BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Proses pencarian jati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang ya

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

Perbedaan Kemandirian antara Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Siswa SMU Mulia Pratama Medan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami berbagai hal yang kurang menyenangkan dan ada

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Proses pencarian jati diri ini diperlukan kemandirian, yang merupakan tugas perkembangan yang harus dicapai oleh setiap remaja. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-perlahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain disekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Demikian juga perkembangan yang berlangsung di masa kanak-kanak, perkembangan di masa remaja diwarnai oleh interaksi antara faktor-faktor genetik, biologis, lingkungan dan sosial. Selama masa kanak-kanak, remaja menghabiskan waktu ribuan jam untuk berinteraksi pada orang tua, kawankawan, dan guru, kini tiba waktunya mereka dihadapkan pada perubahan biologis yang dramatis, pengalaman-pengalaman baru, serta tugas pengembangan baru, cara berpikir remaja menjadi lebih abstrak dan idealistik. 1

2 Situasi kehidupan seperti itu memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika kehidupan remaja, apalagi remaja secara psikologis, tengah berada pada masa topan dan badai serta tengah mencari jati diri, Hurluck (dalam Femilia, 2010). Selain itu pada diri remaja diperlukan sikap kemandirian yang dikemukakan oleh Ali (2004) kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Kemandirian dipengaruhi oleh dua faktor, yakni (faktor internal), faktor yang berasal dari dalam dan (faktor eksternal), faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang berasal dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia, kekuatan iman dan taqwa serta intelegensi (kecerdasan). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mutadin (dalam Femilia, 2010) dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya, dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua. Selain itu menurut Steinberg (dalam Femilia, 2010) remaja yang memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri serta bertanggung jawab meskipun tidak ada pengawasan dari guru maupun orang tua. Kurangnya pengalaman remaja dalam menghadapi berbagai masalahnya, maka remaja akan mengalami 2

3 kesulitan dalam menghadapi masalah untuk memperoleh kemandirian emosional. Sering sekali sikap kurang mandiri pada diri remaja membuat mereka sulit untuk mengambil keputusan dalam menghadapi masalah. Problem remaja diatas, merupakan perilaku-perilaku reaktif, semakin meresahkan jika dikaitkan dengan situasi masa depan remaja yang diperkirakan akan semakin kompleksitas dan penuh tantangan. Menurut Tilaar (dalam Asrori, 2011), tantangan kompleksitas masa depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Pentingnya usaha mempersiapkan bagi masa depan remaja, karena sedang mencari jati diri, mereka juga berada pada tahap perkembangan yang sangat potensial. Perkembangan kognitifnya telah mencapai tahap puncak, menurut teori perkembangan dari (Piaget. dalam Ali, 2004). Oleh karena itu sangat di butuhkan kemandirian yang sehat pada remaja karena kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara hakikat eksistensi diri. Kemudian kemandirian bukanlah hasil dari proses internalisasi aturan ototritas, melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat eksintensi manusia Kardinata (dalam Asrori, 2011). banyak remaja dapat mengatasi masalahnya dengan baik, namun tidak jarang ada sebagian remaja yang kesulitan dalam melewati dan mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Remaja yang gagal mengatasi masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi sekolah menurun, hubungan dengan teman menjadi 3

4 kurang baik serta berbagai masalah dan konflik lainnya yang terjadi (Milarsari dalam Eko, dkk 2006). Selanjutnya dalam rangka mendapatkan Fenomena di kehidupan seharihari pada siswa SMA CERDAS MURNI MEDAN TEMBUNG peneliti melihat melalui proses observasi bahwa masih ada remaja yang kurang mandiri dalam mengambil sebuah keputusan seperti dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, remaja tersebut harus diingatkan terlebih dahulu oleh orang tua nya untuk mengerjakan tugasnya, dan jika melakukan pekerjaan remaja tersebut suka menunda-nundanya, ketika ia mendapatkan kendala dalam tugas dari guru, remaja tersebut meminta bantuan orang lain karena ia tidak bisa melakukan tugasnya sendiri, dan kurang bisa menghargai hasil karya sendiri karena selalu merasa kurang puas atas apa yang ia kerjakan, dan banyak hal-hal yang dialami remaja di dalam kehidupan ini yang masih diatur oleh orang tua meski usia mereka yang sudah berusia lebih dari 17 tahun. Salah satu contohnya adalah dalam hal pemilihan jurusan ketika masuk sekolah, dalam hal ini masih banyak ditemui orang tua yang masih bersikeras untuk memasukkan putra putri mereka ke jurusan yang mereka kehendaki meskipun anaknya sama sekali tidak berminat untuk masuk ke jurusan tersebut. Melihat hal itu, maka dapat dilihat bahwa remaja sangat membutuhkan kemandirian tersebut.hal ini dikarenakan kemandirian pada diri remaja merupakan salah satu yang membantu untuk dapat melakukan pemecahan masalah dengan baik, menurut Hunsaker (dalam Femilia, 2010) pemecahan 4

5 masalah adalah sebagai suatu proses penghilangan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Selain itu Hunsaker mengatakan bahwa salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecah masalah. Oleh karena itu, remaja yang lebih mandiri akan memudahkan ia untuk memecahkan masalah. melihat hal itu, maka dapat dilihat bahwa remaja sangat membutuhkan kemandirian tersebut. Hal ini di dukung dari pendapat Suharnan (2012) ciri-ciri perilaku mandiri adalah a. mengambil inisiatif untuk bertindak, b. mengendalikan aktivitas yang dilakukan, c. memberdayakan kemampuan yang dimiliki, d. menghargai hasil karya sendiri. Berdasarkan pendapat dan fenomena diatas yang dikemukakan diatas bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat berhubungan dengan kemandirian, karena remaja yang akan mandiri pada dasarnya mampu tampil dalam segala situasi, dan sigap dalam mengambil keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukannya. Lain halnya dengan remaja yang tidak memiliki kemandirian yang baik, mereka cenderung tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik, karena mereka biasanya sesuai dengan dengan keputusan orang lain serta kurangnya tanggung jawab dalam menyelesaikan masalahnya dan biasanya membutuhkan orang lain, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Antara Kemampuan Memecahkan Masalah dengan 5

6 Kemandirian Pada Remaja di SMA CERDAS MURNI MEDAN TEMBUNG B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas diketahui bahwa kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Kemandirian dipengaruhi oleh dua faktor, yakni (faktor internal), faktor yang berasal dari dalam dan faktor dan luar (faktor eksternal), faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang berasal dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia, kekuatan iman dan taqwa serta intelegensi (kecerdasan). Selain itu menurut Steinberg (dalam Femilia, 2010) remaja yang memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri serta bertanggung jawab meskipun tidak ada pengawasan dari guru maupun orang tua. Kurangnya pengalaman remaja dalam menghadapi berbagai masalahnya, maka remaja akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah untuk memperoleh kemandirian emosional seperti bahwa masih ada remaja yang kurang mandiri dalam mengambil sebuah keputusan seperti dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, remaja tersebut harus diingatkan terlebih dahulu oleh orang tua nya untuk mengerjakan tugasnya, dan jika melakukan pekerjaan remaja tersebut suka menunda-nundanya, ketika ia mendapatkan kendala dalam tugas dari guru, remaja tersebut meminta bantuan orang lain karena ia tidak bisa 6

7 melakukan tugasnya sendiri, dan kurang bisa menghargai hasil karya sendiri karena selalu merasa kurang puas atas apa yang ia kerjakan, dan banyak halhal yang dialami remaja di dalam kehidupan ini yang masih diatur oleh orang tua meski usia mereka yang sudah berusia lebih dari 17 tahun. Salah satu contohnya adalah dalam hal pemilihan jurusan ketika masuk sekolah, dalam hal ini masih banyak ditemui orang tua yang masih bersikeras untuk memasukkan putra putri mereka ke jurusan yang mereka kehendaki meskipun anaknya sama sekali tidak berminat untuk masuk ke jurusan tersebut. Penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana peran kemampuan memecahkan masalah yang telah dimiliki sehingga diharapkan mampu membangkitkan kemandirian dalam diri remaja. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di kemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kemampuan memecahkan masalah dengan kemandirian pada remaja di SMA CERDAS MURNI? D. Tujuan Dan Manfaat penelitian Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemampuan memecahkan masalah dengan kemandirian pada remaja di SMA CERDAS MURNI Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang terbagi menjadi dua yaitu: 7

8 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang Psikologi perkembangan, serta penelitian selanjutnya pada khususnya mengenai peran kemampuan memecahkan masalah terhadap kemandirian pada remaja. 2. Manfaat Praktis Secara praktisnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi remaja. Khususnya remaja SMA untuk mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan kemandiriannya. Sehingga dapat mengatur diri sendiri serta bertanggung jawab dan mampu tampil dalam segala hal. 8