: XV-XVI). Dengan demikian keterkaitan tema penelitian ini dengan PKn adalah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai persatuan dan demokrasi dalam keseharian masyarakat. Kegiatan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pertemuan rutin warga tepatnya di Dukuh Morodipan RT.03 RW.01 Gonilan, Kartasura. Pertemuan rutin warga tersebut dilakukan secara rutin setiap 1 bulan sekali dan tempatnya bergiliran di rumah warga. Dalam pertemuan rutin ini, juga melibatkan penghuni kos yang berada di Dukuh Morodipan RT.03 RW.01 Gonilan, dengan maksud agar berpartisipasi hingga paham akan permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian Implementasi Nilai Persatuan dan Demokrasi pada Pertemuan Rutin Warga (Studi Kasus di Dukuh Morodipan RT.03 RW.01 Desa Gonilan, Kartasura). B. Perumusan Masalah Setiap mengadakan penelitian tentunya harus ada perumusan masalah. Perumusan ini mempermudah penulis dalam meneliti masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

6 1. Bagaimana implementasi nilai persatuan pada pertemuan rutin warga Morodipan RT.03 RW.01 Desa Gonilan, Kartasura? 2. Bagaimana implementasi nilai demokrasi pada pertemuan rutin warga Morodipan RT.03 RW.01 Desa Gonilan, Kartasura? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan implementasi nilai persatuan pada pertemuan rutin warga Morodipan RT.03 RW.01 Desa Gonilan, Kartasura. 2. Untuk mendeskripsikan implementasi nilai demokrasi pada pertemuan rutin warga Morodipan RT.03 RW.01 Desa Gonilan, Kartasura. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, masing-masing sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khazanah teori mengenai nilai-nilai persatuan dan demokrasi sebagai realitas yang dimiliki bangsa Indonesia. b. Pengembangan konsep mengenai implementasi nilai-nilai persatuan dan demokrasi yang berkembang di masyarakat. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.

7 2. Manfaat Praktis a. Masyarakat diharapkan lebih paham mengenai nilai-nilai persatuan dan demokrasi yang dimiliki. b. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya rasa persatuan dan demokrasi di lingkungan masyarakat. c. Masyarakat dapat mengimplementasikan nilai-nilai persatuan dan demokrasi di dalam kehidupannya. d. Untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai persatuan dan demokrasi dalam keseharian masyarakat yang selaras dengan visi misi PKn. E. Daftar Istilah Istilah menjabarkan kata atau gabungan kata yang mengungkapkan konsep atau makna dari judul, yaitu sebagai berikut: 1. Nilai. Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia (Budiyono, 2007: 70). 2. Nilai persatuan. Produk legislasi yang menempatkan persatuan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun golongan (Surono dan Huda (Ed.). 2011: 135). 3. Nilai Demokrasi. Nilai demokrasi merupakan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan demokratis (Chamim dkk., 2006: 39).

8 4. Pertemuan rutin warga. Kegiatan pertemuan merupakan kegiatan yang dapat membantu menyelesaikan masalah, menggali potensi, sebagai media pertanggungjawaban/laporan pengurus dan sekaligus sebagai media pengambilan berbagai keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Beng, 2005).