BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE)

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB II GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Judul Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Semarang dengan Pendekatan Healing Environment 1.2 Pengertian Judul

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB III GAMBARAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.

BAB III TINJAUAN LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KEADAAN UMUM LOKASI

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL SANITASI SAAT INI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

BAB II GAMBARAN UMUM. Gambar 2.1. Peta Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta dengan jarak 20,2 km dari ibukota provinsi daerah istimewa

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I Pendahuluan I-1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB II GAMBARAN UMUM. Ibukotanya adalah Demak. Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi

BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB IV GAMBARAN UMUM

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II GAMBARAN UMUM. berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas)

Transkripsi:

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN 3.1 Lokasi/ Data Fisik 3.1.1 Kondisi Fisik Lokasi Perencanaan Lokasi perencanaan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Semarang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari. Walaupun bukan berada di pusat Kota Semarang, lokasi ini strategis karena dekat dengan beberapa fasilitas umum, fasilitas sosial yang ada, dan masih asri. Lokasinya yang berada dipinggir jalan terkadang akan membuat lokasi ini ramai pada jam jam tertentu. Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang 3.1.2 Letak Geografis dan Administrasi Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia dan ibukota provinsi Jawa Tengah. Semarang terletak 6 50-7 10 Lintang Selatan dan garis 109 35-110 50 Bujur Timur. Kota ini berbatasan wilayah dengan : 50

51 Tabel 3.1 Batas Wilayah Kota Semarang Batas Wilayah No. Uraian Borderline Description Letak Lintang Keterangan Latitude Explanation 1. Sebelah Utara 6 50 LS Laut Jawa North 2. Sebelah Selatan South 7 10 LS Kabupaten Semarang 3. Sebelah Barat 109 50 LS Kabupaten Kendal West 4. Sebelah Timur East 110 35 BT Kabupaten Demak Sumber: (BPS Kota Semarang, 2015) Letak geografis Semarang sangat berpengaruh besar pada lalu lintas perekonomian di Pulau Jawa, hal ini dikarenakan kota ini merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang, yaitu: koridor Pantai Utara, koridor Selatan atau yang dikenal sebagai koridor Merapi-Merbabu menuju ke Kabupaten Magelang dan Surakarta, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak atau Kabupaten Grobogan, dan koridor Barat menuju ke Kabupaten Kendal. Semarang juga berperan penting dalam perkembangan Jawa Tengah karena Semarang memiliki pelabuhan, jaringan tranport darat (yang berupa jalur kereta api dan jalan) serta transportasi udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. 1 Luas area Kota Semarang adalah 373,70 km 2 atau 144,27 mil 2 yang secara administratif terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Kota ini memiliki 2 kecamatan dari 16 kecamatan yang mempunyai wilayah terluas. Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamatan Mijen (dengan luas wilayah 57,55 Km 2 ) dan Kecamatan Gunungpati (dengan luas wilayah 54,11 Km 2 ). Kedua kecamatan tersebut terletak pada bagian selatan Kota Semarang yang memiliki potensi sebagai perkebunan dan pertanian dengan wilayah perbukitan. Semarang juga memiliki kecamatan dengan luas terkecil 1 Sumber: http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2013/04/kondisi-geografis-kota-semarang.html, 21 Juni 2016

52 yaitu Kecamatan Semarang Selatan (dengan luas wilayah 5,93 Km 2 ) dan Kecamatan Semarang Tengah (dengan luas wilayah 6,41 Km 2 ). Luas yang ada di Kota Semarang, terdiri dari 39,56 km 2 atau sekitar 10,59% dari luas wilayahnya merupakan tanah sawah dan 334,14 km 2 atau sekitar 89,41% dari luas wilayahnya bukan tanah sawah. Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan/ tanah untuk bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17% dari total lahan bukan tanah sawah. 3.1.3 Kondisi Alam Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya, sehingga kota ini mempunyai ciri khas sebagai kota pegunungan dan kota pantai. Daerah pegunungan di Kota Semarang memiliki ketinggian 90-359 meter di atas permukaan laut sedangkan di daerah dataran rendah/ pantai mempunyai ketinggian 0,75-3,5 meter di atas permukaan laut. Kelerengan tanah di Kota Semarang berkisar antara 2% - 40%. Gambar 3.2 Peta Kelerengan Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang Semarang merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis dengan temperatur sedang yang suhu hariannya berkisar antara 24 ºC - 33ºC. Curah hujan 27,7 34,8 mm per tahun dengan hari hujan rata-rata 161 hari per tahun.

53 Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang Sebagaimana dengan kota lain yang ada di Indonesia yang memiliki iklim tropis, Semarang juga memiliki musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan April, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan September. Kelembaban udara yang dimiliki Semarang bervariasi antara 62% sampai 84% dan kecepatan angin rata rata yaitu 5,9 km/jam. 3.2 Data Statistik Kota Semarang 3.2.1 Kasus Stroke Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun 2011 kasus stroke di Semarang mencapai 14.690 kasus. Terdiri dari 2.507 kasus stroke hemoragik dan 12.183 kasus stroke non hemoragik atau stroke iskemik. Sedangkan faktor pencetus Stroke memiliki jumlah angka kasus yang sangat tinggi, yaitu hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) sebesar 128.594 kasus kemudian diikuti oleh diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) sebesar 59.857 kasus. Tabel 3.2 Kasus PTM Kota Semarang Thn. 2011 1. Angina Pectoris 6.736 2. IMA 2.130 3. Decompensatio Cordis 9.944

54 4. Hipertensi Esensial 106.977 5. Hipertensi lainnya 21.617 6. Stroke Haemorragie 2.507 7. Stroke non Haemorragie 12.183 8. DM tergantung insulin 14.326 9. DM tidak tergantung insulin 45.551 10. Ca Hati 332 11. Ca Bronchus 452 12. Ca Mamae 4.942 13. Ca Cerviks 5.155 14. PPOK 4.249 15. Asma Bronkiale 17.670 16. Kecelakaan Lalu Lintas 8.785 17. Psikosis 39.935 Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015 Pada tahun 2012, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 72% dari tahun sebelumnya sebesar 14.690 kasus menjadi 4.079 kasus yang terdiri dari 987 kasus stroke hemoragik dan 3.092 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 71% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 37.175 kasus dan 73% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 15.624 kasus. Tabel 3.3 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2012 1. Angina Pectoris 2.577 2. IMA 1.182 3. Decompensatio Cordis 1.347 4. Hipertensi Esensial 34.202 5. Hipertensi lainnya 2.973 6. Stroke Haemorragie 987 7. Stroke non Haemorragie 3.092 8. DM tergantung insulin 976 9. DM tidak tergantung insulin 14.648 10. Ca Hati 292 11. Ca Bronchus 186 12. Ca Mamae 932 13. Ca Cerviks 482 14. PPOK 1.342 15. Asma Bronkiale 5.674 16. Kecelakaan Lalu Lintas 3.659

55 17. Psikosis 1.023 Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015 Tahun 2013, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun sebelumnya sebesar 4.079 kasus menjadi 3.692 kasus yang terdiri dari 882 kasus stroke hemoragik dan 2.864 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 6% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 34.895 kasus dan 9% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 14.207 kasus. Tabel 3.4 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2013 1. Angina Pectoris 2.275 2. IMA 1.161 3. Decompensatio Cordis 1.130 4. Hipertensi Esensial 33.440 5. Hipertensi lainnya 1.455 6. Stroke Haemorragie 828 7. Stroke non Haemorragie 2.864 8. DM tergantung insulin 1.095 9. DM tidak tergantung insulin 13.112 10. Ca Hati 270 11. Ca Bronchus 152 12. Ca Mamae 832 13. Ca Cerviks 529 14. PPOK 820 15. Asma Bronkiale 5.040 16. Kecelakaan Lalu Lintas 2.440 17. Psikosis 1.449 Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015 Pada tahun 2014, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 20% dari tahun sebelumnya sebesar 3.692 kasus menjadi 2.942 kasus yang terdiri dari 801 kasus stroke hemoragik dan 2.141 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 7,4% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 37.673 kasus dan kenaikan 8,2% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 15.474 kasus.

56 Tabel 3.5 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2014 1. Angina Pectoris 2.034 2. IMA 1.073 3. Decompensatio Cordis 1.911 4. Hipertensi Esensial 34.956 5. Hipertensi lainnya 2.717 6. Stroke Haemorragie 801 7. Stroke non Haemorragie 2.141 8. DM tergantung insulin 1.010 9. DM tidak tergantung insulin 14.464 10. Ca Hati 126 11. Ca Bronchus 148 12. Ca Mamae 1.024 13. Ca Cerviks 335 14. PPOK 917 15. Asma Bronkiale 5.309 16. Kecelakaan Lalu Lintas 1.922 17. Psikosis 3.888 Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015 Tahun 2015, kasus stroke mengalami penurunan sebesar 36% dari tahun sebelumnya sebesar 1.885 kasus yang terdiri dari 670 kasus stroke hemoragik dan 1.215 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetusnya juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 19% untuk kasus hipertensi (hipertensi esensial maupun hipertensi lainnya) menjadi 30.582 kasus dan penurunan 82% untuk kasus diabetes melitus (tergantung insulin maupun tidak tergantung insulin) menjadi 2.760 kasus. Tabel 3.6 Kasus PTM Kota Semarang Th. 2015 1. Angina Pectoris 979 2. IMA 792 3. Decompensatio Cordis 1.010 4. Hipertensi Esensial 29.335 5. Hipertensi lainnya 1.247 6. Stroke Haemorragie 670 7. Stroke non Haemorragie 1.215 8. DM tergantung insulin 970 9. DM tidak tergantung insulin 1.790 10. Ca Hati 119 11. Ca Bronchus 170 12. Ca Mamae 772

57 13. Ca Cerviks 253 14. PPOK 917 15. Asma Bronkiale 5.319 16. Kecelakaan Lalu Lintas 1.925 17. Psikosis 3.889 Sumber: Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2015 Stroke merupakan peringkat tiga besar kasus yang menyebabkan kematian karena Penyakit Tidak Menular (PTM) di Semarang. Hal tersebut terbukti dengan terjadinya kasus kematian Kota Semarang pada tahun 2010 banyak diakibatkan oleh penyakit stroke, yaitu sebanyak 348 kasus dengan 199 kasus stroke hemoragik dan 149 kasus stroke non hemoragik atau iskemik. Sedangkan untuk faktor pencetus stroke kasus kematiannya hanya berkisar 66 kasus hipertensi dan 85 kasus diabetes melitus. Kemudian pada tahun 2011, mengalami kenaikan sebesar 3% yaitu terjadi 361 kasus dengan 199 kasus stroke hemoragik dan 162 kasus stroke non hemoragik atau iskemik. Angka kematian yang diakibatkan karena hipertensi berkisar pada angka 155 kasus dengan 140 kasus disebabkan oleh hipertensi esensial dan 15 kasus karena hipertensi lainnya. Faktor pencetus lainnya yaitu diabetes melitus meningkat menjadi 90 kasus yang pada tahun sebelumnya hanya 80 kasus. Kasus kematian yang diakibatkan diabetes melitus berjumlah 90 kasus yang terdiri 53 kasus diabetes melitus tergantung insulin dan 37 kasus diabetes melitus tidak tergantung insulin. Pada tahun 2014, kasus kematian yang diakibatkan oleh stroke mengalami penurunan sebesar 50% dari tahun 2011 menjadi 181 kasus yang terdiri dari 52 kasus stroke hemoragik dan 129 kasus stroke non hemoragik / iskemik. Sedangkan faktor pencetus stroke mengalami kenaikan dari tahun 2011 menjadi 370 kasus hipertensi dan 178 kasus diabetes melitus. Tabel 3.7 Kasus Kematian PTM (Penyakit Tidak Menular) Kota Semarang No. KASUS Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2014 1. Angina Pectoris 28 25 75 2. IMA 80 80 42 3. Decompensatio Cordis 32 32 91 4. Hipertensi Esensial 53 140 273

58 No. KASUS Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2014 5. Hipertensi lainnya 13 15 97 6. Stroke Haemorragie 199 199 52 7. Stroke non Haemorragie 149 162 129 8. DM tergantung insulin 60 53 154 9. DM tidak tergantung insulin 25 37 24 10. Ca Hati 19 18 4 11. Ca Bronchus 28 48 3 12. Ca Mamae 41 58 21 13. Ca Cerviks 50 48 11 14. PPOK 36 46 20 15. Asma Bronkiale 15 27 34 16. Kecelakaan Lalu Lintas 78 86 70 17. Psikosis 3 0 5 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang Walaupun kasus stroke setiap tahun di Semarang mengalami penurunan, tetapi faktor pencetus munculnya stroke mengalami kondisi yang fluktuatif. Hal tersebut nantinya dapat menjadi bumerang bagi Semarang bila tidak menangani masalah tersebut secara serius karena bisa saja kasus - kasus tersebut dimasa depan dapat meningkatkan angka kasus stroke yang sudah ada saat ini. Kasus stroke pada tahun 2014 di Semarang sebanyak 2.942 kasus yang terdiri dari 801 kasus stroke hemoragik dan 2.141 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Sedangkan kasus kematian yang disebabkan oleh stroke pada 2014 sebesar 181 kasus yang terdiri 52 kasus stroke hemoragik dan 129 kasus stroke non hemoragik / stroke iskemik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari 2.942 kasus stroke yang ada di Semarang terdapat 181 kasus kematian dan 2761 yang berhasil selamat dari stroke. Walaupun berhasil selamat dari stroke, terkadang ada sebagian besar mengalami kecacatan maupun terjadi stroke ulangan. Untuk menangani pasien pasca-stroke tersebut diperlukanlah pusat rehabilitasi yang dapat mengembalikan kondisi pasien seperti semula. 3.2.2 Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Semarang pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.527.433 jiwa dengan jumlah laki

59 laki sebanyak 758.267 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 769.166 jiwa. Pada tahun berikutnya, jumlah penduduk di Semarang meningkat 1% menjadi 1.544.358 jiwa dengan jumlah laki laki sebanyak 767.884 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 776.474 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2012, Kota Semarang jumlah penduduknya meningkat 0,96% menjadi 1.559.198 jiwa dengan jumlah laki laki sebanyak 775.793 jiwa dan jumlah perempuan menjadi 783.405 jiwa. Tahun 2013 jumlah penduduknya meningkat 0,83% dari tahun sebelumnya menjadi 1.572.105 jiwa dengan 781.176 jiwa penduduk laki laki dan 1.572.105 jiwa penduduk perempuan. Kemudian tahun 2014, jumlah penduduk Semarang meningkat 0,97% dari tahun 2013 menjadi 1.584.881 jiwa dengan penduduk laki - laki sebanyak 787.705 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 797.176 jiwa. Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Kota Semarang Menurut Warga Negara Tahun 2010-2014 Banyaknya Penduduk Menurut Warga Tahun Negara (WNI+WNA) Laki - Perempuan Jumlah Total Laki 2010 758.267 769.166 1.527.433 2011 767.884 776.474 1.544.358 2012 775.793 783.405 1.559.198 2013 781.176 790.929 1.572.105 2014 787.705 797.176 1.584.881 Sumber: (BPS Kota Semarang, 2015) Tahun 2010 kepadatan penduduk Semarang mencapai 4.087 jiwa per km 2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 438.537, tingkat kelahiran kasar sebesar 14,98 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,77 jiwa per 1000 penduduk. Tahun berikutnya kepadatan penduduk meningkat menjadi 4.133 jiwa per km 2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 429.268, tingkat kelahiran kasar sebesar 16,09 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,76 jiwa per 1000 penduduk. Selanjutnya pada tahun 2012, meningkat menjadi 4.172 jiwa per km 2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 435.184, tingkat kelahiran kasar

60 sebesar 15,23 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,45 jiwa per 1000 penduduk. Pada tahun 2013, meningkat menjadi 4.207 jiwa per km 2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 442.089, tingkat kelahiran kasar sebesar 15,18 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,55 jiwa per 1000 penduduk. Tahun 2014, meningkat menjadi 4.241 jiwa per km 2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 443.541, tingkat kelahiran kasar sebesar 15,63 jiwa per 1000 penduduk dan tingkat kematian kasar 6,80 jiwa per 1000 penduduk. Tabel 3.9 Indikator Perkembangan Penduduk Kota Semarang Tahun 2010-2014 N Satua Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Indikator o. n 2010 2011 2012 2013 2014 1. Jumlah Penduduk Jiwa 1.527.4 33 1.544.3 58 1.559.1 98 1.572.1 05 1.584.9 06 2. Pertumbu Perse 1,36 1,11 0,96 0,83 0,97 han Per Tahun n 3. Kepadata Per 4.087 4.133 4.172 4.207 4.241 4. n Jumlah Rumah Tangga 5. Rasio Jenis Kelamin 6. Tingkat Kelahiran Kasar 7. Tingkat Kematian Kasar Km 2 Ruma h Tang ga Per 100 Pddk Per 1000 Pddk Per 1000 Pddk 3.2.3 Peta Sebaran Penduduk 438.53 7 429.26 8 435.18 4 442.08 9 443.54 1 99 99 99 99 99 14,98 16,09 15,23 15,18 15,63 6,77 6,76 6,45 6,55 6,80 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang Kota Semarang memiliki julukan sebagai Kota ATLAS, yaitu Kota yang Aman, Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat. Namun, Kota Semarang memiliki pola kepadatan penduduk yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Hal ini, menyebabkan suatu daerah akan menjadi kumuh jika daerah tersebut sangat padat dan minim akan perawatannya.

61 Seperti yang terlihat dalam peta penetapan sebaran penduduk (eksisting) terdapat beberapa daerah yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat tinggi (warna kuning kecoklatan). Daerah yang berwarna kuning kecoklatan tersebut yaitu: Tanjung Emas, Bandarharjo, Panggung Lor, Bulu Lor, Gisikdrono, Srondol Wetan, Tegalsari, Jomblang, Sendang Mulyo, Pandean, Rejosari, dan Muktiharjo Timur. Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan yang tinggi berwarna kuning tua, yang terdiri dari daerah Genuksari, Palebon, Gemah, Plamongansari, Sendangguwo, Tandang, Lamper Tengah, Gayamsari, Karanganyar, Jatingaleh, Ngesrep, Srondol Kulon, Gajah Mungkur, Candi, Wonodri, Randusari, Bojong, Bongsari, Simongan, Ngemplak, Manyaran, Kalipancur, Kembang Arum, Purwoyoso, Ngaliyan, Tambakaji, Krobokan, Kuningan, Dadapsari, Sarirejo, Bugangan, Mlatibaru, Kemijen, dan Tambakrejo. Gambar dibawah adalah peta sebaran penduduk berdasarkan kecamatan yang ada dan lokasi untuk perancangan pusat rehabilitasi pasca stroke berada pada Kecamatan Candisari (ditandai lingkaran merah). Gambar 3.4 Peta Sebaran Penduduk (Existing) Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang Dengan tidak meratanya persebaran penduduk itulah Pemerintah Kota Semarang berencana untuk membatasi jumlah daerah yang memiliki kepadatan sangat tinggi. Pemerintah berfikir jika suatu daerah memiliki kepadatan yang sangat tinggi tetapi kalau daerah tersebut tidak terawat dengan baik dan memiliki fasilitas kesehatan yang memadai maka akan timbul beberapa

62 penyakit yang mengancam kesehatan penduduknya. Oleh karena itu pada peta rencana jumlah penduduk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, pemerintah merencanakan hanya daerah Tanjung Emas, Muktiharjo Timur, Tlogosari Kulon, dan Sendang Mulyo yang memiliki jumlah penduduk 21.034 38.019 jiwa. Gambar 3.5 Peta Rencana Jumlah Penduduk Kota Semarang Sumber: BAPPEDA Kota Semarang 3.3 Gagasan Perancangan Perancangan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Kota Semarang merupakan fasilitas kesehatan dengan menyatukan pusat rehabilitasi dengan edukasi yang berfungsi untuk mengurangi kasus stroke yang terjadi akibat kelalaian penderita dalam menjaga kesehatan. Penataan pusat rehabilitasi diharapkan dapat membuat pasien atau penderita dapat segera pulih dari kondisi sebelumnya dan membuat penderita merasakan kenyaman selama proses rehabilitasi tersebut berlangsung. Pusat rehabilitasi pasca-stroke ini hanya menangani keluhan secara fisik. Sasaran perancangan dari pusat rehabilitasi ini adalah masyarakat sekitar Kota Semarang dan luar Kota Semarang. Pusat rehabilitasi ini dirancang dengan menyediakan fasilitas indoor dan outdoor berdasarkan jenis kegiatan yang akan dilakukannya.

63 3.3.1 Komponen Perancangan Komponen yang terdapat di dalam perancangan pusat rehabilitasi pasca-stroke di Semarang dipilih berdasarkan jenis kegiatan dan pengguna yang akan menggunakan bangunan tersebut: a. Care Center Care Center adalah bangunan yang berfungsi untuk melayani pasien pasca-stroke yang memerlukan perawatan rawat jalan maupun rawat inap. Care Center ini didesain untuk mengani keluhan masalah secara fisik. Bangunan ini menyediakan fasilitas penanganan pasien berupa: terapi okupasi, terapi wicara, terapi mendengar, ortotik prostetik, fisioterapi, pool terapi, pelayanan sosial medik, psikologi, dan pelayananan rawat inap. Care Center dirancang untuk berfokus pada kesembuhan dan pemulihan pasien atau penderita yang datang ke pusat rehabilitasi pasca-stroke. b. Minimarket & Ed. Center Minimarket & Ed. Center dirancang untuk menunjang kegiatan yang ada di pusat rehabilitasi pasca-stroke ini. Minimarket berfungsi menunjang kebutuhan pasien serta pengunjung yang ada. Sedangkan Ed. Center berfungsi untuk mengedukasi pengunjung tentang bagaimana cara hidup sehat agar tidak terkena stroke dan berkaitan erat dengan pasca-stroke. Diharapkan dengan adanya Ed. Center ini dapat mencegah serta mengurangi kasus stroke di Semarang. c. Staff Headquarter Staff Headquarter dirancang untuk memberikan fasilitas kepada staff yang bekerja di pusat rehabilitasi ini sehingga staff yang bekerja tidak merasa bosan karena merawat penderita pasca-stroke membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Staff Headquarter juga bisa digunakan untuk melatih staff baru maupun menerima magang terapis dan calon suster. d. Paviliun Rawat Inap Paviliun rawat inap ini dirancang bagi penderita yang ingin secara intensif melakukan perawatan agar dapat sembuh secara maksimal. Paviliun ini bisa digunakan bagi penderita yang berasal dari Kota Semarang maupun

64 luar Kota Semarang. Paviliun ini nantinya akan dirancang menjadi 2 jenis, yaitu untuk melayani pasien yang akan tinggal bersama salah satu orang keluarganya dan untuk melayani pasien yang akan tinggal sendiri. e. Masjid Masjid adalah salah satu fasilitas peribadatan yang sangat vital bagi umat muslim. Masjid dibangun di Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke ini berguna untuk mengingatkan karyawan untuk selalu melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim disela kesibukannya yang ada. f. Gedung Parkir Gedung parkir adalah salah satu fasilitas yang digunakan untuk memarkirkan mobil dan motor baik untuk pasien rawat inap maupun karyawan. g. Outdoor Space Outdoor space yang ada dirancang berupa healing garden yang berfungsi untuk melakukan kegiatan terapi secara outdoor. Penataan outdoor space yang baik sangat diperlukan guna meunjang psikologis penderita serta membuat nyaman penderita selama melakukan proses rehabilitasi. h. Power house Power house adalah salah satu bangunan penunjang yang penting untuk menjaga kelangsungan jaringan listrik yang ada pada site.