PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST DISLOKASI ELBOW DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST DISLOKASI ELBOW DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

Di susun oleh : ARFIAN EKA NUGRAHA J

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ELBOW POST REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA DI RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PASCA OPERASI FRAKTUR 1/3 PROKSIMAL ANTEBRACHII DEXTRA DI RSUD. Dr. HARDJONO S. PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA OPERASI PEMASANGAN PLATE AND SCREW PADA FRAKTURE ANTEBRACHII 1/3 PROXIMAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER CAPSULITIS ADHESIVE DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan tindakan operasi pemasangan Plate and Screw, yaitu

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab, dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CLOSE FRAKTURE 1/3 DISTAL HUMERUS SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA DI RST SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dewasa ini meliputi seluruh aspek kehidupan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRAKTUR FEMUR 1/3 PROXIMAL DEXTRA DI PUSKESMAS KARTASURA

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

ROM (Range Of Motion)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR 1/3 PROXIMAL RADIUS ULNA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan. menyeluruh, dan dapat terjangkau masyarakat luas.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW JOINT SINISTRA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang umumnya terjadi pada daerah siku (Setiawan, 2011). digunakan dalam permainan tenis dalam melakukan service, overhead

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS DEXTRA DI RST DR. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J,

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT BILATERAL DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangMasalah. bagian bawah adalah tungkai. Dan lutut merupakan salah satu sendi utama

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR 1/3 PROXIMAL RADIUS ULNA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Transkripsi:

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST DISLOKASI ELBOW DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Diploma III Fisioterapi Oleh : NUR FADHILAH SARI J100141001 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST DISLOKASI ELBOW DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nur Fadhilah Sari Program Study Diploma III Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosuro Surakarta E-email : Nurfadhilahsari67@gmail.com Abstrak (Dibimbing oleh : Wahyuni, S.Fis.,M.Kes) Latar belakang : Dislokasi elbow dextra merupkan pergesaran tulang dari permukaan yang disebabkan tertariknya kapsul. Kondisi dislokasi elbow dapat diberi tindakan dengan reduksi manual dan dipertahankan dengan gips dengan posisi siku fleksi 90 derajad selama 3 minggu. Dan keadaan seperti ini dapat menimbulkan kondisi nyeri, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot, serta gangguan fungsional. Tujuan : Untuk mengetahi manfaat Infrared, Terapi Latihan, dan Massage untuk mengurnagi nyeri, meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan fungsional pada kondisi post dislokasi elbow dextra. Hasil : Dari hasil terapi didapat di simpulkan bahwa adanya penurunan nyeri dengan VAS dari T0 sampai T6 dapat dilihat, nyeri tekan T0 (2,5) menjadi T6 (0), nyeri gerak T0 (3,5) menjadi T6 (0). Peningkatan LGS dengan Goneometer dari T0 sampai T6 dengan hasil, secara aktif T0= S (0-50-120), R (50-0-70) menjadi T6= S (0-10-130), R (60-0-70), secara pasif T0 = S (0-50-125), R (50-0-75) menjadi T6 = S (0-10-135), R (65-0-75). Peningkatan kekuatan otot dengan MMT dengan hasil, gerak fleksi T0 (3-) menjadi T6(3), gerak ekstensi T0 (3-) menjadi T6 (3), gerak supinasi T0 (3-) menjadi T6 (3), gerak pronasi T0 (3-) menjadi T6 (3). Kesimpulan : Infrared, Massage, Terapi Latihan, dan Index woodsrock dapat mengurangi nyeri, meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot. Kata Kunci : Dislokasi elbow dextra, Infrared, Massage, Terapi Latihan, Index WoodSrock.

A. PENDAHULUAN Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi (KMK RI No 367, 2007). Salah satu peranan fisioterapi adalah memberikan pelayan fisioterapi pada kondisi post dislokasi elbow yang telah mendapatkan tindakan medis berupa reposisi dan pemasangan gips. 1. Latar Belakang Dislokasi adalah terjadinya pergeseran tulang dari permukaan yang disebabkan tertariknya kapsul (Preace, 2009). Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada sendi. Dislokasi sendi biasanya terjadi setelah trauma berat, yang mengganggu kemampuan ligament menahan tulang ditempatnya. (Corwin, 2007). Penanganan dislokasi dapat dilakukan dengan reduksi. Reduksi dilakukan dengan melakukan traksi longitudinal pada lengan bahwa dengan traksi lawan pada lengan atas. Setelah reduksi lakukan imobilisasi lengan dengan gips posisi felksi siku >90 derajad selama 3 minggu (Madjid, 2012). Akibat yang ditimbulkan post pemasangan gips selama 3 minggu adalah gangguan berupa imperment, fungctional limitation, dan disability. Impairment misalnya spasme otot penggerak sendi siku, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi elbow joint,

serta penuruanan kekuatan otot penggerak sendi siku. Fungsional limitation berupa ganggaun self care seperti mandi, makan dan berpakaian. Disability berupa ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktifitas atau hobi sesuai dengan usia dan perannya. Pada permasalahan tersebut peran fisioterapi sangan penting untuk mengatasi gangguan fungsi dan gerak serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Modalitas yang dimiliki oleh fisioterapi berupa infra red, massage dan terapi latihan dapat digunakan untuk mengurangi spasme, mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kemampuan fungsional. 2. Tujuan Penulisan Tujuan penulis menyusun karya tulis ilmiah ini adalah : (1) untuk mengetahui manfaat Infra Red, terapi latihan, massage, dan index WoodStrock terhadap penurunan nyeri, (2) untuk mengetahui manfaat Infra Red, active exercise, resisted active exercise dan massage dalam meningkatkan lingkup gerak sendi, (3) untuk mengetahui manfaat Infra Red, active exercise, resisted active exercise dan massage dalam meningkatkan kekuatan otot, dan (4) untuk mengetahui manfaat Infra Red, active exercise, resisted active exercise dan massage untuk mengurangi spasme otot pada pasien post dislokasi elbow dextra.

B. TINJUAN PUSTAKA Dislokasi elbow adalah lepasnya hubungan sendi pada siku yang sering disebabkan oleh suatu cidera akibat trauma tidak langsung atau trauma langsung pada siku (Helmi, 2012). 1. Anatomi Fungsional Elbow joint disusun oleh tiga tulang yang saling berhubungan yaitu humeri distal, dan ulna serta radius proksimal. Elbow joint merupakan sendi yang majemuk karena terdapat dua sendi dalam satu kapsul. Elbow joint dibentuk oleh tiga tulang yaitu humeri bagian distal, ulna bagian proksimal, dan radial bagian proksimal. Dan elbow joint terdiri dari articulation humerulnaris, articulatio humeroradialis, dan articulation radioulnaris proximal. Jenis elbow joint ada tiga macam yaitu sendi engsel yang dapat bergerak kesatu arah, sendi peluru yang dapat bergerak ke segala arah, dan sendi kisar diantara ulna dengan radius. Pada elbow joint sangatlah stabil, karena diperkuat oleh ligamenligamen collaterale radiale, collaterale ullare dan annulare (Moore & Dalley, 2013). a. Etiologi Pada khasus dislokasi elbow mendapatkan tindakan medis berupa non operatif yang bertujuan untuk reduksi setelah itu dipertahankan dalam gips dengan posisi siku fleksi lebih dari 90 derajad, selama 3 minggu. Setelah 3

minggu dalam keadaan seperti ini akan terjadi spasme pada otot-otot penggerak siku sehingga mengakibatkan nyeri pada saat digerakkan, penurunan LGS siku dan penurunan kekuatan otot-otot penggerak sendi siku. Sehingga timbulnya rasa nyeri, yang mengakibatkan penurunan LGS dan kekuatan otot. b. Patologi Pada khasus dislokasi elbow dextra akan dilakukan reduksi dan pemasangan manset selama 3 minggu. Pemasangan manset berguna agar tulang berada ditempatnya dan kerusakan jaringan lunak disekitar dislokasi elbow dextra tidak lebih parah. Proses penyembuhan jaringan lunak menurut (Issaquah, 2014), yaitu : 1) Fase I : Inflamasi 2) Fase II : Repair 3) Fase III : Remodeling C. PROSES FISIOTERAPI Pasien yang bernama An. IQ, umur 10 tahun, agama : islam, pekerjaan: pelajar, alama: palbapang Bantul, Yogyakarta. Dengan diagnose post dislokasi elbow dextra. Mengeluhkan nyeri saat menekuk dan meluruskan siku, merasakan tebal pada otot sekitar sendi siku dan kaku pada sendi siku kanan saat digerakkan. Pemeriksaan gerak aktif berupa gerak elbow joint dextra kearah fleksi, ekstensi, dan pronasi disertai nyeri dan keterbatasan ROM. Gerakan supinasi tidak

menggalami keterbatasan gerak. Pemeriksaan gerak pasif berupa gerak elbow joint dextra kearah fleksi, ekstensi, dan pronasi mengalami keterbatasaan gerak disertai dengan nyeri dan end frim. Ppemeriksaan gerakan ini pasien diminta menggerakkan elbow kanan kearah fleksi, ekstensi, dan pronasi yang dilakukan penuh oleh pasiendengan tahanan dari terapis. Pasien dapat melawan tahanan ringan, pasien merasakan nyeri didaerah sendi dan terdapat keterbatasan ROM. Sedangkan gerakan supinasi pasien mampu melakukan tanpa keterbatasan ROM dan tidak disertai nyeri. Dalam kasus ini modalitas yang digunakan adalah infra red, terapi latihan, dan massage. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Setelah mendapatkan penanganan fisiotrepi sebanyak 7 kali tanggal 3,7,8,10,14,16,19 Juli 2014 pada pasien laki-laki dengan usia 10 tahun dan diagnose medis dislokasi elbow dextra mengakibatkan terjadinya suatu masalah utama yaitu adanya nyeri, penurunan LGS, penurunan kekuatan otot, dan adanya penurunan kemampuan fungsional. Dapat dilihat dari evaluasi yang terakhir dengan diperoleh hasil sebagai berikut : a. Nyeri Dari hasil terapi adanya penurunan nyeri dengan skala VAS dari T0 sampai ke T6. Dilihat dari hasil terapi pertama pada nyeri gerak dengan nilai VAS 23 cm dan pada terapi ke enam menjadi 0cm, sedangkan untuk

nyeri gerak pada terapi pertama dengan hasil 35 cm, terapi ke enam menjadi 0 cm. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari infra merah, massage, exercise yang memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri b. Lingkup Gerak Sendi Dari hasil terapi dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan lingkup gerak sendi secara aktif pada bidang sagital (Ekstensi-Fleksi) dari terapi pertama 0-50-120 dan terapi ke enam menjadi 0-20-130. Untuk bidang rotasi (pronasi-supinasi) terapi pertama 50-0-70 dan terapi ke enam menjadi 60-0-80. Sedangkan untuk gerak pasif dapatkan hasil bahwa pada terapi pertama untuk bidang sagital (ekstensi-fleksi) 0-45-125, sedangkan untuk terapi ke enam 0-15-135. Dan bidang rotasi (pronasi-supinasi) terapi pertama 55-0-75, terapi ke enam 65-0-85. c. Kekuatan otot Dari hasil terapi adanya peningkatan kekuatan otot dengan menggunakan MMT pada gerakkan fleksi dari T1 dengan nilai 4- dan T6 menjadi 4. Untuk gerakkan ekstensi dari T1 dengan nilai 4- dan T6 menjadi 4. Untuk gerakkan pronasi dari T1 dengan nilai4- dan T6 menjadi4. Sedangkan untuk T1 dengan nilai 4 dan T6 menjadi 4+. d. Aktifitas fungsional Dari hasil terapi bahwa intensitas penurunan nyari pada terapi pertama dengan nilai 0 dan terapi ke 6 menjadi 0. Mati rasa dan kesemutan terapi pertama 0 dan terapi keenam 0. Care pribadi pada terapi pertama 2 dan

terapi ke enam 0. Kekuatan terapi pertama nilai 2 dan terapi keenam 0. Menulis terapi pertama 0 dan terapi keenam 0. Kerja terapi pertama 1 dan terapi keenam 0. Mengemudi terapi pertama 5 terapi keenam 0. Tidur terapi pertama 0 dan terapi keenam 0. Pekerjaan rumah tangga terapi pertama 2 dan terapi keenam 0. Rekreasi terapi pertama 4 dan terapi ke enam 0. 2. Pembahasan a. Nyeri Menurut Haryanto (2003) nyeri dapat berkurang dengan pemakaian rasa hangat yang di hasilkan dari Infra red. Rasa hangat dapat meningkatkan sensitivitas gelendong otot sehingga meningkatkan laju letupan organ golgi tendon yang bekerja menghambat motorneuron. Hal ini akan menghasilkan pengurangan motorneuron yang dapat mengurangi nyeri. b. Peningkatan LGS Terapi latihan berupa free active exercise dapat meningkatkan LGS pada elbow joint, dikarenakan pada permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan. Penekanan pada kartilago akbiat pergeseran akan mendesak air keluar sari matrik kartilago ke cairan synovial, adanya aktivitas pada sendi akan mempertahankan cairan synovial yang merupakan pelumas sendi sehingga sendi dapat bergerak secara maksimal. Jaringan otot yang

memendek akan memajang secara perlahan dan jaringan otot akan mengembalikan panjang otot kembali normal, sehingga LGS akan meningkat (Murtaqib, 2013 di kutip dari Winter, 2004) c. Peningkatan Kekuatan Otot Mekanisme kekuatan otot dengan gerak resisted active exercise yaitu adanya iiradiasi atau over flow reaction akan mempengaruhi rangsangan terhadap motor unit, motor unit merupakan suatu neuron dan grup otot yang disarafinya. Komponen-komponen serabut otot akan berkontraksi bila motor unit tersebut diaktifkan dengan memberikan rangsangan pada cell (AHC)nya. Jadi kekuatan kontraksi otot ditentukan motor unitnya, otot akan berkontraksi secara kuat bila otot tersebut semakin banyak menerima rangsangan motor unitnya. Dan jumlah motor unit yang berkontraksi sesuai dengan serabut-serabut motor unit yang disyarafi sesuai serabut yang aktif (Rujito, 2007 dikutip dari Priatna, 1983). d. Aktifitas fungsional Terapi latihan berupa free active exercise ketika kontraksi otot terjadi, sintesa protein kontraktil otot berlangsung jauh lebih cepat daripada kecepatan penghacurannya, sehingga menghasilkan filament aktin dan myosin yang bertambah banyak secara progresif di dalam miofibrin. Miofibrin akan memecah di dalam seriap serat otot untuk membentuk miofibrin yang baru. Peningkatan jumlah miofibrin

tambahan yang menyebabkan serat otot menjadi hiperatropi. Dalam serat otot yang mengalami hiperatropi terjadi peningkatan komponen system metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kemampuan system metabolic aerobic dan anaerobic yang dapat meingkatkan energy dan kekuatan otot. Sehingga dapat meingkatkan aktifitas fungsional. (Widyantoro dkk, 2012 dikutip dari Guyton dan Hall. 2006) D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya dalam penulisan dapat diambil kesimpulan bahwa post dislokasi elbow dextra setelah pemasangan gips selama 3 minggu, akan menimbulkan berbagai permasalahan dan setelah mendapatkan terapi sebanyak 7x hasil yang didapatkan yaitu adanya penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, meningkatnya lingkup gerak sendi, dan peningkatan kemampuan aktifitas fungsional. 2. Saran Dalam hal ini penulis berharap dapat bermanfaat dalam menangani khasus POST DISLOKASI ELBOW. Dalam kasus ini sangat dibutuhkan kerja sama antar terapis, pasien, dan tim medis lain agar tercapai hasil yang maksimal. Maka penulis memberikan saran kepada :

a. Kepada Pasien Kesungguhan pasien dalam melakuan latihan harus semangat dan kesungguhan secara rutin dalam proses terapi dan menjalankan home program seperti mengompres air hangat, melakukan massage, dan latihan menekuk-meluruskan elbow joint dextra yang telah diberikan oleh terapi. Pasien berhati-hati dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar dan keluarga selalu memonitorin setiap terapi yang dilakukan pasien agar pasien lebih semangat dalam melakukan latihan di rumah. b. Kepada Fisioterapi Fisioterapi harus benar-benar melakukan tugasnya secara teliti dan professional, seperti melakukan pemeriksaan dengan bersungguhsungguh, menegakkan diagnose, menentukan problematika dan menentkan jenis modalitas fisioterapi yang tepat yang akan diberikan, serta fisioterapi harus memanfaatkan kemajuan IPTEK. Dan fisioterapi harus dapat bekerja sama dengan tim medis lainnya. c. Kepada Masyarakat Masyarakat hendaklah berhati-hati dalam melakukan aktifitas dan memperhatikan kesehatan. Jika mengalami masalah dalam kesehatan untuk segera berobat ke dokter atau tenaga kesehatan

DAFTAR PUSTAKA Corwin.2007.Buku Saku Patologis. Jakarta. Buku Kedokteran ECG Haryanto, 2003. Efek Inframerah terhadap Ambang Nyeri pada Subyek Sehat. Skripsi. Manado : Fakultas Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dan Fakultas Kedokteran Umum Samratulagi. Helmi, 2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta: Salemba Medika. Keputusan mentri kesehatan R.I nomor: 778/menkes/sk/VIII/2008. Tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarjana Kesehatan. Mentri kesehatan R.I. Kisner dan Colbby. 2007. Therapeutic Exercise Foundations and Thechnique,Third Edition. Philadelpia: FA Davic Company. Murtaqib, 2013. Perbedaan LATIHAN Renge of Motion (ROM) Pasif dan Aktif selama 1-2 Minggu Terhadap Peningkatan Retang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke di Keceamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan Soediman: Vol 8, No 1, Maret 2013. Moore dan Dalley. 2013. Anatomi Berorentasi Clinis edisi 5 jilid 2. Jakarta : Erlangga. Paulsen dan Waschke. 2010. Jilid 1 Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran ECG Preace. E, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk para medic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Widyantoro dkk, 2012. Hubungan Antara Senam Lansia dan Range of Motion (ROM) Lutut pada Lansia. Forum Penelitian, Vol.4 (1)