TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, MARET 2010

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

DOKUMEN POTENSI DESA PULAU MUDA

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEGRADASI EKOLOGI SUMBERDAYA HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar Propinsi Riau)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I. bertujuan. untuk. mengidentifikasi. lokal asli di. penyebab. di Provinsi. Riau, dengan. konflik yang 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR TANAMAN INDUSTRI DI RIAU

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK MERANTI

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

Lahan Gambut Indonesia

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Program Dana Hibah Kecil Pengelolaan Wilayah Konservasi Masyarakat Adat atau Komunitas Lokal Indonesia (ICCA-Indonesia)

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

PENDAPAT HUKUM (LEGAL OPINION)

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

RENCANA STRATEGIS

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

dikeluarkannya izin untuk aktivitas pertambangan pada tahun 1999 dengan dikeluarkannya SK Menperindag Nomor. 146/MPP/Kep/4/1999 tanggal 22 April 1999

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MASYARAKAT MARITIM DI INDONESIA; KENDALA, PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Inisiatif penyelesaian konflik Sumber Daya Alam melalui Mediasi i

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

Shared Resources Joint Solutions

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setitik Harapan dari Ajamu

Transkripsi:

TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, 29 30 MARET 2010 I. Latar Belakang Propinsi Riau merupakan wilayah yang memiliki lahan gambut yang terluas disumatra 4,044 juta ha (56,1 % dari luas lahan gambut Sumatra atau 45% dari luas daratan Propinsi Riau). Kandungan karbon tanah gambut di Riau tergolong yang paling tinggi di seluruh Sumatera bahkan se asia tenggara. Seiring semakin berkurangnya hutan lahan kering dataran rendah Riau, hutan Rawa Gambut kini benar benar terancam. Selama kurun waktu 5 tahun (2002 2007) Propinsi Riau sudah kehilangan tutupan hutan alam seluas 1,044,044 Juta hectare. Hutan alam yang tersisa di Propisi Riau pada tahun 2007 seluas 2.478.734 Hektar, 65 % di dominasi oleh hutan rawa gambut, sementara hutan dataran rendah kering yang tersisa hanya berada pada kawasan konservasi dan daerah yang sedang diperjuangkan untuk dilindungi. Selama Priode ini, (2002 2007) Propinsi Riau sudah kehilangan tutupan hutan alam Lahan Gambut/ Rawa gambut seluas 677,190 hectar atau 19% dari total hutan alam yang tersisa di tahun 2002. Pembukaan hutan rawa gambut untuk Perkebunan sawit dan HTI yang terjadi saat ini sangat berdampak buruk bagi lingkungan dan ekosistim. Keberadaan 2 Perusahaan Pulp terbesar di asia dan menjamurnya Perkebunan sawit skala besar merupakan faktor utaman penyebab kehanjuran hutan lahan gambut/ rawa gambut di Propinsi Riau. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, hal ini juga di sampaikan oleh laporan UNEP 2007, yang menyatakan bahwa perkebunan saat ini telah mengarah pada perusakan hutan tropis di indonesia. Walaupun fakta diatas menunjukan penghancuran lahan gambut ditimbulkan oleh perkebunan besar (Sawit & Akasia), namun selama ini kelompok kelompok masyarakat lah yang disebut sebagai biang kerusakan hutan dan lingkungan. Padahal, secara turun temurun masyarakat yang sering disebut perambah, pelaku illegal logging, Pembuat drainase liar, pelaku kebakaran lahan dan hutan ini adalah masyarakat lokal (adat) yang memiliki kearifan (pengetahuan dan budaya) dalam memelihara sumber sumber penghidupannya. Kawasan Semenanjung Kampar merupakan sumber ekonomi untuk bertani seperti karet, sagu, padi, jagung, kelapa. Sedangkan tasik (danau) dan sungainya merupakan sumber mata pencaharian nelayan, serta sumber air untuk kebutuhan sehari hari. Selain itu masyarakat yang berada di Kecamatan Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar juga memanfaatkan hasil hutan non kayu (damar, rotan dan madu sialang), obat obat tradisional seperti palas, kibal, pulai, akar pitali, piandang dll; areal berburu bagi masyarakat suku akit; dan sebagai sumber bahan papan/perumahan (kayu, rumbia/nipah, rotan, kulit kayu, kulit pohon). Kasus Semenanjung Kampar merupakan perwujudan ketidak percayaan pemerintah akan pengelolaan kawasan yang dilakukan oleh Komunitas Petani dan Nelayan, serta seluruh komunitas yang hidup dilahan gambut. Walaupun masyarakat yang bermukim di kawasan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kestabilan ekosistem di Semenanjung Kampar, mereka tetap tergusur oleh perluasan perkebunan sawit dan hutan tanaman industri. Padahal, masyarakat lokal telah mendiami wilayah ini jauh sebelum indonesia merdeka. Gambut memiliki peran penting dalam menjaga iklim global. Jika iklim global terjaga oleh lahan gambut yang lestari, manfaatnya akan dirasakan oleh manusia diseluruh dunia. Tetapi, tanpa disadari, pelestarian lahan gambut, dibayar dengan kemiskinan dan keterbelakangan

masyarakat di lahan gambut. Rapuh dan marjinalnya lahan gambut ternyata menyebabkan sebagian besar masyarakat yang menjaga dan menggantungkan hidup di lahan gambut mengalami kemiskinan. Sadar akan kondisi yang terjadi, maka dibutuhkan gerakan bersama gambut yang solid, dialogis, kritis dan implementatif bagi kepentingan masyarakat dan lingkungan hutan Ekosistem Hutan Rawa Gambut Riau. Untuk mewujudkan gagasan gagasan alternatif yang dapat diimplementasikan, berkaitan dengan eksistensi dan dinamika masyarakat yang hidup dilahan gambut, maka jikalahari berinisiatif untuk memfasilitasi Kongres Gambut Riau. II. III. IV. Tujuan 1) Melakukan sharing dan kajian bersama tentang berbagai pemikiran, perspektif dan pengalaman peserta (masyarakat) terkait isu Ekosistem Hutan Rawa Gambut Riau. 2) Melakukan pemetaan secara makro tentang konteks Komunitas petani/nelayan di Ekosistem Hutan Rawa Gambut Riau dengan segala kekuatan kelemahan; tantangan dan peluang yang ada. 3) Membentuk Jaringan Komunitas Petani dan Nelayan Gambut Riau sebagai gerakan bersama dalam menghadapi persoalan persoalan Kesejahteraan dan Lingkungan diwilayah Ekosistem Hutan Rawa Gambut Riau. 4) Mengupayakan munculnya pikiran pikiran alternatif dan langkah konkrit untuk menegaskan makna, peran dan fungsi Komunitas masyarakat gambut Hasil yang diharapkan 1) Terciptanya gerakan bersama gambut yang solid, dialogis, kritis dan implementatif bagi kepentingan masyarakat dan lingkungan di Ekosistem Hutan Rawa Gambut Riau. 2) Ada gagasan gagasan alternatif yang muncul, yang dapat diimplementasikan, berkaitan dengan eksistensi dan dinamika masyarakat yang hidup dilahan gambut. 3) Ada tindaklanjut konkrit dari Jaringan Komunitas Petani dan Nelayan Gambut Riau tentang kesepakatan kesepakatan yang dihasilkan. Pelaksanaan Kegiatan a. Penyelenggara kegiatan Kegiatan ini diselenggarakan bersama oleh JIKALAHARI, Scale Up, Walhi, Greenpeace,,Mitra Insani, Elang, Kaliptra dan Kabut. b. Tempat dan Waktu Lokakarya dan Kongres dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Senin Selasa/ 29 30 Maret 2010 Tempat : Hotel Resti Menara Jl. Sisingamangaraja No.09 Pekanbaru, Riau Telp (62 761) 37663 c. Peserta Peserta KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU merupakan komunitas masyarakat petani dan nelayan di wilayah lahan Rawa Gambut. Peserta berasa dari 32 desa yang berasal dari 4 kabupaten Siak, Pelelawan, Inhu, Kepulauan Meranti dan Rokan Hilir (simpul semenanjung kampar, Simpul Kerumutan, Simpul Kepulauan Metanti dan Simpul Senepis) d. Metodologi Rangkaian acara Kongres dan lokakarya ini akan dilaksanakan dalam dua hari. Lokakarya akan dilaksanakan pada Hari pertama dengan menggunakan metode

pemaparan dan diskusi. Diskusi dan dialog dilaksanakan dengan prinsip setara dalam rangka mengumpulkan masukan terkait topik bahasan dalam Lokakarya dan Kongres. Kongres dilaksanakan pada hari ke dua, dengan agenda rapat komisi dan pleno (atau sesuai kesepakatan peserta). e. Narasumber dan Kegiatan Narasumber Lokakarya: 1. Tema: Hak Hak masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam hutan rawa gambut sesuai peraturan internasional dan nasional. a. KaDishut : Zulkifli Yusuf b. Pakar : Andiko c. Hutan Desa: Berbagi Pengalaman Pengelolaan Hutan Rawa Gambut oleh Oleh : WBH 2. Tema: Berbagi pengalaman gerakan masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut a. mengelola gambut (belajar dari ARPAG) oleh : Kusnadi/Arpag b. Teluk Meranti/SK; Kerumutan/Kuala cenaku; Kepulauan Meranti 3. Tema: Peluang dan ancaman lahan Gambut bagi oleh Centrop (kalimantan) 4. Tema: Pentingnya organisasi rakyat oleh : Priyo Anggoro. 1. Lokakarya : Rusmadya, Susanto Kurniawan 2. Kongres : Kusnadi, Zainury Hasim, Hariansyah Usman, Ahmad Zazali.

Jadwal Acara KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU Hari/Tanggal : Senin Selasa/ 29 30 Maret 2010 Senin, 29 Maret 2010 Keterangan 08.00 09.00 Registrasi 09.00 12.30 Hak Hak masyarakat dalam pengelolaan Sumberdaya alam hutan rawa gambut sesuai Peraturan internasional dan nasional Diskusi Zulkifli Yusuf (KaDishut) Andiko (HuMa) Deddy (WBH( Istrahat Snack Berbagi pengalaman gerakan masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut Diskusi Koesnadi Masy S.K./T.M Masy Kerumutan/K.C Masy Kep. Meranti 12.30 13.30 Isoma 13.30 17.00 Peluang dan ancaman lahan Gambut bagi Pentingnya Membangun Organisasi Rakyat Diskus + Kesepakatan Centrop (kalimantan) Priyo Anggoro Pembukaan Kongres 17.00 20.00 Istirahat 20.00 selesai Selasa, 30 Maret 2010 08.00 17.00 Lanjutan Kongres: Pembahasan Tatib Pembahasan Agenda Pemilihan Pimpinan Sidang Pembentukan Komisi Lanjutan Kongres Sidang Komisi Isoma Lanjutan Kongres Sidang Pleno Istrahat + Snack ADHOC (SC) + Keterangan Deklarasi Penutup Do a