51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

dokumen-dokumen yang mirip
Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Cara Berbeda Penghitungan Badak Jawa. Di Ujung Kulon Pada Tahun Ir. Agus Priambudi, M.Sc

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LOKASI PEMASANGAN CAMERA-VIDEO TRAP

BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN

MEMANTAU HABITAT BADAK JAWA

Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Bagian Ekologi Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB,

BAB I PENDAHULUAN. utama terus mengalami pergeseran dan lebih membuka diri bagi aktor non-state

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Perancangan Kampanye Untuk. Mendukung Pelestarian Badak Bercula Satu. Artikel Ilmiah

I. PENDAHULUAN. alam. Dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

EKOLOGI KUANTITATIF. ANALISIS TIPOLOGI HABITAT PREFERENSIAL BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus, Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Pemodelan Kesesuaian Habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) di Taman Nasional Ujung Kulon

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3544); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.39/Menhut-II/2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.40/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

PENGAMATAN KEBERADAAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI KUTAI BARAT DAN MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR. Indonesia-Program Kutai Barat

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

Progres Pembangunan. Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) adalah burung. endemik Pulau Bali, dan distribusinya sampai tahun 2005 hanya ada di Taman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aplikasi TNUKpedia, Terobosan Baru Menuju Taman Nasional Pintar

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

BAB III LANDASAN TEORI

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

I. PENDAHULUAN. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu kekayaan

Camera Trap Theory, Methods, and Demonstration

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

NILAI EKONOMI PERDAGANGAN SATWA LIAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


PERAN PENELITI PUSLIT BIOLOGI-LIPI DALAM JEJARING RAPTOR INDONESIA (RAIN)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN. Banteng (Bos javanicus d Alton 1823) merupakan salah satu mamalia

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

ABSTRAK PERANCANGAN BUKU DOKUMENTASI TENTANG LANDSCAPE DI KAWASAN TAMAN NASIONAL UJUNG KULON. Oleh FREDERIKUS ANGGIORIUS NRP

Transkripsi:

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan spesies paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia sehingga dikategorikan sebagai critically endangered dalam Red List Data Book yang dikeluarkan oleh IUCN. Badak jawa juga terdaftar dalam Appendix 1 Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah. Badak jawa juga diklasifikasikan sebagai jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar. Sejak IUCN menyatakan populasi Badak jawa yang terdapat di dataran Vietnam telah punah pada tahun 2011, kini populasi satwa tersebut hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Penyebaran populasi Badak Jawa di TNUK hanya terdapat di Semenanjung Ujung Kulon (38.543 ha) khususnya pada beberapa wilayah seperti Citadahan, Cibandawoh, Cikeusik, Cigenter, Nyiur, Citerjun, Karang Ranjang dan Ermokla. 1 / 5

Informasi mengenai parameter demografi dan ekologi badak jawa merupakan hal mendasar yang perlu diketahui dalam upaya konservasi satwa tersebut. Namun badak jawa termasuk satwa yang mempunyai sifat menghindar dari kehadiran manusia (elusive), hidup menyendiri (s oliter ) pada kawasan hutan yang lebat dan luas sehingga sulit untuk dijumpai secara langsung. Hal tersebut menjadi kendala dalam melakukan monitoring satwa tersebut. Sejak tahun 1967 hingga 2007, monitoring populasi badak jawa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yakni dengan mengamati jejak kaki badak dan beberapa jenis temuan lainnya, seperti kotoran, urine, bekas tumbuhan yang dimakan, dan bekas gesekan pada batang pohon. Monitoring dilakukan oleh tim yang bergerak pada jalur/ transek yang mengarsir Semenanjung Ujung Kulon. Utara. Taksiran populasi badak jawa hasil monitoring masih sangat bias dan seringkali menjadi perdebatan publik. Sejalan dengan perkembangan teknologi, pada tahun 2011 Balai Taman Nasional Ujung Kulon mulai menggunakan teknologi baru dalam melakukan monitoring populasi badak jawa. Monitoring dilakukan dengan mengoperasikan kamera video trap jenis Trophy camp merk Bus hnell model 119405 pada lokasi yang sering dikunjungi badak jawa di Semenanjung Ujung Kulon. Hasil berupa klip video badak jawa selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan 8 (delapan) parameter morfologi badak jawa yaitu: ukuran-bentuk dan posisi cula, kerut kulit di sekitar mata, kerut wajah, lipatan leher, posisi dan bentuk telinga, cacat, luka, dan warna kulit. Pada monitoring tahun 2011, pengoperasian 40 unit kamera menghasilkan 435 klip video badak jawa, yang setelah diidentifikasi didapatkan 35 individu badak jawa yang terdiri dari 22 individu jantan dan 13 individu betina. Dari populasi tersebut ditemukan 5 anak badak. Pada tahun 2012, dengan jumlah kamera yang sama, monitoring dilakukan mulai bulan Maret sampai dengan Desember 2012. Pemasangan kamera tersebut menghasilkan jumlah klip video badak jawa yang lebih banyak, yakni 689 klip video. Dari hasil identifikasi didapatkan 47 individu badak jawa yang berbeda, yang terdiri dari 30 individu yang telah tertangkap kamera video pada monitoring tahun 2011 dan tertangkap kembali pada monitoring tahun 2012, dan 17 individu yang baru tertangkap kamera video pada monitoring 2012. 2 / 5

Lima individu badak jawa yang tertangkap kamera video pada monitoring tahun 2011 dan tidak tertangkap kembali pada monitoring tahun 2012, 1 individu diantaranya yang bernama Sudara (ID: 009.2011) diduga mati pada bulan Februari 2012 dan 4 individu lainnya diduga berada di luar area penempatan kamera. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 jumlah minimum badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon sebanyak 51 (lima puluh satu) individu. Angka tersebut didapatkan dari hasil penjumlahan 47 individu badak jawa yang tertangkap kamera video pada monitoring tahun 2012 ditambah dengan 4 individu yang tertangkap kamera video pada monitoring tahun 2011 dan tidak tertangkap kembali pada monitoring tahun 2012. Berdasarkan jenis kelaminnya, ke-51 individu badak jawa tersebut terdiri dari 29 individu jantan dan 22 individu betina (atau sex ratio 1 : 0,76). Pada populasi tersebut ditemukan 8 individu anak badak jawa yang masih bersama induknya, yang terdiri dari 5 individu jantan dan 3 individu betina. Berdasarkan jumlah anak badak jawa yang tertangkap kamera video dan jumlah badak jawa mati yang ditemukan selama monitoring, dapat dihitung ratio tingkat kelahiran terhadap tingkat kematian badak jawa yakni sebesar 8 : 1. Tingginya ratio tersebut memberi harapan besar bagi keberlangsungan hidup badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Untuk memperluas cakupan area pemasangan kamera video trap, pada monitoring tahun 2013 Balai Taman Nasional Ujung Kulon menambah jumlah kamera video yang dioperasikan. Contact Person : 3 / 5

Dr. Ir. MOH. HARYONO, M.Si Kepala Balai TN. Ujung Kulon HP. 081311003930, Email : moh_haryono@yahoo.co.id Dr. U. MAMAT RAHMAT, S.Hut, MP Koordinator Monitoring Badak Jawa Balai TN. Ujung Kulon HP. 087873417555, Email : umat_rahmat@yahoo.com 4 / 5

INDRA K. HARWANTO, S.Hut, MA. Kepala Urusan Kerjasama dan Humas Balai TN. Ujung Kulon HP. 081315557881, Email : indra_raheshtama@yahoo.com 5 / 5