BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Laporan Kemajuan Proyek Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk mengetahui kemajuan pekerjaan proyek tersebut. Laporan kemajuan proyek dapat berupa laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan. 6.1.1 Laporan Harian Laporan harian adalah laporan yang mencatat kegiatan setiap hari pada lembar yang telah disediakan terhadap semua hal yang berkaitan dengan kegiatan proyek selama kegiatan berlangsung dalam suatu hari. Isi laporan harian Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon antara lain : Uraian pekerjaan pada hari itu. Hari, tanggal, dan nomor pekerjaan. Keadaan cuaca. Jenis tenaga kerja. Jenis material yang digunakan. Jenis peralatan yang digunakan. Waktu pelaksanaan pekerjaan. Catatan konsultan MK. Tanda tangan pengelola teknis kegiatan, konsultan MK, dan kontraktor pelaksana. VI 1
6.1.2 Laporan Mingguan Laporan Mingguan merupakan rekapitulasi dari laporan harian yang telah dibuat oleh kontraktor. Laporan mingguan pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon terdiri dari empat bagian yaitu laporan mingguan tenaga kerja dan cuaca, laporan mingguan material dan alat, laporan mingguan prestasi pekerjaan, laporan mingguan kegiatan. A. Laporan mingguan tenaga kerja dan cuaca berisikan : Nomor dan waktu pelaksanaan (minggu ke-...). Jenis tenaga kerja yang digunakan selama satu minggu. Keadaan cuaca selama satu minggu. Tanda tangan pengelola teknis kegiatan, konsultan MK, dan kontraktor pelaksana. B. Laporan mingguan material dan alat berisikan : Nomor dan waktu pelaksanaan (minggu ke-... ). Jenis material yang digunakan selama satu minggu. Jenis peralatan yang digunakan selama satu minggu. Jumlah material dan peralatan yang digunakan selama satu minggu. Tanda tangan pengelola teknis kegiatan, konsultan MK, dan kontraktor pelaksana. C. Laporan mingguan prestasi pekerjaan berisikan : Nomor dan waktu pelaksanaan (minggu ke-...). Uraian pekerjaan. Bobot pekerjaan. VI 2
Progres pekerjaan minggu lalu sampai minggu ini. Tanda tangan pengelola teknis kegiatan, konsultan MK, dan kontraktor pelaksana. D. Laporan mingguan kegiatan berisikan : Nomor dan waktu pelaksanaan (minggu ke-...). Kegiatan yang dilaksanakan minggu ini (lingkup pekerjaan). Tanda tangan pengelola teknis kegiatan, konsultan MK, dan kontraktor pelaksana. 6.1.3 Laporan Bulanan Laporan bulanan adalah laporan yang berisikan tentang kemajuan proyek selama satu bulan yang dibuat berdasarkan laporan harian dan laporan bulanan. Laporan bulanan pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon berisikan : Nomor dan waktu pelaksanaan (bulan ke-...). Data proyek. Administrasi proyek. Tinjauan waktu. Prestasi pekerjaan. Tenaga kerja. Cuaca. Kegiatan pekerjaan. Material yang terpakai. Permasalahan di lapangan. Kesimpulan dan saran. VI 3
Lampiran : laporan mingguan prestasi kerja, laporan mingguan kegiatan, laporan mingguan tenaga kerja dan cuaca, laporan mingguan material dan alat, risalah rapat dan arus surat. 6.2 Pengendalian Proyek Dari data tersebut di atas dapat tergambarkan suatu bangunan Gedung tinggi yang terletak di dalam kota. Kondisi lokasi pembangunan tersebut berada di wilayah gedung-gedung, rumah-rumah, baik apartement, pusat perbelanjaan maupun perumahan. Dari paparan sekilas tersebut dapat teridentifikasi berbagai kendala-kendala yang mungkin terjadi maka dilapangan dilakukan sebagai berikut: Tuntutan menjaga kebersihan sebelum maupun sesudah kerja, Tuntutan menjaga kebersihan jalan raya terutama disaat pekerjaan pondasi bangunan kantor, Tuntutan selalu mengikuti tahapan pekerjaan sesuai RKS dan peraturan yang berlaku, Tuntutan untuk selalu menjalankan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) di setiap tahapan pekerjaan, Tuntutan selalu menjaga keamanan dan ketenangan lingkungan, Tuntutan penyelesaian tepat waktu dengan durasi penyelesaian yang singkat. Berbagai kendala-kendala tersebut harus selalu disiasati sehingga tidak saling merugikan dengan cara selalu berkoordinasi dengan pihak terkait. Untuk mencapai suatu hasil kerja yang maksimal dan profesional dibutuhkan pengendalian dan monitoring dari setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan dilapangan. VI 4
Maksud dari pengendalian proyek adalah mengatur dan mengendalikan unsur -unsur vital dalam pelaksanaan sebuah proyek, unsur- unsur tersebut adalah a. Pengendalian mutu yang meliputi: 1. Pengendalian mutu bahan, 2. Pengendalian mutu peralatan, dan 3. Pengendalian tenaga kerja. b. Pengendalian waktu c. Pengendalian teknis d. Pengendalian biaya e. Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dalam sebuah proyek, pengendalian dan pengawasan tersebut harus selalu ada dan diutamakan, sebab menyangkut berhasil tidaknya proyek tersebut. Secara umum pengendalian tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Penentuan standar, yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaan dari segi kualitas dan ketepatan waktu. b. Pemeriksaan, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil pekerjaan. c. Perbandingan, yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah diketahui dan dicapai dengan rencana yang ditentukan. Dari perbandingan ini dapat diketahui apakah pelaksanaan proyek berjalan lancar atau mengalami keterlambatan. d. Tindakan korektif, yaitu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek. Bila ada kesalahan atau penyimpangan maka perlu dipikirkan pemecahannya dan pelaksanaan selanjutnya. VI 5
6.3 Pengendalian Mutu Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adalah pengendalian mutu bahan dan pengendalian mutu peralatan. Tujuan dari pengendalian mutu ini adalah agar kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Pengendalian mutu dilakukan terhadap bahan atau material struktur, peralatan kerja, pelaksanaan pekerjaan, dan hasil pekerjaan. Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pengawasan kualitas/mutu pekerjaan antara lain adalah sebagai berikut : a. Pengawasan dan pengukuran langsung dilapangan. b. Perhitungan sebagai fungsi kontrol. c. Melakukan pengujian dilapangan. Hasil pengawasan tersebut digunakan sebagai data dalam pembuatan laporan kemajuan proyek, serta hambatan yang timbul dalam suatu proyek. Dengan pengecekan dan pengawasan tersebut, diharapkan akan terwujud sistem pengendalian proyek yang terpadu, sehingga akan didapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan. 6.3.1 Pengendalian Mutu Bahan Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya didapat dari bahan yang memenuhi standar yang ditetapkan. Untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi ada beberapa standar acuan, diantaranya yaitu : Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( NI.2-1971 ) Peraturan Semen Portland Indonesia ( NI.8-1972 ) VI 6
Peraturan Perencanaan Baja Indonesia 1984 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982, NI-3 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5 Pengendalian mutu bahan di lapangan dilakukan dengan cara pengawasan langsung dan tes bahan. Adapun bahan yang diuji pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon di Bekasi ini antara lain: a. Beton 1) Slump Test Pengujian slump test ini menggunakan tata cara metode SNI 1972:2008 tentang cara uji slump beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton/kekentalan beton yang berhubungan dengan mutu beton. Dalam Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon untuk pengecoran balok ini, nilai slump yang dipakai yaitu 12 ± 2 cm dengan penambahan integral water proofing. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut abrams. Gambar 6. 1 Slum Test VI 7
2) Tes Uji Kuat Tekan (Compression Test / Crushing Test) Tes uji kuat tekan ini menggunakan metode berdasarkan SNI 03-1974- 1990 mengenai metode pengujian kuat tekan beton yang bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Gambar 6. 2 Silinder Cetak Beton b. Tulangan (Besi Beton) Pemeriksaan tulangan dimaksudkan untuk mengetahui mutu tulangan yang dipakai. Tulangan diambil sampel pada tiap jenis diameter tulangan sepanjang 1 meter. Setiap 1 meter besi mewakili 100 ton material besi yang datang. Sampel tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kuat tarik dan lengkung statis baja. VI 8
Gambar 6. 3 Hasil Pengujian Kuat Tarik Statis Tulangan Lengkung c. Semen Ready mix menggunakan semen tipe 1 sesuai dengan pengunaannya yaitu tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% 0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain. VI 9
d. Kayu dan Plywood Pemeriksaan kayu dan plywood dilakukan untuk mengetahui dimensi dan kualitas kayu dan plywood. Hal ini akan menentukan bagus atau tidaknya bekisting untuk beton. Pemeriksaan ini berupa pemeriksaan secara visual (tekstur, warna, dan ukuran). e. Pasir Pengendalian mutu dari pasir dilakukan secara visual dengan melihat warna pasir dan memeriksa kandungan lempung dengan menggenggam pasir kemudian melepaskannya lagi. Selain itu, untuk menjaga kelancaran proyek secara keseluruhan perlu adanya pengendalian proyek yang baik terutama dalam penggunaan bahan. Oleh karena itu, kepala logistik dapat mengambil beberapa tindakan pengamanan yaitu : Jumlah bahan yang disetujui hanya sebesar kebutuhan dalam kurun waktu tertentu. Untuk mencegah penyalahgunaan bahan sebaiknya tidak diperkenankan membawa dan memiliki material bekas, misalnya papan, kayu dan besi beton. Sebaiknya pada material sisa yang masih baik dan masih bisa dipergunakan dilakukan pencatatan khusus, diadministrasikan secara baik dan disimpan secara khusus mengingat bahwa bahan ini beralih menjadi bahan yang rawan (dalam artian menguap atau hilang). VI 10
6.4 Pengendalian Mutu Peralatan Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu struktur, kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, oleh karena itu mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga dan mengatur penggunaannya. Kerusakan yang masih dapat ditangani oleh mekanik dapat dikerjakan sendiri, sedangkan jika tingkat kerusakannya cukup parah diserahkan pada bengkel pusat. Penggunaan peralatan pengganti perlu dipertimbangkan lebih lanjut agar efisiensi waktu bisa tercapai. 6.5 Pengendalian Tenaga Kerja Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga kerja diserahkan pada tim pelaksana. Jika target proyek direncanakan selesai dengan waktu yang terbatas, maka juga harus ditambah jumlah tenaganya sesuai dengan kebutuhan. Perlu diperhatikan juga bahwa belum tentu dengan jumlah tenaga kerja yang banyak, pekerjaan dapat segera terselesaikan. Hal ini juga menyebabkan pemborosan dalam pembayaran upah tenaga kerja. Penentuan jumlah tenaga kerja juga harus sesuai dengan produktifitas tenaga kerja itu sendiri. Diperlukan perhitungan yang matang agar diperoleh jumlah tenaga yang efisien dan optimum agar target pekerjaan dapat terpenuhi. 6.6 Pengendalian Waktu Pengendalian waktu ini didasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran VI 11
pelaksanaan pekerjaan. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan. Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan pekerjaan sebisa mungkin dihindari. Manfaat dari time schedule adalah : a. Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan-batasan untuk masing-masing pekerjaan. b. Sebagai alat koordinasi bagi pimpinan. c. Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap saat dengan bantuan time schedule ini. d. Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan. Kontrol terhadap pelaksanaan kerja adalah dengan membandingkan kurva S pelaksanaan dengan kurva S penawaran. Jika kurva S pelaksanaan berada diatas kurva S penawaran berarti pelaksanaan pekerjaan lebih cepat dari yang ditargetkan.jika hasil kurva S pelaksanaan berada dibawah kurva S penawaran berarti pekerjaan mengalami keterlambatan. Untuk mengejar keterlambatan diambil langkah-langkah sebagai berikut: a. Menambah jam kerja (lembur). b. Penambahan jumlah tenaga. c. Evaluasi terhadap manajemen kontraktor khususnya mengenai pelaksanaan proyek. d. Penyediaan bahan dipercepat. VI 12
6.7 Pengendalian Teknis Pengendalian teknis di lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dibuat dalam bentuk harian, mingguan, dan bulanan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan proyek itu. 6.8 Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang telah disusun. Dari pembandingan ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya. Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar absensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva S realisasi dan untuk memperkirakan presentase pekerjaan proyek yang telah dicapai. 6.9 Pengendalian K3 Pada setiap proyek, selalu ditandai keterlibatan sumber daya. Salah satunya meliputi tenaga kerja dengan berbagai latar belakang sosial, tingkat pendidikan, dan VI 13
karakter kepribadiannya. Jadi sangatlah mungkin kalau terjadi kesalahan kesalahan yang bisa mengganggu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Maka pada program pelaksanaan proyek perlu dilaksanakan tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman,sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja dapat secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan. Pengendalian K3 dalam Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon yaitu : a. Implementasi K3: 1. Training K3 untuk proyek. 2. Komunikasi dan konsultasi atau safety meeting. 3. Rencana tanggap darurat. b. Pembuatan safety plan. c. Pemasangan alat pemadam kebakaran. d. Checking & corrective action. VI 14
Penerapan K3 pada proyek ini dapat dikategorikan memenuhi syarat. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar pekerja yang memakai APD (Alat Pelindung Diri) seperti helm proyek dan safety shoes. Gambar 6. 4 Alat Pengaman Diri Gambar 6. 5 Full Body Harness VI 15
BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK VI 16