BAB I PENDAHULUAN. political competition and struggles, in which the media, as institution, take a. position (Kahan, 1999: 22).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

Pijar-Pijar Gagasan Soekarno

PERKEMBANGAN HUKUM MEDIA DI INDONESIA. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis berarti negara atau kota dan teta berarti urusan.

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

Komunisme dan Pan-Islamisme

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh

HUKUM & ETIKA PENYIARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENDAHULUAN. Merdeka Online (Pratomo dan Firdaus, 2014) mencatat sebuah fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hal

BAB I PENDAHULUAN. Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-nya. Dan

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946,

BAB I PENDAHULUAN. surat kabar telah ada sejak ditemukannya mesin cetak di Jerman oleh Johann Gutenberg pada

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

Latihan Soal UM Unair 2015 IPS MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti

Sosialisme Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena pergantian sistem pemerintahan yang terbilang singkat. Tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral?

A. Pengertian Orde Lama

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Perjuangan Soewardi Soerjaningrat dalam bidang pers tahun

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

Gerwani dan Tragedi 1965

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

Tanggapan Generasi Muda Etnis Tionghoa terhadap Implementasi Strategi Kampanye Calon Legislatif dari Etnis Tionghoa dalam Pemilu 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah These approaches and almost all the specific literature on media and politics have in common a view of the media as refelction of the society s political competition and struggles, in which the media, as institution, take a position (Kahan, 1999: 22). Pendekatan ini dan hampir semua literatur mengenai media dan politik memiliki persamaan cara pandang di mana media dilihat sebagai refleksi dari kompetisi dan pergulatan politik yang terjadi di masyarakat, mengambil sebuah posisi. Pernyataan Kahan tersebut setidaknya cocok untuk Indonesia. Dalam setiap pergulatan politik di Indonesia, pers akan mengambil sebuah posisi. Pers akan berpihak ke satu pihak dan mengritik pihak lainnya. Hal ini dapat dilihat sebelum negara Indonesia berdiri hingga saat ini. Pada awal abad ke-20, pers di Indonesia berada dalam masa pers perjuangan. Pada masa ini, pers jelas-jelas memihak dan membela nasih rakyat dan bangsanya, Indonesia, dalam menentang penjajahan Belanda. Sikap memihak ini ditunjukkan secara jelas dalam berita-berita yang ditulis. Sikap ini tidak hanya 1

diperlihatkan oleh satu dua surat kabar atau majalah, melainkan diperlihatkan oleh hampir semua surat kabar dan majalah. Sikap ini awalnya dimiliki oleh pers pribumi, pers yang diusahakan oleh orang Indonesia, seperti Medan Prijaji, Bintang Timur, dan kantor berita Antara. Medan Prijaji yang dipimpin Tirtohadisoerjo merupakan salah satu pelopor pers perjuangan di Indonesia. Dalam tulisan di surat kabarnya, Tirtohadisoerjo selalu membela rakyat Indonesia yang tertindas oleh Belanda. Bintang Timur dipimpin oleh Parada Harahap yang juga bertujuan untuk membela kepentingan bangsa Indonesia. Kantor berita Antara juga memperlihatkan keberpihakannya pada Indonesia dengan mengeluarkan berita-berita yang sejiwa dengan usaha pergerakan dalam membela kepentingan rakyat Indonesia. Salah satu pemimpin Antara adalah Adam Malik. Sedangkan pers Melayu Tionghoa pada awalnya lebih banyak masalah nasionalisme kepada Tiongkok. Perniagaan menyokong kaum kolot Tiongkok dan memusuhi Sin Po yang mendukung kaum revolusioner Tiongkok yang diwakili oleh Dr. Sun Yat Sen (Surjomihardjo, 2002: 58-59). Dalam pemberitaannya, Perniagaan akan berpihak pada kaum kolot Tiongkok daripada berpihak pada kaum revolusioner. Baru pada tahun 1930-an, muncul Sin Tit Po yang berpihak pada nasionalis ke Indonesia di kalangan orang Tionghoa peranakan (Maters, 2003: 257). Keng Po pada awalnya berpihak pada nasionalis Tiongkok dan kemudian mulai berpihak pada nasionalis Indonesia. Pers berpihak pada setiap yang dilakukan Soeharto untuk menumpas komunis setelah peristiwa G30S dan mengritik Partai Komunis Indonesia (PKI) yang 2

dituduh menjadi pelaku, seperti yang dilakukan Berita Yudha. Dan sepanjang Orde Baru, pers dipaksa untuk berpihak pada pemerintah. Pemerintah mendesak pers untuk menjadi mitra dalam percepatan pembangunan, yang artinya mendukung pemerintah dan menghindari perdebatan politik (Hill, 2001: 63). Jika tidak berpihak, maka pers harus siap menerima sanksi. Setelah runtuhnya Orde Baru, keadaan berbeda. Isi berita mulai dikendalikan oleh pemilik media karena munculnya konsentrasi kepemilikan media. Hampir semua perusahaan pers adalah korporasi komersial dengan fungsi utama menciptakan keuntungan bagi pemilik atau pemegang saham (Suranto dan Haryanto, 2007: 3). Dampaknya, pers berpihak pada kepentingan pemilik media, contohnya Media Indonesia. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) juga pernah melakukan analisis isi dari pemberitaan Media Indonesia selama pemilu 2004 (Keller, 2009: 69). Hasilnya, Media Indonesia memang digunakan sebagai alat kampanye pemilu untuk mendukung pemiliknya, Surya Paloh. Hal ini berarti, Media Indonesia akan berpihak pada Surya Paloh dalam setiap pemberitaannya. Keberpihakan, terutama dalam kegiatan yang berbau politik, memang menjadi fenomena dalam dunia pers. Wimar Witoelar, kolumnis dan komentator televisi di berbagai media lokal maupun internasional, juru bicara Abdurrahman Wahid semasa jadi presiden, pernah bertanya pada Atmakusumah Astraatmadja, orang yang telah malang melintang di dunia pers sejak tahun 1950-an, dalam acara Perspektif Baru, Bagaimana mestinya sikap pers, netral atau berpihak? Maksudnya punya sikap demokrasi pun sebenarnya, kan, berpihak? 3

Atmakusumah menjawab, Sebenarnya pers sulit diminta untuk netral. Karena itu, kita lebih suka mengatakan kalau pers sebaiknya independen. Artinya, independen kan bisa berpihak. Tetapi berpihak kepada apa? Kepada demokrasi dan modernisasinya. (Atmakusumah, 2009: 118) Di lain kesempatan, Atmakusumah mengatakan dalam website Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), independen berarti tidak berpihak kepada salah satu pihak karena suka atau tidak suka. Independen dapat berpihak, tetapi hanya berdasarkan pertimbangan profesional, yaitu pertimbangan adanya kandungan kepentingan umum. Dalam LPDS, Atmakusumah melanjutkan, bila dirasakan seolah-olah media kita berpihak kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait pemberitaan KPK dan Polri, penyebab utamanya ialah karena arus informasi dan pendapat dari masyarakat umum, lebih mengarah kepada simpati terhadap KPK. Sepanjang hidup Republik Indonesia, salah satu perdebatan politik yang cukup besar adalah bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan pihak Belanda pada masa awal kemerdekaan. Ada dua kubu besar, pihak pemerintah yang dipimpin Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri menginginkan jalan berunding dan pihak oposisi yang menginginkan jalan perang. Akibatnya terjadi konflik internal di Indonesia sendiri. Tetapi, sebagian besar kaum Tionghoa di Indonesia tidak terlalu memperlihatkan keberpihakannya, kalau tidak mau dikatakan netral, dalam masalah ini. Mereka serba salah. Membela Indonesia dikatakan oportunis, membela Belanda dikatakan subversif. Bahkan ketika berada dalam posisi netral, 4

mereka tetap dikatakan sebagai oportunis (Coppel, 1983: 25. Hanya sebagian kecil yang ikut serta dalam perdebatan politik, salah satunya adalah pers Melayu-Tionghoa. Berbagai surat kabar dan majalah Melayu-Tionghoa turut aktif dalam perdebatan-perdebatan politik melalui media massa mereka. Salah satu surat kabar yang aktif dalam perdebatan tersebut adalah Keng Po, dipimpin oleh Injo Beng Goat. Pemerintah sendiri telah memulai perundingan dengan pihak Belanda. Perundingan pertama yang berhasil menjadi sebuah perjanjian adalah perundingan yang dilakukan di Linggardjati, kelak dinamakan Perjanjian Linggardjati. Babak awal perundingan dimulai sejak tanggal 7 Oktober 1946 dan baru ditandatangani tanggal 25 Maret 1947. Sedangkan pihak oposisi hanya melihat peperangan sebagai satu-satunya jalan keluar yang bisa membawa Indonesia merdeka 100% dan tidak ada gunanya berunding dengan Belanda. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, ada dua rumusan masalah yang akan diteliti dan dicari jawabannya: 1. Bagaimana Keng Po memperlihatkan keberpihakannya pada jalan perundingan? 2. Apakah alasan Keng Po berpihak dalam pemberitaannya pada Perjanjian Linggardjati? 5

2.3 Tujuan Penelitian Pertanyaan bagaimana dan apakah diajukan untuk melihat gambaran yang jelas mengenai keberpihakan Keng Po terhadap Perjanjian Linggardjati. Melalui penelitian ini, penulis akan mengetahui bagaimana cara Keng Po menunjukan keberpihakannya dan apakah alasan Keng Po berpihak pada Perjanjian Linggardjari. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Signifikansi akademis Penelitian ini akan menguatkan beberapa konsep mengenai dunia pers yang telah ada sebelumnya. Salah satunya adalah konsep komunikasi politik. Dalam konsep ini, pers berada di antara pembawa pesan politik dan penerima pesan politik. Sebagai pihak yang berfungsi sebagai perantara dan juga sebagai sebuah institusi, pers tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memasukkan pendapat-pendapatnya dalam berita yang diinformasikan. Dengan dimasukkannya pendapat, maka dalam pemberitaannya akan terlihat dia mendukung atau tidak mendukung sesuatu. Dengan dimasukkannya pendapat dalam berita, maka muncul keberpihakan pers akan sesuatu. 6

2. Signifikansi praktis Pertama, terlihat dalam pembahasan di latar belakang masalah, fenomena keberpihakan media yang terjadi pada saat ini sebenarnya sudah terjadi sejak dulu. Dengan belajar kembali ke masa lalu, bisa menjadi cerminan bagi masyarakat pers untuk belajar. Mana yang bisa dicontoh dan mana yang jangan dicontoh. Penelitian ini akan berbicara mengenai keberpihakan media pada zaman awal kemerdekaan, jika membandingkan dengan pers sekarang, apakah keberpihakannya sama atau berbeda. Penelitian ini diharapkan menjadi landasan bagi pembaca jika ingin membandingkan keadaan pada masa dulu dan sekarang untuk kepentingan masa depan. Kedua, disadari atau tidak, keberadaan pers Melayu-Tionghoa sudah mulai dilupakan masyarakat. Banyak yang tidak mengetahui keberadaan pers Melayu-Tionghoa, terutama Keng Po, padahal ketika dibredel, Keng Po merupakan harian terbesar di Indonesia dengan oplah 70.000 eksemplar (Suryadinata, 1990: 147). Melalui penelitian ini, peneliti berharap bisa memberikan pengetahuan baru mengenai keberadaan pers Melayu-Tionghoa, khususnya Keng Po kepada masyarakat. 7

1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab pertama akan membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua akan membahas mengenai teori dan konsep yang dijadikan landasan dasar dari dilakukannya penelitian ini. Bab ketiga akan menjelaskan lebih mendalam mengenai metode sejarah yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis permasalahan yang ada. Bab keempat akan berisi analisis permasalahan yang ada, yaitu penjelasan mengenai Perjanjian Linggardjati, pemikiran-pemikiran di balik orang yang memilih jalan berunding dan jalan berperang, keadaan dan pemikiran masyarakat Tionghoa pada saat itu, keadaan pers selama masa revolusi fisik, dan teks berita Keng Po itu sendiri. Bagaimana keempat hal tersebut dipadukan dan pada akhirnya akan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang akan disampaikan pada bab lima, yaitu bagian simpulan. Selain itu, pada bab lima juga penulis akan memberikan saran yang berguna untuk penelitian dengan tema yang hanpir serupa ke depannya. 8