BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berakibat pada kegagalan suatu bangsa, sebaliknya keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pendidikan tidak lepas kaitannya dengan proses belajar, baik di dalam pendidikan formal maupun informal. Sudjana dalam Hamiyah dan Jauhar (2014:2) mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Seseorang dikatakan telah belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Kegiatan belajar yang terjadi di sekolah salah satunya adalah mempelajari mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah adalah matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan IPTEK. Oleh karena itu matematika diajarkan pada tiap-tiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pembelajaran matematika di sekolah pada dasarnya bukanlah sekedar mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana belajar menghitung, lebih dari itu matematika mempunyai tujuan, yaitu mengajarkan bagaimana siswa dapat
2 berpikir logis, kritis dan kreatif agar bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (selanjutnya disingkat MTs) Negeri 2 Lampung Utara pada tanggal 19 Januari 2015 dengan salah satu guru matematika kelas VIII, Bapak Dedi Supriyanto, S.Pd., mengatakan bahwa secara umum kemampuan pemecahan masalah matematika siswa MTs Negeri 2 Lampung Utara masih rendah. Hal ini tampak ketika pembelajaran di isi dengan latihan soal berupa soal essay atau soalsoal pemecahan masalah. Siswa masih tampak kebingungan, bertanya kepada teman lain bahkan ada yang sama sekali tidak bisa dalam mengerjakan soal. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami soal pemecahan masalah dan proses penyelesaiannya. Hal tersebut dibuktikan dalam tabel hasil nilai ulangan harian materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel berikut. TABEL 1 DATA NILAI ULANGAN HARIAN MATEMATIKA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL SISWA KELAS VIII MTs NEGERI 2 LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Kelas Nilai Rata-rata VIII.1 36,50 VIII.2 36,31 VIII.3 37,95 VIII.4 38,46 Sumber: Guru Matematika Kelas VIII MTs Negeri 2 Lampung Utara Berdasarkan tabel 1 tentang nilai ulangan harian materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata hasil ulangan harian tersebut termasuk masih rendah. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga rendah. Hal ini diduga karena proses
3 pembelajaran matematika di MTs Negeri 2 Lampung Utara masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung berpusat pada guru. Dengan demikian proses interaksi antara guru dan siswa pada pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal. Kemampuan pemecahan masalah menjadi tujuan utama diantara beberapa tujuan belajar matematika, karena orang yang mampu memecahkan masalah akan menjadi manusia yang produktif dan dapat bersaing. Jika kemampuan pemecahan masalah tidak segera di atasi maka akan berdampak pada diri siswa itu sendiri, mereka tidak akan pernah paham cara menyelesaikan setiap soal-soal pemecahan masalah sesuai indikator pemecahan masalah serta mereka hanya akan selalu menuliskan jawabannya langsung dan menyontek pada teman. Padahal sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, bahwa salah satu tujuan dari lima tujuan belajar matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah matematika yang meliputi memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan perhitungan dan memeriksa kembali. Oleh sebab itu kemampuan pemecahan masalah siswa penting untuk ditingkatkan. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi bangun ruang diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih mengutamakan proses, bukan pembelajaran yang hanya bersifat hafalan, yaitu proses pentransferan guru ke siswa. Pembelajaran dengan Model pembelajaran Group Investigation (selanjutnya disingkat GI) dan Model Problem Based Learning (selanjutnya disingkat PBL) diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bangun ruang.
4 Menurut Sutikno (2014:78) model Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Setiap kelompok melakukan presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. Didalam pelaksanaannya, siswa dalam kelompok dibimbing untuk menemukan rumus dan menyelesaikan berbagai masalah dalam soal. Menurut Kemdikbud (2014:55) Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Didalam pelaksanaannya, kelompok diberikan berbagai masalah dalam soal dan setiap kelompok diharuskan untuk menyelesaikannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedua model tersebut bertujuan untuk menjadikan siswa lebih aktif, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui manakah yang memiliki kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang yang lebih tinggi antara siswa yang diberi model pembelajaran GI dan model PBL pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.
5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah siswa MTs Negeri 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015 masih rendah? 2. Apakah model pembelajaran yang diterapkan guru mempengaruhi proses pemecahan masalah matematika siswa? 3. Apakah kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang siswa akan meningkat apabila diajar dengan model pembelajaran GI? 4. Apakah kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang siswa akan meningkat apabila diajar dengan model PBL? 5. Adakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang antara siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran GI dan Model PBL pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015? 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah hanya dibatasi pada butir ke-5, yaitu: Adakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang antara siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran GI dan Model PBL pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?.
6 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah penelitian ini, yaitu Adakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang antara siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran GI dan Model PBL pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015. 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang antara siswa yang diajarkan dengan Model pembelajaran GI dan Model PBL pada siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015. 1.6 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektifitas penerapan model pembelajaran GI dan model PBL dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa serta dapat menjadi landasan dalam penelitian berikutnya.
7 2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut. Bagi guru, khususnya bagi guru matematika agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan guna meningkatkan kualitas pendidikan. Bagi Lembaga STKIP Muhammadiyah Kotabumi Lampung Utara Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran untuk kelanjutan peneliti berikutnya.