BAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi seperti pedang bermata dua, selain membantu kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

INDONESIAKU 9/17/2013 NEGERI SURGA YANG TER DI MUKA BUMI

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Sebagai salah satu unsur dari suatu organisasi, manusia tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. dan bertaqwa, bersikap mulia dan berpengetahuan yang sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menghendaki agar peserta didik dapat berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

BAB I PENDAHULUAN. dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi komposisi, struktur, dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan kehidupan, hal tersebut

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

I. PENDAHULUAN. tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini tantangan persaingan diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kompleksnya tingkat berpikir siswa,

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan mutu pendidikan dapat diukur dengan melihat keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad informasi. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang

Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2005

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan yang terjadi pada setiap aspek pendidikan. Penyempurnaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era informasi saat ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal eksistensi di dunia global dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Budiningsih (2005) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan kunci dari sebuah bangsa untuk maju, membangun dan memperbaiki keadaan mayarakat dan dunia. Menurut Sanaky (2008) berbicara soal pendidikan adalah bicara soal kualitas kehidupan pelajar atau soal kualitas sumberdaya manusia (SDM). Hal ini yang akan menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi bangsa Indonesia untuk ikut bergulir sejajar dengan bangsa lain. Selama ini praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran di Indonesia diwarnai oleh landasan teoritik dan konseptual yang tidak akurat sehingga banyak pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghapal saja. Menurut Herdiana (2007) berbekal hafalan tidak membuat bertambahnya suatu kecerdasan maupun bertambahnya kedewasaan seseorang. Hal ini membuat rendahnya kualitas SDM pendidikan di Indonesia. Padahal pendidikan sebagai investasi modal jangka panjang harus mampu membekali pelajar untuk menghadapi kehidupan masa depannya.

Laporan United Nations Development Program (UNDP) tahun 2004 dan 2005, menyatakan bahwa Indeks pembangunan manusia di Indonesia ternyata tetap buruk. Tahun 2004 Indonesia menempati urutan ke-111 dari 175 negara. Tahun 2005 IPM Indonesia berada pada urutan ke 110 dari 177 negara. Posisi tersebut tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Berdasarkan IPM 2004, Indonesia menempati posisi di bawah negara-negara miskin seperti Kirgistan (110), Equatorial Guinea (109) dan Algeria (108). Bahkan jika dibandingkan dengan IPM negara-negara di ASEAN seperti Singapura (25), Brunei Darussalam (33) Malaysia ( 58), Thailand (76), dan Filipina (83). Indonesia hanya satu tingkat di atas Vietnam (112) dan lebih baik dari Kamboja (130), Myanmar (132) dan Laos (135). Masalah lain yang dihadapi bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia masih bersifat tambal sulam, mulai dari kebijakan kurikulum, manajemen, sistem pembelajaran, tuntutan kualitas guru, tuntutan fasilitas dan dana pendidikan, kurang memiliki prioritas yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong pada tahun 2001, dinyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei. Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina, serta Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12, setingkat di bawah Vietnam. (Handayani, 2008) Data di atas merupakan beberapa indikator yang menunjukkan betapa sistem pendidikan nasional kita saat ini tengah didera oleh berbagai

problematika. Pada akhirnya penyelenggaraan pendidikan tidak dapat memberikan penyelesaian terhadap permasalahan pembentukan karakter insan yang berakhlak mulia, pembentukan keterampilan hidup, penguasaan IPTEK untuk peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat, serta memecahkan berbagai problematika kehidupan lainnya. Salah satu usaha pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan adalah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Trianto (2007) KTSP sebagai hasil pembaruan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), menghendaki suatu pembelajaran yang tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hapalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. IPA yang merupakan salah satu pengetahuan, khususnya fakta atau prinsip yang diperoleh melalui kajian sistematik. Dalam pembelajarannya perlu lebih ditekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas saintis, dengan metode pembelajaran yang mengarah untuk menggali proses-proses berpikir dalam IPA. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Untuk kepentingan pribadi, sosial, ekonomi dan lingkungan, siswa

perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar menjadi peserta aktif dalam masyarakat. Kimia merupakan suatu ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting di antara ilmu-ilmu lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena makro. Di samping itu, ilmu kimia memberikan konstribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kesehatan, dan perikanan serta teknologi. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus, yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran kimia dilakukan seperti bagaimana kimia itu ditemukan dan pembelajaran kimia dilaksanakan melalui sebuah proses yang berbasis pada penyelidikan (Trihastuti, 2008). Belajar sebagai sebuah proses atau keterampilan proses lebih ditekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran dipelajari dan diorganisir secara tepat. Belajar proses tidak dapat dipertentangkan dengan belajar konsep sehingga belajar proses tidak mungkin terjadi bila tidak ada materi atau konsep yang dipelajari. Sebaliknya belajar konsep tidak mungkin tanpa

keterampilan siswa. Oleh karena itu belajar proses tidak hanya berorientasi keterampilan, tetapi juga mengarah pada penguasaan sejumlah konsep, teori, prinsip dan fakta ketika proses belajar berlangsung. Selain peranan pemerintah, guru juga mempunyai peranan dalam mengatasi permasalahan pendidikan. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional (Fathurrohman, 2007). Oleh karena itu berbagai strategi digunakan pengajar untuk mencapai tujuan dan hasil dari pembelajaran agar lebih baik. Salah satunya dengan menerapkan berbagai model, metode dan pendekatan yang sesuai dengan proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif. Budiningsih (2005) mengungkapkan bahwa pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan menghasilkan keteraturan, ketertiban, ketaatan dan kepastian. Pembentukan ini dilakukan dengan kebijakan penyeragaman pada berbagai hal di sekolah. Paradigma pendidikan yang mengagungkan keseragaman ternyata telah berhasil membelajarkan anak-anak untuk mengabaikan keragaman/perbedaan. Padahal Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku dan budaya. Menurut Trianto (2007) dengan pembelajaran kooperatif akan memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi, untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan

melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai perbedaaan satu sama lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasution (2006), terbukti bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran sains dengan pembelajaran kooperatif mencapai hasil belajar sains yang lebih tinggi. Menurut Mulyadiana (2000) penerapan model pembelajaran kooperatif secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi. Komunikasi adalah proses yang tidak hanya digunakan dalam sains, tetapi juga digunakan didalam seluruh kegiatan manusia. Dengan keterampilan berkomunikasi seseorang dapat mengungkapkan gagasan, temuan, bahkan perasaannya terhadap orang lain. Sardiman (2006) mengungkapkan bahwa komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan masyarakat akan senantiasa bersumber dari kegiatan komunikasi dan interaksi dalam hubungannya dengan pihak lain dan kelompok. Dalam pembelajaran, kemampuan komunikasi merupakan bagian dari keterampilan proses, oleh karena itu sangat penting untuk dikembangkan. Salah satu tujuan pembelajaran IPA khususnya mata pelajaran kimia adalah menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006). Keterampilan berkomunikasi menjadi sangat penting karena berkomunikasi membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan

suatu gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Komunikasi memungkinkan seseorang untuk memperoleh informasi atau gagasan yang dapat membantu memahami sesuatu dengan baik (Rustaman, 1996). Seseorang akan menemui kegagalan apabila tidak dapat mengkomunikasikan gagasannya dengan baik terhadap orang lain. Seseorang sering kali juga tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya karena tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu dalam pendidikan sains siswa dilatih untuk dapat mengkomunikasikan hasil-hasil percobaannya secara sistematis dan jelas, baik dalam bentuk laporan, mendiskusikan dengan teman-temannya dan menggambarkan hasil-hasil pengamatannya dalam bentuk grafik, tabel atau diagram. Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang perlu dikembangkan untuk menghasilkan calon-calon ilmuwan pada masa yang akan datang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran kimia, adalah metode praktikum. Melalui metode ini diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses (khususnya keterampilan komunikasi) dan sikap ilmiah dari siswa (Assaat, 2008). Salah satu tujuan dari pembelajaran kimia di SMA/MA adalah memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Konsep ph merupakan salah satu materi kimia yang penting untuk dipahami, maka setelah memahami

konsepnya diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dapat digunakan untuk mengetahui pencemaran air berdasarkan ph-nya. Berdasarkan apa yang telah diuraikan, maka dilakukan penelitian tentang keterampilan komunikasi siswa SMA kelas XI pada materi konsep ph dengan pembelajaran kooperatif melalui metode praktikum. Diharapkan dengan menggunakan pembelajaran ini dapat membantu menggali kemampuan siswa dalam komunikasi, khususnya pada materi konsep ph. B. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana keterampilan komunikasi siswa SMA kelas XI dapat dikembangkan pada materi konsep ph melalui pembelajaran kooperatif dengan metode praktikum?. Selanjutnya masalah tersebut diuraikan kembali ke dalam rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mendiskusikan hasil percobaannya, pada pembelajaran materi konsep ph melalui pembelajaran kooperatif dengan metode praktikum? 2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam melaporkan data hasil percobaan dalam bentuk tabel pada materi konsep ph melalui pembelajaran kooperatif dengan metode praktikum? 3. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menyusun dan menyampaikan laporan, pada materi konsep ph melalui pembelajaran kooperatif dengan metode praktikum?

C. Pembatasan Masalah Mengingat materi konsep ph pada permasalahan cukup luas maka materi yang akan dijadikan bahan praktikum dibatasi pada aplikasi konsep ph pada pencemaran air. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pembelajaran aplikasi ph dalam pencemaran, dengan pembelajaran kooperatif melalui metode praktikum adalah untuk memperoleh informasi tentang keterampilan komunikasi siswa SMA berdasarkan indikator: 1. Kemampuan siswa dalam mendiskusikan hasil percobaannya. 2. Ketepatan siswa dalam melaporkan data hasil percobaan dalam bentuk tabel yang dikomunikasikan. 3. Kemampuan siswa dalam menyusun dan menyampaikan laporan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi 1. bagi guru kimia SMA mengenai keterampilan berkomunikasi, yang dapat dikembangkan dengan pembelajaran kooperatif melalui metode praktikum. 2. bagi siswa untuk membantu mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan pembelajaran kooperatif melalui metode praktikum.

3. bagi pengembang kurikulum dalam hal-hal pengembangan kurikulum, sehingga dapat menjadi alternatif solusi untuk masalah pembelajaran kimia di sekolah. 4. bagi peneliti lain yang mengkaji lebih lanjut tentang keterampilan komunikasi. F. Penjelasan Istilah 1. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan laporan, gagasan dan ide baik secara lisan maupun tulisan menggambarkan dan menyajikan hasil pengamatan secara visual dalam bentuk tabel, grafik atau bentuk visual (Mulyadiana, 2000). 2. Metode praktikum merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dengan melibatkan fisik dan mental dalam usahanya mengkonstruksi pengetahuan baru (Arifin, 2000). 3. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Nasution, 2006).