189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek moyang leluhurnya dengan pengawasan kuncen dan ketua adat/ sesepuh adat. Masyarakat Kuta memiliki kesadaran yang tinggi dalam hal mempertahankan dan melestarikan lingkungan karena mereka memahami betul akan pentingnya keberadaan lingkungan bagi kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesadaran yang tinggi itu tentu melalui proses pembinaan kesadaran masyarakat yang dilakukan masyarakat melalui aktivitas atau kegiatan yang merupakan adat istiadat dan pembiasaan yang diturunkan oleh nenek moyangnya. Adat istiadat itu sampai saat ini masih dipertahankan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Proses pembinaan kesadaran tersebut salah satunya melalui proses internalisasi nilai pendidikan tradisi yang secara terus menerus dilakukan oleh masyarakat adat Kuta. Masyarakat merasa bahwa nilai-nilai mencintai dan menghargai alam itu masih sangat penting. Pelestarian lingkungan hidup ini memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan berkelanjutan ESD khususnya dalam konteks lingkungan. Dengan sikap bijak dan arif terhadap lingkungan, maka segala bentuk kerusakan dan bencana alam mampu diminimalisir dengan baik. Sehingga Indonesia kedepan semakin maju dan berkembang sesuai dengan program-program pembangunan yang direncanakan Pemerintah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Mulai dari perencanaan, pengelolaan, strategi dan pelaksanaan proses pembangunan ESD di Indonesia dapat berjalan dengan baik jika semua elemen masyarakat mendukung (mensupport) pemanfaatan lingkungan alam.
190 Masyarakat adat Kampung Kuta dengan kearifan tradisionalnya telah berhasil mempertahankan kelestarian lingkungan hidupnya dan budaya adat Kampung Kuta. Keberhasilan tersebut telah menghantarkan masyarakat Kampung Kuta memperoleh penghargaan Kalpataru Tingkat Nasional pada tahun 2002 (kategori penyelamat lingkungan).keberhasilan proses pembinaan kesadaran warga dalam melestarikan lingkungan tentu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Baik secara intern atau ekstern. Tanpa adanya kerjasama yang baik antara masyarakat, tokoh adat, serta pemerintah proses pembinaan ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk hambatannya sampai saat ini masih bisa diatasi sehingga tidak mengganggu proses pembinaan tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan menjembatani the living environment untuk diaplikasikan dalam kehidupan. The living environment merupakan salah satu konteks kajian PKn yang merupakan turunan dari antropologi science. Sebagai learning service, the living environment sangat memberikan kontribusi untuk menciptakan partisipasi warga negara demi terwujudnya rasa kesadaran warga dalam melestarikan lingkungan hidup melalui pendidikan tradisi budaya. Kajian PKn tidak hanya political science, tetapi terintegrasi dengan ilmu-ilmu lainnya seperti hukum, sosiologi, ekonomi, antropologi, seni, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, penulis mengintegrasikan PKn dengan ilmu antropologi sosiologi, dimana menggambarkan kehidupan sosial masyarakat adat dalam mengelola dan melestarikan lingkungan alam. Dari uraian singkat di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat lokal yang mempunyai kearifan tradisional mampu melahirkan kearifan lingkungan yang ternyata seiring dan sejalan, bahkan sangat menunjang kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam pada kerangka pembangunan nasional. Karena merupakan salah satu cirri kebudayaan nasional, kearifan tradisional yang dimiliki masyarakat lokal yang telah melibur dalam sistem kehidupannya, patut digali dan dikembangkan lebih lanjut. Namun demikian kita harus menyadari, tentunya sistem ini tidak serta merta dapat menggantikan sistem pengelolaan hutan modern yang sudah ada. Tapi paling tidak, bisa menunjukkan bahwa ada sistem pengelolaan sumberdaya yang
191 dilakukan oleh masyarakat lokal yang secara sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi bisa dipertanggungjwabkan dan menguntungkan semua pihak. Hal ini akan menjadi lebih maksimal apababila didukung dan ada keterlibatan semua pihak (stake holder). Merenungkan kearifan lokal bukan berarti kembali ke masa lalu atau menjadi masyarakat tradisional lagi, namun mencari mutiara-mutiara para leluhur dan menjadikannya sebagai pegangan setiap langkah ke depan. Dengan kata lain, kearifan lokal dapat berfungsi sebagai "penyubur" nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan kehidupan kehidupan masyarakat untuk melindungi serta mengelola lingkungan hidup. Interaksi masyarakat local dengan alam ibarat dua sisi mata uang, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Masyarakat adat memandang lingkungannya bukan sekedar pemberi keuntungan atau memberikan pendapatan (benefit). Akan tetapi mereka memandang alam sebagai satu kesatuan dengan diri mereka, mereka sadar bahwa ketika alam atau lingkungan rusak, maka tempat mereka hidup pun akan terganggu. Sehingga mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kelestarian alam atau lingkungannya. Artinya ada rasa tanggung jawab yang besar dalam diri mereka untuk menjaga keseimbangan lingkungannya. B. Simpulan Khusus 1. Pembinaan kesadaran mampu mensinergikan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (action) warga masyarakat dalam menjaga eksistensi lingkungan hidup dan budaya. 2. Estafet kebudayaan dalam mengembangkan strategi dan transformasi kearifan lokal mampu mengkokohkan internalisasi nilai pendidikan tradisi. 3. Kesadaran diri dan tanggung jawab merupakan modal sosial dalam menciptakan harmoni alam demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) baik dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan (environment). 4. Keberhasilan proses pembinaan kesadaran didukung oleh beberapa indikator penting diantaranya dari sikap/ perilaku masyarakat yang
192 memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap alam, serta dari dukungan pemerintah setempat dalam mengelola lingkungan hidup. C. Implikasi Pendidikan Kewarganegaraan memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan (ESD), penekanan pada aspek kebudayaan akan menggaris bawahi pentingnya ESD (Education for Sustainable Development) merupakan konsep dinamis yang mencakup sebuah visi baru pendidikan yang mengusahakan pemberdayaan orang segala usia untuk turut bertanggungjawab dalam menciptakan sebuah masa depan berkelanjutan. Bukan sekedar transfer pengetahuan, para pelaku utama pembangunan berkelanjutan haruslah menempatkan peran mereka dalam pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal dan dalam kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Ini berarti pendidikan harus berubah sehingga ia mampu menanggapi masalahmasalah sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan hidup yang kita hadapi dalam Abad ke-21. Begitupun Cogan menambahkan delapan karakteristik yang perlu dimiliki warga negara sehubungan dengan semakin beratnya tantangan yang harus dihadapi dimasa mendatang. Karakteristik warga negara tersebut meliputi : 1) Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga negara masyarakat global; 2) Kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat; 3) Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya; 4) Kemampuan berfikir kritis dan sistematis; 5) Kemauan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan; 6) Kemauan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah bisa, guna melindungi lingkungan hidup; 6) Memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak azasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis, dsb); 7) Kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional (Sapriya, 2004, hlm. 9). Oleh karena itu, kesadaran warga negara sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan pelestarian lingkungan alam. Karena dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kita tidak hanya dituntut untuk mengetahui
193 teori dan dalil, tetapi yang paling penting kita mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kenyataannya sampai saat ini masyarakat bangsa kita masih dihiasi oleh suatu gejala kelemahkarsaan, suatu mentalitas yang sangat tidak cocok untuk pembangunan (Budimansyah, 2006, hlm. 305). Hal ini akan bepengaruh terhadap kesadaran warga negara dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pendidikan tradisi merupakan bagian dari proses pendidikan kewarganegaraan yang diaplikasikan dalam PKn kemasyarakatan, yang memiliki core values menciptakan perilaku dan sikap warga negara yang baik. Dalam proses pembelajaran formal mata pelajaran PKn senantiasa disisipkan ritus-ritus khusus agar siswa lebih menjiwai dengan apa perilaku yang ditampilkannya. Seperti halnya ritus reflektif, ikrar, do a, serta aksi nyata melalui berbagai kegiatan kunjungan ke masyarakat ataupun kegiatan lainnya. Dengan mengikuti aktifitas dan gerakan-gerakan kemasyarakatan secara langsung, maka siswa tidak hanya memahami teorinya saja, melainkan mampu melaksanakannya dalam aksi nyata di masyarakat. Disinilah Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mempunyai peran penting dalam penanaman nilai, karena koridornya value based, nilai tersebut harus diajarkan dalam pendidikan formal seperti PKn kemasyarakatan (community civics). Sedangkan objek studi civics dan Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, social, ekonomi, agama, dan negara. Sebagaimana dipaparkan oleh Somantri (2001, hlm. 276) dalam lokakarya metodologi pendidikan kewarganegaraan (1973, hlm. 214) yang termasuk ke dalam objek studi civics ialah: a) Tingkah laku, b) Tipe pertumbuhan berfikir, c) Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara, d) Hak dan kewajiban, e) Cita-cita dan aspirasi, f) Kesadaran (patriotism, nasionalisme, pengertian internasional, dan moral Pancasila), g) Usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggung jawab. Penanaman nilai-nilai lingkungan hidup harus diintergrasikan kepada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di dalam pendidikan formal meskipun pada proses pembelajaran. Dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat.
194 D. Rekomendasi Dengan memperhatikan hasil analisis dan simpulan penelitian sebagaimana dijelaskan terdahulu, maka penulis sampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Kepada masyarakat Dari hasil penelitian ditemukan pendidikan nilai tradisi, dalam melestarikan alam harus dijaga keseimbangannya. Sebaiknya masyarakat harus mampu bersikap dengan baik, etika mana yang harus dipertahankan untuk menghargai alam dan etika mana yang harus dihilangkan. Agar keberlangsungan alam kita selalu terjamin. 2. Kepada sesepuh Kampung Kuta (Ketua Adat) Dari hasil penelitian yang ditemukan, diharapkan para sesepuh adat selalu mempertahankan proses pembinaan tradisi tersebut demi menjaga keseimbangan lingkungan alam. 3. Kepada aparat pemerintah Harus menjaga lingkungan alam sekitar, jangan sampai ada oknum aparat pemerintahan yang menebang pohon, memberikan izin bangunan di tempat yang menjadi resapan air, merusak pohon-pohon yang ada di hutan lindung, dan sebagainya. Hendaknya peran pemerintah juga turut memberi perhatian lebih terhadap program pelestarian lingkungan kampung adat seperti kampung Adat kuta sebagai aset pemerintah daerah. 4. Kepada akademisi Dengan adanya tradisi-tradisi khas di suatu daerah itu dijadikan sebagai bahan untuk etnopedagogic. Sehingga murid tidak akan mengalami kejenuhan mengalami pembelajaran hanya di dalam kelas. Sehingga siswa mampu memberikan solusi dari hasil pengamatannya. Begitupun dengan pembelajaran di perkuliahan, dengan adanya matakuliah Hukum Islam dan Hukum Adat itu bisa mengetahui dan memahami tanggung jawab sebagai warga negara yang baik itu
195 salah satunya memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup. 6. Kepada Dinas Lingkungan Hidup Sebaiknya pihak Dinas Lingkungan Hidup memberikan banyak bantuan terutama dalam pembinihan dan penanaman pohon-pohon yang memang dibutuhkan dan diperlukan oleh masyarakat Kuta itu sendiri. Sehingga masyarakat Kuta akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan bagi bangsa khususnya dalam pelestarian lingkungan alam yang semakin jarang dilirik oleh berbagai pihak. 7. Kepada Peneliti Selanjutnya Layaknya sebuah penelitian selalu menghasilkan data penelitian yang masih bisa dikembangkan kembali atau penelitian lanjutan. Hal ini merupakan karakteristik ilmu pengetahuan yang dinamis selalu dapat dikembangkan kembali. Demikian pula dengan hasil penelitian ini, tentu masih ada saja peluang bagi penelitian selanjutnya. Untuk itu, disarankan agar peneliti dapat melakukan kajian mendalam tentang peran pemerintah dalam melestarikan kembali permainan tradisional.