BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama guru adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Undang-Undang. mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan pemerintah memberikan perhatian terhadap masalah. pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aura Santika Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peranan guru dalam menyelengarakan proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pentingnya peranan guru terhadap kemajuan pendidikan, pemerintah telah menetapkan bahwa pekerjaan guru menjadi sebuah profesi. Hal ini sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru berkewajiban untuk membentuk dan mengembangkan peserta didik menjadi insan-insan yang berkualitas seperti yang diharapkan di dalam tujuan pendidikan nasional. Pasal 3 UUSPN No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagai seorang guru yang profesioanal, guru harus memahami dan memiliki kemampuan yang memadai untuk merealisasikan tujuan pendidikan 1

2 nasional tersebut dengan cara memberikan layanan belajar yang bermutu bagi peseta didik sehingga peserta dapat berkembang ke arah tujuan pendidikan nasional. Guru harus memahami dengan baik akan apa yang harus dilakukannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru di bidang pendidikan. Ada tiga tugas utama yang harus dilakukan oleh guru yakni (a) merencanakan pembelajaran, (b) melaksanakan pembelajaran, dan (c) menilai pembelajaran. Dari ketiga tugas utama yang harus dilakukan guru tersebut perencanaan pembelajaran memainkan peranan yang sangat vital karena pelaksanaan dan penilaian pembelajaran akan terlaksana dengan baik apabila guru mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik. Sebaliknya seorang guru akan gagal melaksanakan pelaksanaan dan penilaian pembelajaran terhadap peserta didik jika tidak direncana dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Sagala (2010:29) bahwa untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, pendidik memulainya dengan menyusun rencana pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran atau rencana pembelajaran. Penyusunan perencanaan program pengajaran memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum, karena menentukan langkah pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi belajar untuk peserta didik. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru merupakan acuan atau pedoman tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sudjana (2012:34) juga mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah rancangan tentang apa yang akan dikerjakan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan kata lain perencanaan pembelajaran adalah proyeksi atau perkiraan kegiatan yang akan dilaksanakan guru pada saat guru membelajar peserta didik. Lebih jauh dia

3 menambahkan bahwa perencanaan pembelajaran yang dibuat guru dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan membuat perencanaan pembelajaran yang lengkap dan sistematis guru akan mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran menjadi lebih terarah dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Perencanaan pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan menjadi hal yang amat penting yang harus dilakukan guru karena pembelajaran akan berjalan dengan efektif apabila dipersiapkan dengan perencanaan yang baik. Pembelajaran tidak akan mencapai keefektifitasnya apabila tidak pernah didesain atau direncanakan dengan baik. Yaumi (2013:4) menyatakan bahwa kefektifan pembelajaran merupakan suatu ukuran sejauh mana para guru menyadari tentang tanggung jawab mereka. Jika guru gagal mengelola rencana pembelajaran secara tepat, maka peserta didik pasti gagal untuk mencapai tingkat penguasaan yang dibutuhkan dan akhirnya pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak efektif. Perencanaan pembelajaran yang dituangkan di dalam RPP menjadi barometer apakah pembelajaran yang akan dilaksanakan guru bisa mencapai hasil yang maksimal didalam membelajarkan peserta didik untuk menguasai kompetensikompetensi yang diajarkan baik yang berkaitan dengan penguasaan kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan. Perencanaan pembelajaran yang dirancang guru harus difokuskan pada bagaimana upaya yang dapat dilakukan guru dalam memilih dan menentukan langkah-langkah yang tepat yang akan diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran. Penentuan langkah-langkah yang tepat tersebut harus dirancang untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang mampu membuat peserta didik memperoleh pengalaman belajar maksimal selama

4 pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan. Sagala (2010:31) menyatakan bahwa pengalaman belajar akan melatih peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang dipelajari dan menguasai keterampilan yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Pengalaman belajar menujukkan aktivitas belajar yang dilakukan peserta didik dalam berintraksi dengan objek belajar untuk mencapai kompetensi dasar, dan dapat dipilih sesuai dengan kompetensinya, dan dapat dicapai dalam kelas dan di luar kelas. Lebih jauh Sagala juga mengatakan bahwa bentuk pengalaman belajar bisa berupa mendemontrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menganalisis, mengapliksikan dan lain sebagainya. Guru harus mampu membuat atau merancang RPP yang bisa membuat peserta didik terlibat secara aktif di dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan utama dari penyusunan RPP adalah bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan guru di dalam merencanakan pembelajaran yang lengkap dan sistematis yang ditujukan agar terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik. Dari kajian-kajian yang dipaparkan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran menjadi bagian yang terpenting yang harus dilakukan atau dibuat guru agar bisa terselenggaranya pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Perencanaan pembelajaran yang dituangkan di dalam RPP harus dibuat secara lengkap dan sistematis agar pelaksanaan pembelajaran dapat terselenggara secara optimal bagi peserta didik. Guru tidak akan mendapat hasil yang maksimal dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan apabila sebelum melaksanakan pembelajaran guru tidak membuat perencanaan pembelajaran yang baik. Sudjana (2012:35) menyatakan bahwa menjadi sebuah kesalahan besar

5 apabila pada waktu melaksanakan pembelajaran guru tidak membawa RPP apalagi jika guru tidak membuat RPP. Kenyataan yang ditemukan dewasa ini masih banyak dari para guru pada satuan pendidikan yang belum memiliki kemamapuan yang memadai untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis. Kurangnya kemampuan guru tersebut bisa dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain; (1) kurangnya pemahaman guru tentang pentingnya perananan perencanaan pembelajaran. Guru masih banyak yang menggangap bahwa RPP sebagai syarat administrasi belaka yang harus dipersiapkan untuk kepentingan pengawasan baik yang dilakukan oleh kepala sekolah ataupun pengawas sekolah bukan untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga ada sebagian guru yang memilih jalan pintas untuk memiliki RPP seperti mengkopi langsung (Copy Paste) dari teman sejawat sekolah lain, penerbit buku, internet, dan lain sebagainya; (2) kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam membimbing dan membina guru untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menyusun RPP. Guru jarang mendapatkan bimbingan yang terencana dan berkelanjutan dari pengawas tentang bagaimana cara menyusun RPP yang sesuai dengan standar yang dituntut kurikulum yang berlaku; 3) guru jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau workshop tentang cara mengembangkan RPP. Jika guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau workshop menyusun RPP, guru akan mendapatkan pemahaman yang baik tentang bagaimana cara menyusun RPP yang lengkap dan sistematis; dan (4) Pengawas sekolah jarang mau memeriksa secara mendetil apakah RPP yang dibuat guru telah sesuai dengan

6 standar yang ditetapkan kalau belum sesuai, pengawas berkewajiban untuk membimbing guru dalam menyempurnakan RPP yang dibuatnya. Hal ini sejalan yang dikatakan oleh Sudjana (2012:35) bahwa pengawas harus mengecek atau memeriksa apakah semua komponen yang ada di dalam RPP telah tercantum sesuai dengan standar yanng ditetapkan, dan pengawas wajib mengingatkan guru agar RPP dibuat lengkap dan sistematis. Apabila guru belum memahaminya menjadi kewajiban pengawas sekolah untuk mengarahkan dan menjelaskan pada guru. Guru dituntut harus memiliki kemampuan yang memadai untuk mampu menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013 juga menuntut guru harus memiliki kemampuan untuk menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Seperti yang telah dinyatakan di dalam permendikbud No 56 tahun 2013 yang berkaitan dengan standar proses bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban untuk menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. SMK Negeri 4 kota Jambi adalah salah satu dari beberapa sekolah yang ada di provinsi Jambi yang telah diberi kesempatan untuk menerapkan kurikulum 2013. Berhasil atau tidaknya implementasi kurikulum 2013 ini, tentu tidak terlepaskan dari bagaimana upaya yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan kurikulum tersebut kedalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu upaya yang

7 sangat penting untuk dilakukan guru sebelum proses pembelajaran dilaksanakan adalah membuat atau menyusun perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Guru harus mampu mendisain perencanaan pembelajaran yang mengacu pada komponen-komponen, sistematika, dan prinsipprinsip pengembangan RPP kurikuklum 2013, agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 pada SMK Negeri 4 Kota Jambi belum terlaksana secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru-guru di dalam kelas, belum menggambarkan karekteristik pembelajaran seperti yang diharapkan oleh kurikulum 2013. Salah satu penyebab utamanya adalah guru-guru belum memiliki kemampuan yang memadai untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti, guru-guru SMK N 4 kota Jambi belum memiliki kemampuan yang memadai dalam menyusun RPP kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis. Hal ini didasarkan pada: (1) Hasil wawancara, diperoleh data: a) hanya ada 4 orang guru yang telah mengukuti pelatihan kurikulum 2013, yakni wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris (masingmasing 1 orang). Menurut keterangan dari 4 orang tersebut bahwa pelatihan yang mereka ikuti belum sampai pada tahap membekali guru-guru tentang cara menyusun RPP kurikulum 2013 sehingga walaupun mereka telah mendapat pembekalan tentang kurikulum 2013 tetapi secara teknis mereka masih binggung untuk menyusun RPP kurikulum 2013, dan b) hasil wawancara dengan wakil

8 kepala sekolah bidang kurikulum dinyatakan bahwa hanya ada sekitar 40 % guru yang telah mengumpulkan RPP selebihnya belum karena guru-guru memberi alasan bahwa mereka belum memahami betul tentang cara membuat RPP kurikulum 2013, (2) dari hasil analisis dokumentasi terhadap RPP yang terkumpul, diperoleh data: a) RPP yang dibuat guru belum seutuhnya menggambarkan karekterisitik pembelajaran kurikulum 2013, b) RPP yang dibuat guru belum sepenuhnya memenuhi komponen-komponen dan sistematika RPP kurikulum 2013, c) guru belum memilki kemampuan yang memadai dalam mengembangkan kompenen-komponen yang ada dalam RPP kurikulum 2013, misalnya kurangnya kemampuan guru dalam: (1) membuat identitas Mata Pelajaran, (2) merumuskan indikator, (3) merumuskan tujuan pembelajaran, (4) memilih materi ajar, (5) memilih sumber belajar, (6) memilih model pembelajaran, (7) merancang skenario pembelajaran, dan (8) membuat bentuk penilaian kurikulum 2013, dan c) banyak RPP yang dimiliki guru merupakan hasil karya orang lain (copy paste). Merujuk pada permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya tentang pentingnya untuk meningkat kemampuan guru di dalam menyusun RPP kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis agar terselenggaranya proses pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik pada satuan pendidikan maka perlu ada usaha yang sungguh-sungguh dan terencana yang harus dilakukan agar komptensi professional guru bisa berkembang secara optimal, terutama yang berhubungan dengan kemampuan guru menyusun RPP. Melalui penelitian ini, peneliti memberi bantuan profesional kepada para guru SMK Negeri 4 kota Jambi dalam meningkat kemampuan mereka menyusun

9 RPP kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis. Ada Banyak alternatif bantuan professional atau pembinaan guru yang dapat dilakukan dalam meningkat kompetensi professional guru seperti melalui pelatihan, lokakarya, workshop, coaching, supervisi, training, in-service education, pre-service, inhouse training, lesson study, on the job training, dan sebagainya. Model pembinaan guru yang dipilih dalam penelitian ini adalah workshop. Workshop merupakan model pembinaan guru yang dapat digunakan untuk membantu para guru menemukan solusi terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi dalam bidang pekerjaan yang mereka geluti. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukan oleh Suprijanto (2008:79) bahwa workshop adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari mereka sendiri. Sedangkan menurut Notoatmojo (2003:63) workshop adalah suatu pertemuan orang-orang yang berpengalaman dan bertanggung jawab dan ahli-ahli yang dapat membantu pendidik, guna membicarakan masalah mereka yang dirasakan sukar untuk dipecahkan sendiri. Masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah yang dihadapi guru SMK Negeri 4 kota jambi yang belum memiliki kemampuan yang cukup untuk menyusun RPP kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis. Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka peneliti mengangkat judul penelitian ini adalah Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 melalui Workshop Pada SMKN 4 Kota Jambi..

10 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain: (1) Guru belum memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya untuk membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh persepsi guru yang mengangap bahwa RPP hanya sebagai syarat kelengkapan administrasi yang akan digunakan untuk kepentingan supervisi baik yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah, (2) guru belum memilki kemampuan yang baik dalam menyusun RPP kurikulum 2013. Hal ini dilatarbelakangi oleh kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas. Pengawas jarang membimbing dan membina guru secara terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP yang sesuai dengan standar yang ditetapkan, (3) RPP yang dibuat guru belum menggambarkan karekteristik pembelajaran yang dituntut kurikulum 2013, (4) masih banyak RPP yang dibuat guru belum sesuai dengan RPP kurikulum 2013 yang baku. komponen-komponen, sistematika, dan teknik menyusun RPP yang dibuat guru belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan (5) kemampuan guru menyusun RPP masih rendah karena guru jarang mendapatkan pelatihan atau workshop secara terencana dan sistematis dalam meningkatkan kemampuannya menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun RPP tentu akan berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Proses pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang maksimal apabila guru belum memiliki kemampuan yang memadai untuk membuat

11 perencanaan pembelajaran yang baik, maka perlu ada upaya untuk memberi bantuan profesional agar kemampuan guru menyusun RPP dapat ditingkatkan. Ada banyak alternatif bantuan profesional yang dapat dilakukan dalam meningkat kompetensi guru, seperti melalui pelatihan, lokakarya, workshop, coaching, supervisi, training, in-service education, pre-service, in-house training, lesson study, on the job training, dan sebagainya. Peneliti memilih workshop sebagai bentuk bantuan profesional yang diterapkan dalam penelitian ini dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peneliti menyakini bahwa workshop yang dilakukan terhadap guru akan efekktif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan, antara lain: pertama, workshop merupakan suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru yang memiliki permasalahan yang relatif sama yang dipecahkan secara bersama dengan dibantu oleh ahli-ahli yang mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi guru. Kedua, kegiatan workshop biasanya diawali dengan mengidentifikasi atau merumuskan masalah yang dihadapi, menentukan cara untuk memecahkan masalah, dan menyediakan alat, metode, dan referensi yang memadai untuk mendukung kegiatan workshop dalam memberi solusi terbaik terhadap permasalahan yang ada, dan ketiga, pelaksanaan workshop menerapkan dua strategi dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun RPP, yaitu: memahami, dan mengerjakan, maksudnya adalah peneliti bersama pengawas memberi pemahaman terhadap guru tentang cara menyusun RPP yang sesuai dengan standar yang ditetapkan, setelah guru memahami cara

12 menyusun RPP ditingkatkan kinerjanya untuk berlatih menyusun secara RPP secara lengkap dan sistematis. C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan kemampuan guru menyusun RPP kurikulum 2013. Banyak teknik supervisi yang dapat diterapkan untuk meningkat kemampuan guru menyusun RPP, seperti melalui pelatihan, lokakarya, workshop, coaching, supervisi, training, in-service education, pre-service, in-house training, lesson study, on the job training, dan sebagainya. Peneliti memilih teknik workshop untuk dapat meningkat kemampuan guru SMK N 4 kota Jambi menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui workshop dapat meningkatkan kemampuan guru SMK Negeri 4 kota Jambi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis? E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah workshop dapat meningkatkan kemampuan guru SMK Negeri 4 kota Jambi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis.

13 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memperkaya khazanah mengenai berbagai jenis pelatihan-pelatihan yang dapat dikembangkan dan diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional tenaga pendidik sehingga terselenggaranya pendidikan yang bermutu pada setiap satuan pendidikan atau sekolah di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Bagi sekolah 1) Sekolah akan memiliki guru-guru yang profesional yang memiliki kemampuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis. 2) Sekolah akan memiliki guru-guru yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah. b. Bagi guru 1) Guru akan memiliki pemahaman yang baik tentang cara menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 2) Guru akan memiliki kemampuan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 secara lengkap dan sistematis.