BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia usaha berada dalam lingkungan persaingan yang berubah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi pada saat ini pertumbuhan perekonomian berkembang pesat

tingkat laba bersih sebelum bunga atau pajak.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan (IHSG) turut mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berdirinya suatu perusahaan harus memiliki suatu tujuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya sumber-sumber yang dapat menghasilkan keuntungan. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, naiknya suku bunga, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian pada jaman globalisasi ini, memacu

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, keberadaan pasar modal membantu kebutuhan pendanaan jangka

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham menjadi indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (investor), yaitu capital gain dan dividend. Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik,

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian ini sebagai faktor internal perusahaan yaitu Return on Asset (ROA), Debt

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan zaman, dapat kita lihat bahwa persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain setiap perusahaan harus mengembangkan usahanya yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan pada hakekatnya memerlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Jumlah dana tersebut tidak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan yang lain, berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

I. PENDAHULUAN. keuntungan di masa yang akan datang. Hal ini juga di dukung dengan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimana pertumbuhan tersebut sejalan dengan era globalisasi ekonomi. Dengan

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi di era globalisasi saat ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya kegiatan bisnis dalam bidang ekonomi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tingkat perkembangan pasar modal menjadi tolok ukur kemajuan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan initentunya perusahaan tidak luput dari berbagai masalah yang dihadapi, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan biaya atau dana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

EKA YULIANA B

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia, alternatif untuk mendapatkan dana dapat diperoleh melalui pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berlomba-lomba untuk meningkatkan produksi dan kualitas barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan dengan menguji pengaruh Penilaian Kinerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama investor berinvestasi di pasar modal adalah untuk mendapatkan keuntungan. Investor membeli sejumlah saham dengan harapan mereka memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh perusahaan sebagai imbalan atas waktu dan risiko di dalam berinvestasi. Akan tetapi, seorang investor sebelum membeli saham suatu perusahaan akan mempelajari terlebih dahulu kondisi perusahaan. Investor sering membandingkan antara harga saham dengan nilai atau harga sebenarnya dari saham tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham. Harga pasar suatu saham mencerminkan nilai dari perusahaan, sehingga naik turunnya harga saham suatu perusahaan menunjukkan naik turunnya nilai perusahaan bagi para investor. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja keuangan perusahaan, permintaan dan penawaran, suku bunga, tingkat risiko, laju inflasi, kebijakan pemerintah, politik, dan keamanan suatu negara. Kondisi keuangan dan kinerja pada umumnya masih mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pembentukan harga saham. Bentuk yang lazim digunakan dalam menganalisis harga saham adalah analisis fundamental. Pendekatan analisis fundamental didasarkan pada hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dan dipakai sebagai dasar

penentu kebijakan bagi pemilik, manajer, dan investor. Menurut Harahap (2001: 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Dengan analisis keuangan, dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Analisisi fundamental merupakan suatu analisis yang mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2001: 315). Sehingga variabel fundamental yang digunakan dalam mempengaruhi harga saham pada penelitian ini adalah Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Tingkat Suku Bunga. Return on Equity (ROE) sebagai indikator kinerja konvensional, tidak memperhatikan biaya modal dalam perhitungannya. ROE hanya melihat hasil akhir (laba perusahaan) tanpa memperhatikan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, padahal risiko dan biaya modal mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal. ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi para pemegang saham atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Semakin tinggi ROE, maka semakin baik perusahaan tersebut di mata investor dan hal ini dapat menyebabkan harga saham perusahaan yang bersangkutan semakin naik (Tandelilin, 2007: 240).

Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, terdapat perbedaan hasil penelitian yang menguji ROE terhadap harga saham, yaitu (1) penelitian Widoretno (2012) menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif terhadap harga saham, dan (2) penelitian Rinati (2009) menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuangan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham. Menurut Kasmir (2012:207), Semakin tinggi nilai EPS, maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, terdapat perbedaan hasil penelitian yang menguji EPS terhadap harga saham, yaitu (1) penelitian Choirani (2012) menunjukkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan (2) penelitian Kartiwan (2011) menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Price Earning Ratio (PER) pada dasarnya memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan. Saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya memiliki PER yang tinggi (Hanafi, 2010: 43).

Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, terdapat perbedaan hasil penelitian yang menguji PER terhadap harga saham, yaitu (1) penelitian Effendi (2009) menunjukkan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan (2) penelitian Amanda (2012) menunjukkan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Tidak jadi masalah, jika laba sedikit asal perusahaan tetap mampu membayar semua kewajiban dengan modal yang dimiliki. Tetapi, apabila semakin tinggi DER, semakin besar persentase modal asing yang digunakan dalam operasional perusahaan, atau semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutanghutang terhadap ekuitas. DER yang tinggi menunjukkan sebagian besar proporsi hutang terhadap ekuitas, sehingga mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi dan risiko yang harus ditanggung investor juga semakin tinggi. Jika suatu perusahaan menanggung beban hutang yang tinggi, yaitu melebihi modal sendiri yang dimiliki, maka harga saham perusahaan akan menurun (Amanda, 2011: 3). Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, terdapat perbedaan hasil penelitian yang menguji DER terhadap harga saham, yaitu (1) penelitian Amanda (2012) menunjukkan bahwa DER berpengaruh terhadap harga saham, dan (2) penelitian Choirani (2012) menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Peningkatan suku bunga, investor cenderung menjual saham kemudian menempatkan dananya tersebut ke bank

dengan pertimbangan bahwa investasi di bank lebih kecil risikonya dibandingkan investasi saham. Penjualan saham secara serentak ini menyebabkan penurunan harga saham. Sebaliknya, jika suku bunga menurun, maka investor bisa mengalihkan asetnya dari investasi bank ke investasi lain misalnya saham, sehingga meningkatkan harga saham di bursa efek Indonesia. Dengan kata lain, suku bunga akan berpengaruh pada harga saham. Berikut adalah tabel mengenai perkembangan Suku Bunga SBI di Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Tabel 1.1 Rata-rata Suku Bunga SBI Periode 2009-2012 Tingkat Suku Tahun Bunga SBI (%) 2009 7,15 2010 6,50 2011 6,58 2012 5,77 Sumber: www.bi.go.id, 2014 (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia pada tahun 2009 sebesar 7,15%, pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,65% menjadi 6,50%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,08% menjadi 6,58%, dan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,81% menjadi 5,77%. Perbedaan konsistensi tingkat suku bunga SBI tersebut, akan mempengaruhi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Dengan demikian, besarnya jumlah permintaan per lembar saham akan berpengaruh terhadap harga saham ketika Tingkat Suku Bunga SBI mengalami penurunan atau peningkatan.

Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, terdapat perbedaan hasil penelitian yang menguji Suku Bunga terhadap harga saham, yaitu (1) penelitian Effendi (2009) menunjukkan bahwa Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan (2) penelitian Thobarry (2009) menunjukkan bahwa Suku Bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari beberapa peneliti sebelumnya yang menghubungkan antara faktor fundamental dengan harga saham menunjukkan hasil yang variatif, baik itu yang berpengaruh signifikan atau tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini menjadi motivasi dalam penelitian ini untuk melihat konsistensi hasil penelitian apabila dilakukan pada sampel dan periode pengamatan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan pertambangan adalah perusahaan yang dalam kegiatan operasinya memproduksi produk-produk pertambangan, seperti batu bara, logam dan mineral lainnya, minyak dan gas bumi. Sektor pertambangan merupakan tempat investasi yang memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan maksimal, karena sektor pertambangan memegang kendali dalam sektor perekonomian, seperti bahan bakar minyak yang merupakan kebutuhan pokok. Dengan naiknya harga minyak mentah dunia, menyebabkan meningkatnya permintaan batubara dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Terdapat tujuh masalah yang diindikasikan menghambat industri pertambangan, yaitu kepastian sistem kontak karya, perbaikan sistem perpajakan dan royalti, penyelesaian konflik kepentingan tambang dengan peraturan kehutanan, penambangan

tanpa izin, tumpang tindih peraturan pusat dan daerah, keadilan dalam divestasi kepemilikan asing, serta beda penafsiran atas peraturan (www.kompas.go.id). Dengan kondisi yang kurang menguntungkan seperti ini, para pelaku di sektor ini tidak bisa memanfaatkan tingginya harga komoditas, seperti logam dan bahan pertambangan secara optimal di dalam negeri. Dan juga tarif pajak sektor ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya dan lebih tinggi dari negara-negara pertambangan lainnya. Contohnya, tarif pajak yang diterapkan kepada produsen batu bara, 65% lebih tinggi dibanding produsen utama dunia, yaitu Australia, China, dan Afrika Selatan. Oleh karena itu, timbul kekhawatiran untuk berinvestasi di sektor pertambangan Indonesia meskipun laba yang dihasilkan tinggi. Kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 dapat dilihat dari perubahan harga saham dan beberapa variabel seperti Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) Tabel 1.2 Rata-rata Harga Saham, ROE, EPS, PER, dan DER Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012 Rasio Keuangan No Tahun Harga ROE EPS PER DER Saham (%) (Rp) (x) (%) (Rp) 1 2009 28,78 438,85 34,45 0,85 7.085 2 2010 35,14 682,80 26,67 0,75 12.242,45 3 2011 43,91 1.143,79 10,68 0,78 11.132,27 4 2012 22,23 502,61 19,31 0,84 6.922,09

Sumber: www.idx.co.id, 2014 (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa Perusahaan Pertambangan yang menjadi sampel, rata-rata variabel Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan dan penurunan selama 2009-2012. Variabel ROE, EPS, dan DER cenderung mengalami peningkatan selama periode penelitian, pergerakan ini sejalan dengan perkembangan nilai harga saham perusahaan pertambangan yang cenderung mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kasmir (2012: 202) yang mengatakan bahwa semakin baik kinerja perusahaan (ROE, DER, dan EPS), maka semakin besar keuntungan yang dihasilkan dapat meningkatkan harga saham. Sedangkan variabel PER cenderung mengalami penurunan selama periode penelitian, namun hal ini tidak sejalan dengan perkembangan nilai harga saham perusahaan pertambangan yang cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudana (2011: 23) yang mengatakan bahwa semakin tinggi rasio PER menandakan bahwa investor memiliki harapan yang baik tentang perusahaan, sehingga investor bersedia membayar mahal untuk pendapatan per saham tertentu. Dari kondisi perusahaan inilah yang menarik untuk diteliti, karena diduga variabel ROE, EPS, PER, dan DER berpengaruh terhadap harga saham perusahaan pertambangan periode 2009-2012 di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian yang variatif dan fenomena yang terjadi, mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai analisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham. Walaupun disadari bahwa variabel fundamental itu sangat luas cakupannya

tidak saja meliputi kondisi internal perusahaan tetapi juga kondisi eksternal perusahaan. Dengan tujuan untuk mengembangkan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham, maka penulis mengambil penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan (Studi pada Bursa Efek Indonesia). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER),Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pasar modal, sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kredibilitas suatu perusahaan yang terdaftar di bursa dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan di bursa.

2. Bagi emiten, sebagai bahan informasi tentang pentingnya faktor fundamental perusahaan dan tingkat suku bunga yang dapat digunakan untuk menarik minat investor dalam membeli saham. 3. Bagi investor dan calon investor, dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dan relevan yang dapat dijadikan acuan tambahan sebagai proses pengambilan keputusan dalam mengevaluasi harga saham perusahaan pertambangan. 4. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang analisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi nantinya untuk memberikan perbandingan dalam kegiatan penelitian selanjutnya yang sejenis di masa akan datang.