BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal juga merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana dalam kegiatan investasi. Dalam hal ini, dengan adanya pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena melalui pasar modal pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Salah satu ciri negara industri maju yaitu adanya pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Pasar Modal dianggap penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Bursa efek pertama kali berdiri di Indonesia pada Desember 1912 yang dibentuk di Batavia (Jakarta sekarang) oleh Pemerintah Belanda. Seiring perkembangannya, pada tahun 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya yang pada akhirnya pada tahun 2007, Bursa Efek Surabaya dengan Bursa Efek Jakarta bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia 1
(BEI). Pada tahun 2009, Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya meluncurkan perdana sistem perdagangan baru yaitu JATS-NextG. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan tempat atau wadah bagi para pelaku saham untuk memperdagangkan atau memperjualbelikan setiap saham/efek yang mereka miliki dan juga tempat atau wadah bagi para pelaku yang ingin membeli saham/efek. Bursa Efek Indonesia (BEI) bertujuan untuk meningkatkan peran modal dalam perekonomian di Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga merupakan lembaga penyelenggara sah sesuai undang-undang yang dapat memperdagangkan instrumen keuangan. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Anggota bursa efek adalah perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan bursa efek (Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995). Salah satu anggota bursa di dalam website Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah perusahaan-perusahaan yang gopublic yang terdiri dari berbagai jenis sektor. Ada sembilan sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pertanian; pertambangan; industri dasar dan kimia; aneka industri; industri barang konsumsi; properti, real estate dan konstruksi bangunan; infrastruktur, utilitas dan transportasi; keuangan serta perdagangan, jasa dan investasi. Pada akhir tahun 2013 terdapat 487 perusahaan dari berbagai sektor yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), diantaranya : Tabel 1.1 Daftar perusahaan dari berbagai sektor yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013 No Sektor Jumlah 1 Pertanian 20 2 Pertambangan 39 2
No Sektor Jumlah 3 Industri dasar dan kimia 60 4 Aneka industri 41 5 Industri barang konsumsi 38 6 Properti, real estate dan konstruksi bangunan 54 7 Infrastruktur, utilitas dan 47 transportasi 8 Keuangan 78 9 Perdagangan, jasa dan investasi 110 Jumlah 487 Sumber : IDX Statistics 2013 Aktivitas dari setiap sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berbeda-beda, seperti perusahaan industri barang konsumsi yaitu memproses bahan mentah hingga menghasilkan barang jadi yang siap untuk dipasarkan melalui proses pabrikasi; perusahaan pertambangan melakukan pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas); perusahaan pertanian melakukan kegiatan ekonomi yang melibatkan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran; perusahaan di bidang keuangan mengelola keuangan, baik yang keluar maupun masuk; perusahaan di bidang perdagangan, jasa dan investasi melaksanakan proses jual beli barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan sebagainya. Seluruh sektor perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan digunakan dalam penelitian ini kecuali sektor keuangan, alasannya adalah karena penyajian laporan keuangan pada sektor ini berbeda dengan penyajian laporan keuangan pada delapan sektor lainnya. Seluruh perusahaan yang tergolong dalam delapan sektor tersebut akan digeneralisir, yang selanjutnya dikelompokkan berdasarkan tahap siklus hidup perusahaan yaitu tahap start-up, growth, mature 3
dan decline. Dengan melakukan pengelompokan tersebut, maka para investor dan calon investor akan lebih yakin dalam membuat keputusan investasi sahamnya yaitu perusahaan pada siklus mana yang akan memberikan keuntungan. Hal inilah yang menjadi alasan untuk dilakukannya penelitian pada delapan sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.2 Latar Belakang Penelitian Pasar modal secara umum adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh para investor. Informasi itu digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh para investor adalah dengan membeli saham, dengan harapan setelah melakukan investasi para investor akan memperoleh return yang baik berupa dividen maupun capital gain. Harga saham ditentukan menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar (Rusdin, 2008:66). Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan maka harga saham tersebut akan cenderung naik, demikian pula sebaliknya apabila terjadi kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik, sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham (Mulya,2009). Harga saham penting untuk diketahui oleh perusahaan karena merupakan salah satu alasan utama yang mendasari para investor untuk membeli saham sebagai bentuk investasinya pada perusahaan. Selain harga saham, investor juga memerlukan informasi untuk menilai kemampuan dan kinerja perusahaan dalam menjalankan usahanya. Salah satu sumber informasi yang diperlukan untuk dasar pengambilan keputusan investasi adalah laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 4
Tahun 2013 menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri atas, yaitu: (a) laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode; (b) laporan laba rugi penghasilan komprehensif selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan, berisi informasi kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Saraswati (2007) menyatakan bahwa fokus utama yang menjadi dasar bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan adalah earnings (laba) dan cash flow (arus kas). Laba adalah imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa (Suwardjono 2010:456). Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditur (Susanto dan Ekawati, 2006). Pentingnya Informasi laba ini didukung dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, yaitu bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen (perusahaan), laba juga dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba di masa yang akan datang serta menetapkan risiko investasi atau memberi pinjaman kepada perusahaan. Salah satu karakteristik kualitatif dari informasi laba adalah nilai kemampuannya dalam memprediksi harga saham. Reaksi pasar terhadap harga saham akan tercermin dalam pergerakan harga saham disekitar tanggal pengumuman informasi laba. Harga saham akan cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar dan sebaliknya (Mutia,2012). Apabila perusahaan mampu menghasilkan earnings (laba) yang besar, maka investor akan lebih yakin untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena dalam hal pengumuman laba yang besar, akan diikuti dengan adanya pembagian dividen pada para investor. Dalam hal ini, dengan menghasilkan laba yang besar akan meningkatkan harga saham juga, dilihat dari seberapa besar investor melakukan investasi pada perusahaan. Harapan investor bahwa earnings dan cash 5
flow dapat menggambarkan kondisi perekonomian dan prospek perusahaan di masa mendatang (Saraswati,2007). Selain berasal dari laba, sumber informasi yang berguna untuk investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi juga berasal dari arus kas. Arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 Tahun 2013 menyatakan bahwa tujuan laporan arus kas yaitu memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan selama suatu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 Tahun 2013, menyatakan bahwa aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 Tahun 2013, menyatakan bahwa aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan pengungkapan terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 Tahun 2013, menyatakan bahwa aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. 6
Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Penelitian tentang informasi laba dan arus kas telah banyak dilakukan tetapi ditemukan hasil penelitian yang berbeda (tidak konsisten). Triyono dan Hartono (2000) dalam Adiwiratama (2012) membuktikan bahwa informasi laba bersih, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan total arus kas tidak berpengaruh terhadap harga dan return saham. Hasil penelitian Mulya (2009) menyatakan bahwa arus kas operasi memiliki hubungan yang positif tetapi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki relevansi nilai yang lebih kecil terhadap harga saham dibandingkan dengan laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. Apabila arus kas dari aktivitas investasi meningkat maka arus kas di masa yang akan datang juga meningkat sehingga harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain, dengan adanya peningkatan arus kas dari aktivitas investasi akan menarik investor untuk melakukan aksi beli saham yang secara otomatis akan meningkatkan harga saham, dengan demikian return saham pun akan meningkat secara signifikan. Arus kas dari aktivitas pendanaan merupakan arus kas yang diperoleh karena adanya kegiatan peminjaman atau pembayaran hutang, perolehan sumber daya dari pemilik perusahaan, serta pemberian atas investasi bagi pemilik perusahaan. Semakin meningkat arus kas aktivitas pendanaan maka akan meningkatkan pula harga saham. Investor akan sangat berminat pada peningkatan arus kas dari aktivitas pendanaan, karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang (Adiwiratama,2012). Yocelyn dan Christiawan (2012) menyatakan bahwa arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian mengenai nilai informasi terkait siklus hidup perusahaan antara lain telah dilakukan oleh Black (1998). Istilah Black (1998) dalam Susanto dan Ekawati (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam tahap siklus hidup yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda, seperti laba dan arus 7
kas. Karakteristik tahapan siklus hidup akan berpengaruh terhadap informasi yang diperlukan. Black memperoleh bukti bahwa siklus hidup perusahaan mempengaruhi value-relevance ukuran laba dan arus kas. Black (1998) dalam Saraswati dan Ghofar (2008) pada tahap perkenalan, informasi yang berkaitan dengan growth opportunity akan lebih memberikan value-relevance dibandingkan informasi mengenai earnings dan operasional cash flow. Tahap pertumbuhan (growth), investasi dalam growth opportunity mulai tumbuh, informasi earnings dan operasional cash flow akan memberikan valuerelevance. Black (1998) dalam Saraswati (2007) memakai tahapan siklus hidup perusahaan yang dipakai oleh Pashley dan Philippatos (1990), yang terdiri atas pioneering, expansion, maturity, dan decline. Pada penelitian Black (1998) dalam Saraswati (2007) tahap pioneering disebut dengan tahap start-up, sedangkan expansion disamakan dengan tahapan growth. Saraswati dan Ghofar (2008) tidak dapat mengidentifikasi perusahaan yang tergolong dalam tahap start-up karena metode pengklasifikasian siklus hidup perusahaannya mengikuti Anthony dan Ramesh (1992). Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahap decline, arus kas investasi dan arus kas operasi yang berpengaruh terhadap stock return sedangkan pada tahap growth dan mature tidak memiliki pengaruh terhadap stock return. Laba juga tidak mempunyai pengaruh terhadap stock return pada semua tahap siklus hidup perusahaan. Seharusnya, pada saat laba dilaporkan dan bernilai tinggi, investor dan calon investor biasanya cenderung tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap meningkatnya stock return. Meningkatnya harga saham mencerminkan kepercayaan pasar akan baiknya prospek perusahaan bersangkutan pada masa mendatang (Mardiyanto, 2009:5). Atmini (2001) dalam Susanto dan Ekawati (2006) menunjukkan adanya bukti empiris bahwa laba dan aliran kas dari aktivitas pendanaan mempunyai valuerelevance pada fase growth, sedangkan pada masa mature, hanya aliran kas dari investasi yang mempunyai value-relevance. Hasil empiris ini tidak mendukung secara keseluruhan hipotesis yang diajukan. Susanto dan Ekawati (2006) 8
memberikan bukti bahwa siklus hidup perusahaan mempengaruhi relevansi informasi laba dan aliran kas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aliran kas investasi dan pendanaan mempunyai value-relevance pada tahap start-up sedangkan laba, aliran kas operasi, aliran kas pendanaan mempunyai valuerelevance pada tahap growth. Pada tahap mature, laba dan komponen aliran kas mempunyai value-relevance sedangkan pada tahap decline aliran kas operasi dan aliran kas pendanaan yang mempunyai value-relevance. Sumber : www. finance.yahoo.com Gambar 1.1 Harga Saham Dalam Kaitannya dengan Siklus Hidup Perusahaan Pada berbagai tahap siklus hidup perusahaan, harga saham dari tahun ke tahun mengalami pergerakan dan kondisinya cenderung berfluktuasi. Pada tahap startup, harga saham pada tahun 2008 meningkat drastis dari harga Rp 663 ke harga Rp 1,016. Hal ini terjadi karena pada tahun 2008 terjadi kelebihan permintaan 9
akan suatu saham yang menyebabkan harga sahamnya cenderung naik. Lain halnya pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan yang signifikan dari harga dari harga Rp 1,016 ke harga Rp 176. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 terjadi kelebihan penawaran akan suatu saham yang menyebabkan harga sahamnya cenderung turun. Selain itu, hal ini didukung juga karena pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang membuat para investor banyak menjual atau melepaskan sahamnya sehingga berdampak pada turunnya harga saham di tahun 2009. Pada tahap growth, harga saham pada dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang konsisten, tetapi pada tahun 2012 terjadi penurunan yang signifikan dari harga Rp 9,207 ke harga Rp 929. Hal ini terjadi karena pada tahun 2012 terjadi kelebihan penawaran akan suatu saham yang menyebabkan harga sahamnya cenderung turun. Selain itu, hal ini didukung juga karena pada tahun 2011 terjadi krisis ekonomi yang membuat para investor banyak menjual atau melepaskan sahamnya sehingga berdampak pada turunnya harga saham di tahun 2012. Pada tahap mature, harga saham dari tahun ke tahun cenderung meningkat, hanya saja di tahun 2008 harga sahamnya turun dari Rp 10,045 ke harga Rp 7,811 hal ini terjadi karena adanya kelebihan penawaran akan suatu saham yang menyebabkan harga sahamnya cenderung turun. Selain itu, hal ini didukung juga karena pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang membuat para investor banyak menjual atau melepaskan sahamnya sehingga berdampak pada turunnya harga saham pada tahun 2008. Pada tahap decline, harga saham pada tahun 2008 meningkat drastis dari harga Rp 272 ke harga Rp 4,514. Hal ini terjadi karena pada tahun 2008 terjadi kelebihan permintaan akan suatu saham yang menyebabkan harga sahamnya cenderung naik. Lain halnya pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan yang signifikan dari harga dari harga Rp 4,514 ke harga Rp 118. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 terjadi kelebihan penawaran akan suatu saham yang menyebabkan harga sahamnya cenderung turun. Selain itu, hal ini didukung juga karena pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang membuat para investor 10
banyak menjual atau melepaskan sahamnya sehingga berdampak pada turunnya harga saham di tahun 2009. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Susanto dan Ekawati (2006), tetapi metode pengkategorian siklus hidup perusahaannya berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan metode average sales growth melainkan menggunakan metode cash flow pattern yang dikembangkan oleh Dickinson (2010). Dengan adanya metode baru dalam pengklasifikasian siklus hidup perusahaan yang dikembangkan oleh Dickinson (2010) dan masih ditemukannya hasil penelitian yang berbeda (tidak konsisten) dari penelitianpenelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali relevansi nilai informasi laba dan aliran kas dalam tiap siklus hidup perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul PENGARUH NILAI INFORMASI LABA DAN ALIRAN KAS TERHADAP HARGA SAHAM DALAM KAITANNYA DENGAN SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana nilai informasi laba, aliran kas operasi, aliran kas investasi, aliran kas pendanaan dan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003-2013 dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda? 2. Apakah nilai informasi laba dan aliran kas memiliki pengaruh secara simultan terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda? 3. Apakah nilai informasi laba memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda? 4. Apakah aliran kas operasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda? 5. Apakah aliran kas investasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda? 11
6. Apakah aliran kas pendanaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai informasi laba, aliran kas operasi, aliran kas investasi, aliran kas pendanaan dan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003 2013 dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. 2. Untuk mengetahui apakah nilai informasi laba dan aliran kas memiliki pengaruh secara simultan terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. 3. Untuk mengetahui apakah nilai informasi laba memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. 4. Untuk mengetahui apakah aliran kas operasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. 5. Untuk mengetahui apakah aliran kas investasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. 6. Untuk mengetahui apakah aliran kas pendanaan memiliki pengaruh secara parsial terhadap harga saham dilihat dari tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi mengenai relevansi nilai informasi laba dan aliran kas terhadap harga saham dalam 12
kaitannya dengan siklus hidup perusahaan pada seluruh sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.5.2 Aspek Praktis Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai informasi keuangan yang dapat mempengaruhi harga saham sehingga membantu investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada tiap siklus hidup perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab dan terdiri dari beberapa sub-bab. Secara garis besar, sistematika penulisannya yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi teori mengenai nilai informasi laba dan aliran arus kas yang terdiri dari arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan, harga saham, siklus hidup perusahaan, selanjutnya bab ini juga berisi tentang penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian serta ruang lingkup penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, definisi operasional variabel dan pengukurannya, teknik analisis data meliputi pengujian hipotesis. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang informasi laba, aliran kas operasi, aliran kas investasi, aliran kas pendanaan dan harga saham serta menjelaskan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan mengenai masalah yang diteliti. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 13
Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis data penelitian, saran-saran yang berisi implikasi kesimpulan yang berhubungan dengan masalah dan alternatif pemecahan masalah serta implikasi atau rekomendasi mengenai informasi laba dan aliran kas terhadap harga saham. 14