PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN DARUT TAQWA DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN VULVA HYGIENE DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DLANGGU MOJOKERTO DEWI KHURNIAWATI

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Umur :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN VAGINAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MODEL 1 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE OF FEMALE TEENAGERSON REPRODUCTIVE HEALTH AND THE INCIDENCE OF FLUOR ALBUS AT SMPN 2 BANGLI BALI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA NEGERI 4 SEMARANG

PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL REPRODUCTIVE ORGANS CARE AND INCIDENT OF FLUOR ALBUS TO PREGNANT WOMEN

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1TAMBAKBOYO TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

PERSEPSI TENTANG UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI DESA KLADI KECAMATAN CERMEE KABUPATEN BONDOWOSO LILIS SUDARIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Transkripsi:

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN DARUT TAQWA DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO Mei Rina Suhartami 11002207 Subject:Personal Hygiene, Flour Albus, Remaja Description Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atauvirus,bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita.karena wanita akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu. Tujuan penelitian ini menganalisa hubungan personal hygiene dengan kejadian fluor albus pada Santriwati. Jenis penelitian ini analitik dengan rancang bangun cross sectional. Variabel penelitian ini yaitu personal hygiene sebagai variabel independen dan fluor albus sebagai variabel dependen.populasi penelitian ini yaitu semua santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto sebanyak 50 responden.sampel diambil dengan teknik simple random sampling sampling sebanyak 45 responden.data dikumpulkan dengan lembar observasi, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 responden yang melakukan personal hygiene secara negative terdapat 8 responden yang mengalami fluor albus fisiologis sebanyak 8 responden dan yang mengalami fluor albus patologis sebanyak 20 responden Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto. Personal hygiene yang kurang baik seperticara cebok yang salah dapat mengakibatkan terjadinya banyak hal, mulai dari infeksi saluran kemih, infeksi organ kewanitaan yang menimbulkan keluhan keputihan. Hendaknya responden tetap mempertahankan pengetahuan baik yang mereka miliki tentang keputihan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menjaga kebersihan alat genetalia eksterna sesuai dengan informasi yang sudah diterima. ABSTRACT Flour albus is ussualy caused by a fungus or virus, bacteria and make sure the most problem to the sufferers. Because the women will emit the bad smell and itchy disturbed from their vagina.the purpose of this study is to analyze the relationship of personal hygiene with occurence flour albus in the female students. Design of this study is analytic with cross sectional the variables of this study are personal hygiene as the independent variable and flour albus as the dependent variable. The population of this study is all female students in the

islamic bording scholls Darrut Taqwa at Dlanggu Ngembeh Mojokerto amount 50 respondens, the sampling is 45 respondens taken with simple random. The data are collected with observasion sheets and processed by coding, editing, scoring, and tabulating and presented in the form of a frequency distribution table. The results showed that from 28 respondents who do personal hygiene negative and 8 respondents who experience flour albus and 8 respondents physiological experience it pathologically 20 respondents. The results of chi square showed that ρ = 0, 023 and α = 0,05 so that H1 is accepted and it means that personal hygiene has relationship occurrence with fluor albus is islamic boarding schools Darrut Taqwa at Ngembeh, Dlanggu Mojokerto. The less good personal hygience such as the wrong wipe can cause many problems happened from infection of urinary tract infections of the female organs that cause complaints of vaginal discharge. The respondents should keep their knowledge about vaginal discharge and applay it for keeping cleanlines of externa genetalia suitable with their information. Keywords :Personal Hygiene, Flour Albus, Adolescense Contributor : 1. Sulisdiana, M.Kes 2. Agustin Dwi S, SST Date : 13 Juni 2014 Identifier : Right : Summary : SUMMARY LATAR BELAKANG Tinggal didaerah tropis seperti di Indonesia membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan tubuh yang tertutup seperti ketiak dan lipatan organ genetalia pada wanita. Untuk menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan perseorangan atau personal hygiene. Salah satu dampak personal hygiene yang tidak dilakukan dengan baik yaitu terjadinya fluor albus. Fluor albus yaitu masalah yang berhubungan dengan organ seksual wanita. Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atau virus, bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita. Karena biasanya wanita akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu (Sarwono, 2005). Fluor albus apabila tidak segera di obati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Sehingga alasan peneliti memilih faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian fluor albus di atas karena faktor-faktor tersebut yang paling rentan terjadinya fluor albus (Wahyurini, 2005). Proporsi perempuan yang mengalami fluor albus sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia menderita fluor albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45% wanita diantaranya bisa mengalami sebanyak dua kali. Jawa Timur sekitar 65% wanita juga mengalami

keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis) (Sianturi, 2005 dalam triyani, 2013). Menurut Ayuningtyas (2011) pada remaja putri di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian fluor albus sangat tinggi 96,9% responden mengalami fluor albus candida albicans, parasit trichomonas vaginalis, serta kuman. Dari 50 sampel didapatkan hasil remaja dengan pengetahuan baik 74%, sikap baik sebanyak 54%, perilaku buruk sebanyak 58% dan kejadian fluor albus mencapai 70%, Hasil uji statistik membuktikan ada hubungan antara perilaku dan sikap dengan kejadian fluor albus. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada Santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto terhadap 5 santriwati diperoleh data 3 responden (60%) kurang memperhatikan kebersihan diri daerah kemaluan dan mereka mengalami keputihan yang berbau, dan gatal, sedangkan 2 responden (40%) sudah memperhatikan kebersihan di daerah kemaluan dan mereka jarang mengalami keputihan. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang bernuansakan islam. Dimana model pendidikan Pada dasarnya pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam diharapkan dapat diperoleh di pesantren. Pesantren tetap sebagai lembaga pendidikan Islam dengan ciri-ciri khas, meskipun ia banyak terlibat dalam berbagai masalah kemasyarakatan seperti perekonomian, kesehatan, lingkungan dan pembangunan. Ciri khas kehidupan di pesantren biasanya para santriwati berpakaian yang serba tertutup, dan jarang berganti pakaian selama satu hari dan kamar mandi menjadi satu sehingga pernularan penyakit akan mudah terjangkit, salah satu dampak yang terjadi adalah fluor albus (Revina, 2014). Penyebab fluor albus berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Salah satunya personal hygiene kurang tepat seperti misalnya cara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam. Sebagian remaja menganggap perilaku personal hygine seperti cara cebok merupakan hal sepeleh, padahal perilaku personal hygine sangat penting dan dilaksanakan dengan benar agar dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan karena personal hygine yang tidak benar. Fluor albus ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fluor albus fisiologis dan fluor albus patologis. Fluor albus dikatakan fisiologis apabila vagina mengeluarkan sedikit cairan yang jernih seperti susu atau sedikit kekuningan, encer, tidak berbau, umumnya muncul saat ovulasi, menjelang haid, saat mendapat rangsangan seks atau saat hamil. Fluor albus dikatakan patologis apabila cairan yang dikeluarkan oleh vagina lebih kental, biasanya meninggalkan noda flek pada pakaian dalam dan berbau busuk serta gatal. Fluor albus yang bersifat patologis dapat disebabkan oleh jamur (Nadesul, 2007 dalam Zuhriyah, 2011). Keputihan terjadi disebabkan karena adanya invasi jamur cairannya sangat kental, sangat berbau tidak sedap dan menimbulkan rasa gatal pada sekitar daerah vagina. Hal ini dapat menyebabkan vagina mengalami radang dan kemerahan. Biasanya hal ini juga dipicu oleh adanya penyakit kencing manis, penggunaan pil KB, serta tubuh yang memiliki daya tahan rendah. Penyebab kedua adalah Parasit Trichomonas Vaginalis. Terjadi dan ditularkan

melalui hubungan seks, bibir kloset atau oleh perlengkapan mandi. Memiliki ciri, cairan yang keluar sangat kental, memiliki warna kuning atau hijau, berbuih dan berbau anyir. Keputihan akibat parasit tidak menimbulkan gatal, tapi jika ditekan vagina akan terasa sakit. Penyebab ketiga yaitu Bakteri Gardnella. Keputihan akibat infeksi bakteri ini memiliki ciri berwarna keabuan, sedikit encer, memiliki bau ami dan berbuih. Keputihan jenis ini dapat menimbulkan rasa gatal yang sangat menggangu. Penyebab ke empat Virus. Keputihan jenis ini timbul akibat penyakit kelamin, seerti HIV/AIDS, herpes dan condyloma. Timbulnya kutil-kutil yang banyak dan diikuti oleh cairan berbau menandakan adanya virus condyloma (Revina, 2014). Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah memberikan penyuluhan kepada perempuan tentang bagaimana cara menjaga kebersihan alat kewanitaan (vulva hygiene), misalnya cara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam, yang dilakukan seperti yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan personal hygiene dengan kejadian fluor albus. METODEPENELITIAN Penelitian ini menggunakanjenis analitik korelasional dengan menggunakanpendekatan yang digunakan adalah crosssectional. Variabel dalam penelitian ini yaitu personal hygiene sebagai variabel independen dan kejadian fluor albus sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah semua santriwati di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto sebanyak 50 responden.sampel diambil menggunakan simple random sampling sebanyak 45 responden. Lokasi Penelitian Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Dlanggu Mojokerto dan dilakukan pada tanggal 13 24 Mei 2014. Teknik pengumpulan data : Dalam penelitian ini data dikumpulkan dalam bentuk data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden Hasil analisis berupa gambaran mengenai personal hygiene dan kejadian fluor albus.yang diagambarkan dalam bentukt abel distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan personal hygiene diperoleh data sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara negatif sebanyak 28 responden (62,2%). Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian fluor albus. Berdasarkan Kejadian fluoralbus diperoleh data sebagian besar responden mengalami fluor albus secara patologis sebanyak 23 responden (51,1%). Tabulasi silang antara Personal hygiene dengan kejadian fluor albus. Berdasarkanpersonal hygienediperoleh data bahwa sebagian besar responden yang melakukan personal hygiene yang negatif mengalami fluor albus yang patologis dibandingkan dari responden yang melakukan personal hygiene positif sebagian besar mengalami fluor albus yang fisiologis.

Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden di Pondok pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto diperoleh data sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara negatif sebanyak 28 responden (62,2%) Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.personal Hygiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.cara mencegah terjadinya fluor albus yaitucara cebok yang benar dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan, penggunaan celana dalam yang baik, seberapa banyak harus ganti celana dalam(wartonah, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden kurang mampu melakukan cara cebok dengan baik dan tepat, hal ini dikarenakan responden kurang memahami tentang cara melakukan cebok yang baik dan tepat. Cara cebok yang dilakukan oleh responden pada penelitian ini dengan cara cebok dari luar ke dalam dan jarang menggunakan sabun antiseptik, selain itu responden jarang mengganti pembalut, responden hanya mengganti pembalut satu kali dalam sehari ketika menstruasi karena responden merasa malas untuk mengganti pembalut. Berdasarkan usia responden diperoleh data bahwa sebagian besar responden berusia 16 tahun sebanyak 30 responden (66,7%). Mubarak (2007) menyatakan bahwa bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besa ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.usia remaja tengah menurut sarwono (2010) yaitu usia 15-17 tahun dan perkembangan psikologis pada remaja tengah) yaitu pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden tergolong pada usia remaja tengah (15-17 tahun) sehingga pola pikir yang mereka miliki masih belum matang karena pada usia responden merasa belum siap dan belum mampu mengambil perilaku yang sesuai dan mengatasi problem-problem yang tersangkut di dalamnya seperti masalah keputihan., selain itu pada usia ini remaja masih mempunyai emosi yang labil sehingga mereka masih kurang mampu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu pada remaja tengah, remaja masih mempunyai egosentris, pesimistis, idealis sehingga mereka masih memperhatikan penampilan yang terkadang membuat mereka lupa untuk merawat dan menjaga kesehatan mereka sendiri, terutama memperhatikan

masalah keputihan, dimana mereka jarang melakukan dan menjaga kebersihan diri mereka. Berdasarkan penelitian yang diperoleh data bahwa sebagian besar responden mengalami fluor albus secara fisiologis sebanyak 22 responden (48,9%) Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Wijayanti (2009) menyatakan di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora Doderleins.Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan ekosistem vagina.namun keseimbangan flora ini dapat terganggu, sehingga cairan yang keluar berlebihan.fluor albus fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,mendapatkan rangsangan seksual,mengalami stres berat, sedang hamil,atau mengalami kelelahan.adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuning-kuningan dan tidakberbau.fluor albus patologis mempunyai ciri-ciri : jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta berbau. Responden pada penelitian ini mengalami fluor albus yangpositif karena responden sudah berusaha untuk menjaga kebersihan daerah kemaluan seperti mereka melakukan cara cebok yang baik yaitu dari dalam keluar, dan juga responden sering mengganti celana dalam, dan juga sering membersihkan daerah kemaluan dengan rutin. Dan juga responden tetap berusaha untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya keputihan secara rutin. Kejadian fluor albus patologis terjadi karena kurangnya responden dalam melakukan personal hygiene pada daerah genetalia sehingga kuman atau bakteri mudah untuk masuk dan menyebabkan terjadinya keputihan yang patologis. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan pernyataan responden bahwa mereka merasa gatal dengan cairan yang keluar dari daerah kemaluan serta cairan berwarna keruh dan berbau amis, sehingga responden harus sering mengganti celana karena merasa tidak nyaman dengan keluarnya cairan tersebut. Hasil penelitian ini ditunjang juga dengan jawaban responden pada pertanyaan tentang fluor albus dimana pada pertanyaan nomer 1 terdapat 19 responden yang menjawab ya. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami fluor albus fisiologis karena cairan yang keluar adalah cairan yang berwarna kuning dan bening. Sedankan pada jawaban pertanyaan nomer 2 sebagian besar menjawab ya sebanyak 2 responden dimana pertanyaan ini mengindikasikan kalau responden banyak yang menjawab ya berarti responden mengalami fluor albus patologis karena tanda fluor albus patologis mengeluarkan cairan yang kuning kehijauan. Sedangkan pada jwaban pertanyaan nomer 3 terdapat 19 responden yang menjawab ya, pada pertanyaan nomer 3 juga merupakan pertanyaan untuk fluor albus patologis karenacairan yang dikeluarkan sedikit dan sedikit, sedangkan untuk pertanyaan nomer 4, 6 dan 7 sebagian besar responden menjawab ya sebanyak 26 responden dimana pada pertanyaan nomer 4, 6 dan 7 mengindikasikan jika responden menjawab ya pada ketiga pertanyaan tersebut berarti responden mengalami fluro albus patologis, karena tanda dan gejala fluor albus patologis yaitu adanya rasa gatal, cairan yang dikeluarkan berwarna keruh, dan baunya amis. Sedangkan pada pertanyaa nomer 5 dan 8 terdapat 19 responden menjawab ya.pertanyaan nomer 5 dan 8 menngindikasikan fluor alus yang fisiologis sehingga jika mereka memilh jawaban ya pada pertanyaan ini berarti responden mengalami fluor albus yang fisiologi.

Jawaban responden pada penelitian in menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden mengalami fluor albus yang patologis karena tanda dan gejala fluor albus sering dialami oleh responden pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa sebagian besar responden yang melakukan personal hygiene yang negatif mengalami fluor albus fisiologis sebanyak 8 responden dan fluor albus yang patologis sebanyak 20 responden, dan hampir setengahnya responden yang melakukan personal hygiene positif terdapat 16 responden yang mengalami fluor albus fisiologis dan 1 responden fluor albus yang patologis Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadianfluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto. Menurut Wijayanti (2009) biasanya keputihan yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan juga dapat dialami oleh wanita yanglemah atau daya tahan tubuhnya rendah.sebagian besar cairan berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar.remaja putri biasanya mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas dan biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya. Penyebab fluor albus berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, personal hygiene kurang tepat seperti perilaku cara cebok yang salah, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi. Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kemih wanita (vagina).dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri.keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan (Wahyurini, 2005).Personal hygiene yang kurang baik misalnya cara cebok yang salah dapat mengakibatkan terjadinya banyak hal, mulai dari infeksi saluran kemih, infeksi organ kewanitaan yang menimbulkan keluhan keputihan, bahkan dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hasil penelitian ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) pada remaja putri di SMA Negeri 4 Semarang angka kejadian fluor albus sangat tinggi 96,9% responden mengalami fluor albuscandidaalbicans, parasittrichomonas vaginalis,sertakuman. Dari 50 sampel didapatkan hasil remaja dengan pengetahuan baik 74%, sikap baik sebanyak 54%, perilaku buruk sebanyak 58% dan kejadian fluor albus mencapai 70%, Hasil uji statistik membuktikan ada hubungan antara perilaku personal hygiene dan sikap dengan kejadian fluor albus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak remaja putri yang tidak melakukan personal hygiene yang baik dan benar sehingga sebagian besar dari mereka banyak yang mengalami keputihan patologis pada penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa personal hygiene yang baik dan benar seperti membersihkan area genital dari depan ke belakang untuk menghindari perpindahan bakteri dari dubur ke vagina, baik saat menyiram, membersihkan, maupun mengeringkan. Sebisa mungkin juga bersihkan dari arah dalam ke luar, dan bukan sebaliknya, untuk menghindari perpindahan bakteri dari bagian luar

organ intim ke dalam.tetapi banyak responden yang masih belum melakukan personal hygiene seperti tersebut diatas sehingga mereka mudah atau rentan mengalami gangguan pada daerah genetalia terutama masalah fluor albus. KESIMPULAN 1. Personal hygiene yang dilakukan oleh santri di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto sebagian besar responden melakukan personal hygiene secara positif sebanyak 28 responden (62,2%) 2. Kejadian fluor albus yang terjadi pada santri putri di santri di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto sebagian besar responden mengalami fluor albus secara fisiologis sebanyak 22 responden (48,9%) 3. Hasil chi square menunjukkan bahwa ρ = 0,023 dan α = 0,05 sehingga H1 diterima maka ada hubungan Personal hygiene dengan kejadian fluor albus di Pondok Pesantren Darut Taqwa Desa Ngembeh Kecamatan Dlanggu Mojokerto REKOMENDASI 1. Bagi Responden Responden tetap mempertahankan pengetahuan baik yang mereka miliki tentang keputihan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menjaga kebersihan alat genetalia eksterna sesuai dengan informasi yang sudah diterima. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Institusi pelayanan kesehatan lebih intensif dan aplikatif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang keputihan sehingga masyarakat atau remaja lebih mengerti dan memahami tentang pentingnya melakukan personal hygiene untuk mencegah terjadinya keputihan patologis 3. Bagi Tempat Penelitian Santriwati di pesantren lebih meningkatkan informasi tentang fluor albus misalnya melalui membaca artikel majalah, koran atau melihat televisi. sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki tentang fluor albus dan bagi yang sudah mempunyai pengetahuan baik tentang fluor albus akan tetap dapat dipertahankan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melakukan pengembangan penelitian selanjutnya tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku pesonla hygiene yang negative dan penyebab terjadinya fluor albus, selain itu dapat menggunak metode penelitian yang berbeda dan sampel yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih baik lagi. Email : Meirimojang_ningrat@yahoo.com No. Hp : 085646430344 Alamat : Dsn. Sukci Ds. Bulusari RT 03 RW 03 Kec. Gempol Kab. Pasuruan