BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULIAN. secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT

BAB I LATAR BELAKANG

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (12%) wanita di Amerika akan mengembangkan kanker payudara infasif selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh. Penyakit kanker sangat. kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kanker.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. semua orang disegala usia adalah salah satu tujuan dari. Development Goals (SDGs). Tak luput dari sasaran SDGs angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia. Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan kanker di Negara-negara berkembang. Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke diseluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi dinegaranegara berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006). Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negaranegara yang sedang berkembang. Secara global, pada saat tertentu sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke. Menurut WHO setiap tahun, diperkirakan 15 juta orang tersebar diseluruh dunia menderita stroke, 1

2 dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang mengalami cacat permanen (suryani, 2008). Stroke menjadi penyebab utama kematian pada semua umur di Indonesia dengan proporsi 15,4%. Pada kelompok umur 45-54 tahun, stroke adalah penyebab kematian terbesar di perkotaan dengan proporsi 15,9%. Sedangkan, di pedesaan stroke merupakan penyebab kematian kedua tertinggi dengan proporsi 11,5%. Pada kelompok umur 55-64 tahun, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di perkotaan dan di pedesaan. Peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per 1.000 penduduk pada 2007, menjadi 12,1 per seribu pada 2013. (RISKESDAS,2013) Menurut yayasan stroke Indonesia terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyadang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan usia 10 tahun sejak usia 35tahun, resiko stroke meningkat dua kali lipat. Sekitar lima persen orang berusia di atas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali stroke (Yastroki, 2011). Prevalensi Stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2011 adalah 745 orang (0,03%) sama dengan angka tahun 2010. Prevalensi tertinggi tahun 2011 adalah di Kota Magelang sebesar 1,34% (267 orang). Sedangkan prevalensi Stroke non hemoragik pada tahun 2011 sebesar 0,09% (2.782 orang), sama dengan prevalensi tahun 2010. Prevalensi

3 tertinggi adalah di Kota Magelang sebesar 3,45% (1.675 orang) (Dinkes Jateng, 2011). Sebanyak 52% mengalami kecacatan permanen, sebanyak 23% mengalami kecacatan ringan dan sebanyak 25% dapat menghindari dari kecacatan setelah melakukan rehabilisasi (Fadilah, 2008), untuk menghindari kecacatan pada pasien Stroke langkah upaya untuk mencegahnya ialah dengan melakukan rehabilitasi. Rehabilitasi Stroke merupakan bagian yang sangat penting dari upaya pemulihan pada pasien pasca Stroke. Rehabilisasi Stroke dapat membantu pasien stroke dalam banyak hal yaitu membangun kekuatan, koordinasi, daya tahan atau ketahanan dan rasa percaya diri. Pada rehabilisasi Stroke pasien akan mempelajari beberapa hal seperti cara bergerak, berbicara, berpikir dan bagaimana melakukan perawatan diri sendiri (Admin, 2009). Salah satu cara rehabilisasi pasien Stroke yaitu dengan memberikan terapi ROM (range of motion). Latihan Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan di rumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga. Penderita stroke dapat mengalami kesulitan saat berjalan karena gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan

4 dan koordinasi gerak, sehingga kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Latihan gerak mempercepat penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi sensasi gerak di otak (Irdawati, 2008). Menurut Murtakib (2013) penderita stroke harus dimobilisasi sedini mungkin ketika kondisi klinis neurologis dan hemodinamik penderita sudah mulai stabil. Mobilisasi dilakukan secara rutin dan terus menerus untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke. Salah satu komplikasi stroke adalah kontraktur. Kontraktur dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas, sehari-hari dan cacat yang tidak dapat disembuhkan (Asmadi, 2008). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Lewis (2007) mengemukakan bahwa sebaiknya latihan pada pasien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi. Oleh karena itu, untuk menilai sejauh mana latihan ROM dapat meningkatkan mobilitas sendi sehingga mencegah terjadinya berbagai komplikasi seperti kecacatan pada pasien stroke dan menilai sejauhmana latihan ini memberikan dampak pada kemampuan fungsional yang terkait erat dengan kekuatan otot pada pasien stroke. Berbagai gerak pasif latihan (PROM) pada tahap awal dapat meningkatkan fungsi ekstremitas dan aktivitas sehari-hari atas pada pasien dengan stroke akut (Hyun, 2014). Berdasarkan penelitian oleh Herin Mawarti dan Farid mengenai Pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke pada tahun

5 2013, terbukti adanya pengaruh yang signifikan dari latihan ROM pasif terhadap kekuatan otot pada pasien stroke (Mawarti &Farid, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Marlina (2011) dengan judul pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini melibatkan 50 responden pasien stroke iskemik yang terdiri daru 25 group control dan 25 group intervensi yang dilaksanakan di ruang saraf RSUD DR Zainoel Abidin Bnda Aceh. Hasil dari penelitian ini menunjukan nilai rata-rata kekuatan otot responden pada latihan ROM sebelum intervensi adalah 3,68 dengan standar devisiasi 1,62. Pada pengukuran sesudah intervensi didapat ratarata 4,60 dengan standar devisiasi 0,81. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Marlina dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh yang bermakna kekuatan otot sebelum dan sesudah tindakan ROM pada pasien stroke iskemik. Menurut Ada et.al (2006) melakukan penelitian tentang Penguatan intervensi meningkatkan kekuatan dan meningkatkan aktivitas setelah stroke : review sistematis. mempunyai kesimpulan bahwa, intervensi memperkuat meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan aktivitas, dan tidak meningkatkan kelenturan. Temuan ini menunjukkan bahwa program penguatan harus menjadi bagian dari rehabilitasi setelah stroke. Secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan intensitas latihan range of motion tersebut. Menurut Perry & Potter (2006) latihan ROM dilakukan 2 kali dalam sehari sedangkan menurut Smeltzer

6 & Bare (2008) latihan range of motion dapat dilakukan 4-5 kali dalam sehari. Selain kedua referensi tadi, beberapa penelitian menunjukan frekuensi yang bervariasi dalam melakukan latihan range of motion. Penelitian Murtaqib (2008) latihan ROM dilakukan selama 1 minggu dan 2 minggu, 1 hari 2 kali yaitu pagi dan sore selama 10-15 menit latihan ini memberikan kemajuan yang signifikan dalam peningkatan kekuatan otot. Penelitian yang dilakukan Astrid (2008) menerapkan latihan ROM pada pasien stroke dengan frekuensi 4 kali sehari, dan didapatkan peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional klien. Begitupun dengan Claudia et al. (2013) dalam penelitiannya latihan range of motion dilakukan sebanyak 5 kali sehari dalam waktu 10 menit dan dilakukan sebanyak 8 kali latihan. Sementara itu Puspitawati (2010) melakukan penelitian dengan membandingkan latihan ROM 1 kali sehari dengan 2 kali sehari, dari hasil penelitian didapatkan bahwa latihan range of motion 2 kali sehari lebih efektif meningkatkan kekuatan otot dibandingkan dengan range of motion 1 kali sehari. Berdasarkan hasil dari beberapa peneliti bahwa range of motion berpengaruh terhadap kekuatan otot. Namun selama ini latihan ROM secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosis dan intensitas ROM tersebut. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pasien stroke yang rawat inap di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo pada bulan September-November 2014 berjumlah 345 pasien yang terbagi dalam

7 ruangan teratai 12 pasien, kenanga 8 pasien, Dahlia 53 pasien, Asoka 61 pasien, Mawar 16 pasien, PSR atas 22 pasien, PSR bawah 20 pasien, ICU 11 pasien, ICCU 4 pasien, HCU 34 pasien dan Cendana 104 pasien. Atas dasar inilah peneliti merasa tertarik ingin melakukan penelitian supaya memperoleh hasil yang akurat dan nyata mengenai efektifitas frekuensi pemberian range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab: Berapakah frekuensi pemberian range of motion yang efektif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas frekuensi pemberian Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di Instalasi Rawat Inap RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden pasien stroke di Instalasi Rawat Inap Margono Soekarjo Purwokerto.

8 b. Mengetahui rata-rata kekuatan oot pada pasien stroke yang dilakukan latihan range of motion dengan frekuensi 2 kali sehari, 3 kali sehari dan 4 kali sehari. c. Mengetahui perbedaan kekuatan otot pada pasien stroke yang dilakukan latihan range of motion 2 kali sehari, 3 kali sehari dan 4 kali sehari.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti baik menegenai materi maupun metode penelitian dan memberi sumbangan untuk mengembangan kerangka berfikir ilmiah tentang penelitian keperawatan yang berkaitan dengan range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke. b. Bagi profesi keperawatan Menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan khususnya dalam melakukan tindakan perawatan pada pasien stroke. Juga sebagai salah satu sumber bacaan bagi pengembangan pelayanan keperawatan khususnya yang berkaitan dengan pasien stroke.

9 c. Bagi rumah sakit Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit untuk peningkatan pelayanan bagi penderita stroke, sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin. E. Penelitian Terkait Penelitian dengan judul efektifitas frekuensi pemberian range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di ruang rawat inap RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. Adapun penelitian terkait: a. Marlina (2011) melakukan penelitian dengan judul pengaruh range of motion terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke iskemik di ruang saraf RSUD DR Zainoel Abidin Banda Aceh, hasil dari penelitian ini menunjukan nilai rata-rata kekuatan otot responden pada latihan ROM sebelum intervensi adalah 3,68 dengan standar devisiasi 1,62. Pada pengukuran sesudah intervensi didapat rata-rata 4,60 dengan standar devisiasi 0,81. Dengan kesimpulan hasil penelitian menunjukan ada pengaruh bermakna kekuatan otot sebelum dan sesudah tindakan ROM pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan rancangan pretestpostest group desain kelompok intervensi (intervention group) dan kelompok control (control group), dan dengan pendekatan non probability sampling jenis consecutive sampling. Terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan Marlina (2011) dengan penelitian yang akan dilakukan.

10 Dalam penelitian ini memiliki variable independent yang sama yaitu kekuatan otot pada pasien stroke. Perbedaan penelitian Marlina dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variable dependent dan metode yang akan digunakan, Marlina menggunakan variable dependent pengaruh Range Of Motion sedangkan peneliti menggunakan efektifitas frekuensi pemberian Range Of Motion. Marlina menggunakan pendekatan kuasi eksperimen dengan rancangan pretest-postest group desain kelompok intervensi (intervention group) dan kelompok control (control group), sedangkan peneliti menggunakan metode Posttest Desain yaitu post test group desain tanpa kelompok kontrol. b. Penelitian yang dilakukan oleh Murtakib (2013) dengan judul perbedaan latihan range of motion (ROM) pasif dan aktif selama1-2 minggu terhadap peningkatan rentang gerak sendi pada penderita stroke dikecamatan tanggul kabupaten jember, dengan kesimpulan hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan rentang gerak sendi fleksi dan ekstensi pada ROM pasif dan ROM aktif diwilayah kerja Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode pre experiment dengan rancangan One Group Pretest-Postest. Dalam penelitian ini dilakukan dua latihan yaitu ROM pasif (P1) dan latihan ROM aktif (P2) terhadap kelompok sampel yang berbeda. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Murtakib dengan penelitian yang akan dilakukan.

11 Persamaan dalam penelitian mempunyai variable independent yang sama yaitu penderita stroke. Perbedaan penelitian Murtakib dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode yang akan digunakan, Murtakib menggunakan pendekatan metode pre experiment dengan rancangan One Group Pretest-Postest. Dalam penelitian ini dilakukan dua latihan yaitu ROM pasif (P1) dan latihan ROM aktif (P2) terhadap kelompok sampel yang berbeda, sedangkan peneliti menggunakan metode Posttest Desain yaitu post test group desain tanpa kelompok control. Variable dependen juga memiliki perbedaan, jika Murtakib variable dependennya yaitu perbedaan latihan range of motion (ROM) pasif dan aktif selama1-2 minggu sedangkan penelitian ini menggunakan variable dependen yaitu efektifitas frekuensi pemberian range of motion. c. Penelitian yang dilakukan oleh Claudia Agustina Sikawin, et.al (2013) dengan judul pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke di IRINA F Neurorolgi BLU RSUP PROF.DR. R. D. Kandou Manado dengan kesimpulan adanya pengaruh latihan range of motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke dengan nilai P= 0.003. Dengan peningkatan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan latihan range of motion mengalami peningkatan score rata-rata 3.87. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuasi ekperimen, dengan metode Noneequivalent Control

12 Group Desain, dan teknik sampling menggunakan Purposive Sampling. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Claudia, et al. dan yang akan dilaksanakan peneliti. Persamaan dari penelitian ini adalah, memiliki variable independent yang sama yaitu kekuatan otot pada pasien stroke.. Perbedaan penelitian Claudia, et al. dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variable dependent dan metode yang akan digunakan, Claudia, et,al. menggunakan variable dependent pengaruh range of motion sedangkan peneliti menggunakan efektifitas pemberian frekuensi range of motion. Claudia, et al, menggunakan pendekatan kuasi ekperimen menggunakan metode dengan rancangan pretest-postest group desain kelompok intervensi (intervention group) dan tanpa kelompok control (control group), sedangkan peneliti menggunakan metode Posttest Desain yaitu post test group desain tanpa kelompok kontrol.