PENINGKATAN HASIL USAHATANI SAYURAN MELALUI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PERBEDAAN USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomoea aquatica) SISTEM ORGANIK DAN ANORGANIK. Edi Supriyono, Dawud Ardisela, Ismarani Abstract

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

Ilmu Tanah dan Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN

VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

KENDALA DAN PELUANG DALAM PRODUKSI PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA *)

Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian OPT. Status Pengendalian

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA

POPT Dan Pengendalian Hama Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

PENGENDAUAN TERPADU HAMA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Unn.) Dr. Ir. Dadang, MSc. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPS

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 390/Kpts/TP.600/5/1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN HAMA TERPADU MENTERI PERTANIAN,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tahun Bawang

BALITSA & WUR the Netherlands,

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

LAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

3. PENGENDALIAN OPT TANAMAN JAGUNG

PENINGKATAN MUTU SAYURAN MELALUI SERTIFIKASI PRIMA 3 PADA KAWASAN PRIMA TANI PAAL MERAH KOTA JAMBI. Abstrak

15/12/2015 PENGENDALIAN HAMA DENGAN PERATURAN / PERUNDANG-UNDANGAN

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN

Cultural Control. Dr. Akhmad Rizali. Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya. Mengubah paradigma pengendalian OPT:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Permasalahan OPT di Agroekosistem

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

I. GAMBARAN UMUM SL PHT

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya Bawang Merah

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

Transkripsi:

PENINGKATAN HASIL USAHATANI SAYURAN MELALUI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) Oleh Euis Dasipah Dosen Kopertis Wilayah IV Dpk Universitas Winaya Mukti Bandung Abstract Disadvantage because an attack of plant disturbance organism will infulencing farmer s effort. As a macro impact, the sresult will influence food sustainability in regional, even national. The organism attack the plant when planting and harvesting in the storage. To handling the attack we can use guidance pest control for basic concept. The concept is a strategic foundation for field operational steps. This concept has been agreed to solving any problems with safe and efficient. Keywords: Increasing Farming Return PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk menciptakan budidayata tanaman sehat, maka pendekatan perlindungan tanaman tidak dapat dilaksanakan hanya dengan mengandalkan satu tindakan saja, akan tetapi memerlukan kombinasi tindakan yang menyesuaikan dengan jenis tanaman, umur tanaman, iklim dan kondisi wilayah. Perlindungan tanaman dalam sistem pertanian merupakan komponen yang cukup menentukan keberhasilan dalam usahatani. Sayuran daun maupun buah banyak digemari masyarakat luas, selain penghasil bahan pangan bergizi tinggi juga berfungsi subagai tanaman penambah unsur nitrogen bebas (N 2 ) dari udara, melalui akar-akarnya bersimbiose dengan bakteri Rhizobium sp. (tanaman kacang panjang) membentuk bintil-bintil akar, sehingga merupakan penghasil Nitrogen alami (Rukmana, 1995). Upaya peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman sayuran yang berkualitas sering menghadapi berbagai kendala. Salah satu kendala tersebut adalah organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dapat mencapai 46-100 persen ( Elvinardewi, 2000). Dalam menanggulangi OPT pada umumnya petani menggunakan pestisida, karena pestisida merupakan satu-satunya cara yang paling dan dianggap sebagai jaminan untuk mempertahankan hasil panennya, sehingga penggunaanya cenderung berlebihan (Setiawati, 2003). Penggunaan pestisida kimia oleh petani dalam menanggulangi OPT masih tetap merupakan andalan utama akan tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Apabila 1

penggunaannya tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap produsen, konsumen maupun lingkungan. Penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan berdampak negatif terhadap produsen, konsumen maupun lingkingan dan juga menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Budidaya tanaman yang sehat dapat diciptakan melalui pendekatan perlindungan tanaman, tidak dapat dilaksanakan hanya dengan mengandalkan satu tindakan saja, akan tetapi memerlukan kombinasi tindakan yang menyesuaikan dengan jenis tanaman, umur umur tanaman, iklim dan kondisi wilayah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya produksi dan menekan serendah mungkin kandungan residu pestisida adalah dengan cara menerapkan sistem pengendalain hama terpadu (PHT). Perlindungan tanaman dalam sistem pertanian merupakan komponen yang cukup menentukan keberhasilan dalam usahatani. Undang-undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, mengharuskan perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penerapan PHT dilaksanakan dengan pendekatan ekonomi, ekologi, dan lingkungan. Menurut Hastuti (2004), sasaran penerapan teknologi PHT adalah (1) produktivitas tetap tinggi, (2) pendapatan petani meningkat, (3) populasi OPT atau kerusakan yang ditimbulkan secara ekonomis tidak merugikan dan (4) kulaitas dan keseimbangan agroekosistem terjamin dalam upaya mewujudkan pembangunnan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan jalan menerapkan empat taktik PHT, yaitu (1) menerapkan budidaya tanaman sehat, (2) pemanfaatan musuh alami, (3) penggunaan teknik pengendalian hama non kimia dan (4) penggunaan pestisida secara selektif. Dengan demikian bila petani menerapkan konsepsi PHT tersebut pada budidaya kacang panjang, diharapkan produktivitas tetap tinggi dengan biaya poduksi rendah, sehingga keuntungan yang didapat meningkat. Selain itu diperoleh kacang panjang yang aman bagi konsumen, karena penggunaan pestisida sintetis dapat ditekan. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah secara teknis dapat diterapkan oleh petani, apakah secara ekonomis menguntungkan dan apakah teknologi yang diterapkan ramah lingkungan. Kegunaan yang diharapkan 2

Dari kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai komponen teknologi PHT pada budidaya tanaman sayuran yang dapat diterima dan diterapkan oleh petani kacang panjang khususnya dan petani sayuran pada umumnya. PEMBAHASAN Pengendalian Hama Secara Konvensional Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu merupakan metode penyuluhan atau bimbingan melalui pola pendekatan kelompok dan proses belajar lebih menitik-beratkan pada diskusi, adalah kegiatan manusia yang alamiah, menyenangkan, karena peserta berpikir bersama dan mengungkapkan isi hati dalam menyelesaikan permasalahan. Kegiatan SL-PHT dibimbing oleh petugas OPT sebagai Pemandu Lapang (PL) dan dibantu oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dilaksanakan selama satu musim tanam dengan frekuensi pertemuan satu minggu sekali. Kegiatan SL-PHT bertujuan untuk melatih petani menjadi ahli PHT di lahan usahataninya dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar PHT. Berdasarkan hasil pemantauan diketahui bahwa penggunaan pestisida sintetik oleh petani sayuran di DKI Jakarta sebanyak 2-3 kali setiap minggunya (Satgas BPTPH IV DKI Jakarta, 1999). Penggunaan pestisida yang berlebihan menyebabkan residu yang membahayakan baik bagi produsen, konsumen maupun terhadap lingkungan dan juga menyebabkan hilangnya kesempatan bagi petani untuk mendapatkan imbalan secara ekonomi yang menguntungkan. Keuntungan usahatani pada tanaman kacang panjang dapat ditingkatkan lagi apabila petani mampu mengefisienkan input produksinya. Salah satu cara untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan cara menerapkan teknologi pengendalain hama terpadu (PHT) pada budidaya tanaman sayuran. Pengendalian Hama Terpadu Pengendalian hama terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup (Hikmat, dkk., 2001). Pengendalian hama terpadu merupakan konsepsi pengendalian OPT yang akrab lingkungan dan berusaha untuk mendorong lebih berperannya pengendalian alami, khususnya pengendalian OPT yang dilakukan oleh berbagai musuh alami. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid dan predator merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara density 3

dependent sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama (Setiawati, 2003). Menurut Elvinardewi (2000), pada prinsipnya persyaratan tindakan pengendalian OPT harus memenuhi aspek ekologi, ekonomis, sosial dan teknis. Aspek teknis yang dimaksud adalah (a) memadukan cara-cara pengendalian yang serasi, selaras dan seimbang; (b) dapat menekan populasi OPT dan atau tingkat serangan OPT sampai batas tidak merugikan secara ekonomis; (c) mengutamakan cara pengendalian, budidaya, fisik, mekanik, biologi dan genetik; (d) memanfaatkan semaksimal mungkin faktor pengendali alami; (e) menggunakan pestisida apabila diperlukan, dan dilakukan secara tepat guna dengan mengusahakan sekecil mungkin dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Dalam melaksanakan sistem PHT mempunyai empat prinsip penting yaitu : (1) budidaya tanaman sehat; (2) pengamatan ekosistem secara teratur; (3) pelestarian musuh alami dan (4) petani sebagai akhli PHT. Sedangkan sasarannya adalah (1) produktivitas pertanian mantap dan tinggi; (2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat; (3) populasi OPT dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pada batas yang secara ekonomis tidak merugikan dan (4) pengurangan risiko pencemaran akibat penggunaan pestisida sintetik (Anonymous, 1997). Beberapa teknik pengendalian di dalam sistem PHT menurut Elvinardewi (2000), meliputi : 1. Pengelolaan ekosistem melalui bercocok tanam yang bertujuan membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan OPT (penanaman kultivar tahan, pergiliran tanaman dan varietas, sanitasi, pengaturan saat tanam, penanaman tanaman perangkap, penolak, pengaturan jarak tanam, penanaman tumpang sari, pengelolaan tanah dan air, pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan setempat). 2. Pemanfaatan proses pengendalian hayati (musuh-musuh alami) seperti predator, parasitoid, dan patogen serangga (jamur, bakteri, virus, nematoda). 3. Pengendalian fisik dan mekanis. 4. Penggunaan pestisida secara selektif. Strategi PHT Strategi PHT pada dasarnya merupakan upaya untuk mengkombinasikan berbagai taktik pengendalian OPT dalam satu kesatuan program. Program penerapan PHT dimulai dari sejak awal/sebelum pelaksanaan budidaya, yang dapat disebut sebagai perencanaan ekosistem, 4

sampai dengan selesai panen. Perencanaan ekosistem dimaksudkan untuk mendesain bentuk ekosistem pertanian (dalam arti sempit) yang kurang menguntungkan bagi perkembangan OPT tetapi menguntungkan bagi manusia sebagai pengusaha tani. Dalam sistem Bimas yang dikembangkan penerapan PHT harus diintegrasikan dengan RDK dan RDKK yang disusun petani. Berbagai taktik pengendalian OPT yang dapat dirangkum dalam satu kesatuan program adalah sebagai berikut : a. Pola Tanam Pola tanam dimaksudkan agar terjadi selang keberadaan tanaman di lapangan, sehingga perkembangan populasi OPT terputus/terhambat pada saat kondisi lingkungan tidak menguntungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan penanaman serentak dalam areal luas, pergiliran tanaman dengan tanaman yang berbeda (dalam hubungannya dengan OPTinang), dan pergiliran varietas yang berbeda tetua gen ketahanan terhadap OPT, serta penetapan waktu tanam yang diharapkan mampu menghindari kesinkronan antara fase tumbuh tanaman yang kritis/rentan dengan keberadaan populasi OPT. b. Pengendalian Secara Agronomis/Bercocok Tanam Pada prinsipnya, berbagai tindakan budidaya dapat mengatasi perkembangan populasi/serangan OPT. Tindakan-tindakan tersebut antara lain cara pengolahan tanah, pengaturan irigasi, pemupukkan, pemeliharaan dan lain-lain. Cara-cara ini pada dasarnya merupakan tindakan budidaya tanaman sehat. c. Penanaman Varietas Tahan Terhadap OPT tertentu dapat dilakukan penanaman varietas yang mempunyai ketahanan terhadap OPT tersebut. Pemilihan varietas yang ditanam tersebut disesuaikan dengan OPT utama yang ada. Perlu diketahui bahwa dengan menanam suatu varietas tahan tertentu bukan merupakan jaminan terhadap kemungkinan gangguan OPT. Perencanaan tanam varietas lahan terhadap OPT tertentu akan sekaligus perencanaan antisipasi OPT lainnya. d. Pengamatan Pengamatan perkembangan OPT dilakukan untuk mendeteksi dan menganalisis setiap perkembangan populasi OPT, dan sekaligus pengambilan keputusan, sehingga apabila diperlukan tindakan dapat dilakukan secara tepat waktu. e. Pengendalian Mekanis 5

Berbagai jenis OPT dapat dilakukan pengendalian secara mekanis dengan memanfaatkan berbagai sarana dan peralatan yang ada, antara lain pemagaran plastik (penghalang), pengumpulan dan mematikan secara langsung, pemakaian perangkap dan lain-lain. f. Pengendalian Hayati Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan pemanfaatan secara langsung agens hayati yang sesuai dan telah terbukti efektif atau dengan berbagai praktek budidaya yang secara tidak langsung memberikan kesempatan agens hayati yang ada berfungsi dengan baik g. Pengendalian Kimiawi Sesuai dengan prinsip PHT, pengendalian kimiawi digunakan apabila berbagai manipulasi unsur-unsur lingkungan dan atau penerapan cara-cara pengendalian yang lain tidak mampu menekan perkembangan OPT. Pada prinsipnya, penggunaan pestisida merupakan alternatif yang terakhir. Pelaksanaan Oleh Masyarakat (Petani) Penerapan PHT tetap didasarkan pada kondisi ekosistem yang ada. Untuk itu, petani harus mampu memahami kondisi lingkungan. Pengamatan secara rutin dan analisis agroekosistem merupakan upaya untuk memahami kondisi ekosistem. Dalam menerapkan PHT, perlu dipertimbangkan pula status OPT yang ada di suatu wilayah, OPT dapat dibedakan sebagai OPT utama (key pest), OPT potensial (potential pest), dan OPT yang sewaktu-waktu menimbulkan kerugian (occasional pest). Terhadap OPT utama, yang hampir selalu menimbulkan kerugian, perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar untuk dasar menyusun strategi penerapan PHT. Namun hal tersebut tidak boleh mengabaikan adanya kelompok potential pest maupun occasional pest. Apabila terjadi kesalahan strategi karena dimungkinkan terjadinya pergeseran status kelompok OPT tadi, yaitu key pest dapat terkendali tetapi sekaligus potential pest atau occasional pest beralih status menjadi key pest yang baru. Oleh karena itu, pengelolaan agroekosistem agar tidak terjadi pergeseran status OPT harus dipahami oleh petani. Dalam kaitannya dengan tindakan tambahan pengendalian OPT secara buatan (bukan atas hasil kerja pengendalian alamiah), harus diperhitungkan ambang ekonomi. Tindakan pengendalian yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat merupakan teknologi hasil pengembangan masyarakat sendiri sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. 6

Teknologi ini biasanya sangat khas dengan suatu lingkungan tertentu dan oleh karenanya bersifat spesifik lokasi. Keputusan pengendalian OPT diupayakan dilakukan oleh petani sendiri. Untuk dapat menetapkan keputusan pengendalian OPT secara tepat, perlu dilandasi oleh keberadaan populasi OPT, sehingga diperlukan pengamatan secara tepat dan benar. Hasil Studi Pelaksanaan SL-PHT Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu merupakan metode penyuluhan atau bimbingan melalui pola pendekatan kelompok dan proses belajar lebih menitik-beratkan pada diskusi, adalah kegiatan manusia yang alamiah, menyenangkan, karena peserta berpikir bersama dan mengungkapkan isi hati dalam menyelesaikan permasalahan. Kegiatan SL-PHT dibimbing oleh petugas OPT sebagai Pemandu Lapang (PL) dan dibantu oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dilaksanakan selama satu musim tanam dengan frekuensi pertemuan satu minggu sekali. Kegiatan SL-PHT bertujuan untuk melatih petani menjadi ahli PHT di lahan usahataninya dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar PHT. Beberapa hasil studi pelaksanaan SL-PHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) pada tanaman sayuran menunjukkan hasil yang sangat positif, karena memberikan nilai tambah baik untuk produsen dan aman bagi konsumen serta ramah lingkungan. Berdasarkan hasil kegiatan SL-PHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) pada tanaman sayur buah (terong) yang dilaksanakan oleh BPT DKI Jakartan pada tahun 2001, dapat meningkatkan hasil panen 4,90 % dibanding dengan perlakuan petani (secara konvensional), begitu pula dengan penggunaan pestisida pada petak konvensional mencapai 10 17 kali, sedangkan pada petak PHT tidak menggunakan pestisida. Menurut Budiyanto dkk (1994), penerapan PHT pada kacang panjang di Jalur Pantura Jawa Barat secara ekonomis lebih menguntungkan, karena dapat menekan penggunaan pestisida lebih dari 50 persen, begitu pula menurut Meidiantie dkk. (2000), berdasarkan hasil pengkajian Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu pada budidaya tanaman kacang panjang yang dilakukan dibeberapa wilayah DKI Jakarta, bahwa komponen teknologi PHT pada tanaman kacang panjang secara teknis dapat diterapkan, secara sosial dapat diterima, secara ekonomi lebih menguntungkan dan secara ekologi lebih ramah terhadap lingkungan. Peningkatan hasil panen mencapai 5,81 % dan penghasilan petani meningkat 1.744,54 %. Analisis Ekonomi 7

Untuk melihat kelayakan teknologi PHT secara ekonomi, perlu dilakukan analisis ekonomi sederhana. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Meidiantie dkk (2000), usahatani kacang panjang seluas 750 m 2 seperti pada tabel berikut ini : Tabel Analisis Ekonomi sederhana per petak percobaan (750 m 2 ) pada perlakuan PHT dan Konvensional. Petak Perlakuan Harga Jual ratarata Nilai Penjualan Biaya Produksi Keuntungan (Rp) B/C Ratio (Rp/Kg) (RP) (Rp) PHT 2.858,75 1.392.656,25 952.966,25 439.690,00 1,58 Konvensional 2.858,75 1.100.950,00 1.077.112,50 23.837,50 0,99 Perbedaan (%) - +26.50-1.744,53 +1.744,533 +59,60 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa harga jual rata-rata pada perlakuan PHT maupun konvensional harga jual rata-rata sama tidak ada perbedaan, hal ini disebabkan konsumen tidak melihat perlakuannya. Nilai penjualan perlakuan PHT lebih tinggi karena berat dan hasilnya lebih banyak, dan tanamannya lebih segar serta sehat, tidak banyak mengandung pestisida yang berlebihan yang dapat merugikan bagi produsen konsumen maupun lingkungan. Biaya produksi untuk perlakuan PHT lebih sedikit, hal ini disebabkan tidak terlalu banyak menggunakan pestisida yang harganya mahal dan berlebihan. Sedangkan keuntungan perlakuan PHT lebih banyak, hal ini disebabkan biaya produksinya lebih sedikit. Kesimpulan 1. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetik mempunyai dampak yang negatif, hal ini dikarenakan dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, adanya residu pestisida pada hasil tanaman yang dapat membahayakan baik bagi konsumen maupun produsen. 2. Sistem Pengendalian Hama Terpadu merupakan sistem pengendalian atau upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. 8

3. Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu pada budidaya tanaman kacang panjang yang dilakukan di beberapa wilayah DKI Jakarta, bahwa komponen teknologi PHT pada tanaman kacang panjang secara teknis dapat diterapkan, secara sosial dapat diterima, secara ekonomi lebih menguntungkan dan secara ekologi lebih ramah terhadap lingkungan. Daftar Pustaka Anonim. 1997. Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi dan Palawija. Bagian Proyek Pengembangan Perlindungan tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, Jakarta. ------------, 1999. Laporan Tahunan Balai Proteksi Tanaman. Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta. -------------,2001. Laporan Kegiatan SL-PHT pada Tanaman Terong di Jakarta Barat. Balai Proteksi Tanaman. Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta. Elvinardewi, Ellen, dkk. 2000. Pedoman Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Hortikultura. Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Direktur Perlindungan Tanaman, Jakarta. Hikmat, Atje, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasional PHT Pada Sayuran Dataran Tinggi dan Dataran Rendah (Budidaya Bawang Merah Aman Konsumsi). Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktur Perlindungan Hortikultura. Jakarta. ------------, 2002. Pedoman Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu Menuju Budidaya Tanaman Sehat. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktur Perlindungan Hortikultura Jakarta. Hastuti, Bayu Sari. 2004. Kebijakan di Bidang Perlindungan Tanaman. Disampaikan Dalam Kampanye Pengendalian OPT Ramah Lingkungan. Balai Proteksi Tanaman Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta 12 Agustus 2004. Meidiantie, dkk. 2000. Laporan Kegiatan SL-PHT Pada Tanaman Kacang Panjang di Jakarta Barat. Balai Proteksi Tanaman. Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta. Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Penerbit Kanisius. Setiawati, Wiwin. 2003. Pemanfaatan dan Pelestarian Musuh Alami dalam Kerangka Pengelolaan Tanaman Sayuran Secara Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang 40391. Makalah Disampaikan pada Kegiatan Pemasyarakatan Pengembangan Penerapan Agens Hayati dan Biopestisida pada Tanaman Sayuran, Cianjur 7 Oktober 2003. 9

10